Tujuh Tanda Khusnul Khotimah

  

7 Tanda Khusnul Khotimah


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Salah satu diantara kabar gembira yang Allah segerakan untuk hamba-Nya yang beriman adalah adanya pujian yang diberikan oleh orang lain untuknya.
Dalam hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya,

“Bagaimana jika ada orang yang melakukan amal baik, kemudian dia dipuji oleh masyarakat?”

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ

“Itu adalah kabar gembira bagi mukmin yang disegerakan.”
(HR. Ahmad 21380 & Muslim 6891)

Termasuk diantaranya adalah pujian yang diberikan masyarakat di saat kita meninggal. Allah tunjukkan sisi kebaikan kita di hadapan masyarakat di sekitar kita. Dan ini bagian dari doa Ibrahim yang Allah sebutkan dalam al-Quran,

وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ

“Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS. As-Syu’ara:84)

Makna: “buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian”

Ibrahim memohon kepada Allah agar dia diberi taufik untuk menjadi sumber kebaikan, sehingga semua orang memuji beliau, hingga hari kiamat.

Doa Ibrahim dikabulkan oleh Allah

Di surat Ash-Shaffat, Allah berfirman,

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآَخِرِينَ  سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ  كَذَلِكَ نَجْزِي المُحْسِنِينَ

“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, ‘(Yaitu) kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.’ Demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat:108–110)

Di surat Maryam, Allah berfirman,

وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا

“Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.” (QS. Maryam:50)

Allah jadikan pujian untuk Ibrahim dan keluarganya, bukan hanya pujian di langit, namun juga pujian di bumi. Karena pujian manusia adalah kesaksaian mereka atas perbuatan dan perilaku kita di dunia.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

“Suatu ketika para sahabat melihat sebuah jenazah yang diangkat menuju pemakamannya. Mereka pun memuji jenazah ini. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

وجبَتْ، وجبتْ، وجبت

‘Wajib … wajib … wajib.’

Tidak berselang lama, lewat jenazah lain. Kemudian para sahabat langsung mencelanya. Seketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وجبَتْ، وجبتْ، وجبت

Wajib … wajib … wajib.’

Umar pun keheranan, dan bertanya, ‘Apanya yang wajib?’

Jawab sang Nabi,

هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ
النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ

“Jenazah pertama kalian puji dengan kebaikan, maka dia berhak mendapat surga. Jenazah kedua kalian cela, maka dia berhak mandapat neraka.
Kalian adalah saksi Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari 1367; Muslim 949)

Ada beberapa keadaan ketika kematian, yang itu merupakan tanda khusnul khotimah.  Dalam kitab Ahkamul Jana`iz disebutkan beberapa diantaranya,

Pertama, mengucapkan syahadat menjelang wafat,

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat ‘La ilaaha illallah’ dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud 3118)

Kedua, meninggal dengan keringat di dahi.

Suatu ketika, Buraidah bin Hashib radhiyallahu ‘anhu datang ke Khurasan, menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Ternyata saudaranya dalam kondisi sakaratul maut. Ketika wafat, ada keringat di dahinya.

Buraidah langsung bertakbir,

“Allahu Akbar! Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِيْنِ

“Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad 22964, Nasai 1839 dan yang lainnya)

Ketiga, meninggal pada malam atau siang hari Jum’at,

Dalam hadis dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Apabila ada seorang muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, maka Allah akan menjaganya dari pertanyaan kubur.” (HR. Ahmad
6582, Turmudzi 1095, dan yang lainnya)

Keempat, syahid di medan perang

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizki.”
(QS. Ali Imran: 169)

Dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan banyak keutamaan orang yang mati di medan jihad,

Dari Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِلشَّهِيْدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدُهُ مِنَ
الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ الْفَزَعَ الْأَكْبَرَ، وَيُحَلَّى حِلْيَةَ الْإِيْمَانِ،
وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِيْنَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ

“Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat
duduknya di surga, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun
‘in (bidadari surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR. Turmudzi 1764, Ibnu Majah
2905, dan yang lainnya)

Dalam hadis lain, ada seorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Ya Rasulullah, kenapa kaum mukminin mendapatkan ditanya dalam kubur mereka kecuali orang yang mati syahid?”

Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كَفَى بِبَارَقَةِ السُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً

“Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian kesabaran baginya.” (HR. Nasai 2065 dan dishahihkan al-Albani)

Kelima, meninggal setelah bersabar dengan ujian yang Allah berikan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Siapakah syahid menurut kalian?”

‘Orang yang mati di jalan Allah, itulah syahid.’ Jawab para sahabat serempak.

“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku hanya sedikit.”
Lanjut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‘Lalu siapa saja mereka, wahai Rasulullah?’ tanya sahabat.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan daftar orang yang bergelar syahid,

مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي
الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ

“Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid, siapa yang mati karena wabah penyakit Tha’un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.” (HR. Muslim 1915).

Dalam hadis lain, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Siapa yang terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid.” (HR. Bukhari 2480).

Dalam hadis lain dari Jabir bin Atik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ
الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ،
وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ

“Selain yang terbunuh di jalan Allah, mati syahid ada tujuh: mati karena tha’un syahid, mati karena tenggelam syahid, mati karena sakit tulang rusuk syahid, mati karena sakit perut syahid, mati karena
terbakar syahid, mati karena tertimpa benda keras syahid, wanita yang mati karena melahirkan syahid.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan Al-Albani).

Ketika mejelaskan hadis daftar orang yang mati syahid selain di medan jihad, Al-Hafidz Al-Aini mengatakan,

فهم شُهَدَاء حكما لَا حَقِيقَة، وَهَذَا فضل من الله تَعَالَى لهَذِهِ الْأمة بِأَن جعل مَا
جرى عَلَيْهِم تمحيصاً لذنوبهم وَزِيَادَة فِي أجرهم بَلغهُمْ بهَا دَرَجَات الشُّهَدَاء
الْحَقِيقِيَّة ومراتبهم، فَلهَذَا يغسلون وَيعْمل بهم مَا يعْمل بِسَائِر أموات الْمُسلمين

“Mereka mendapat gelar syahid secara status, bukan hakiki. Dan ini karunia Allah untuk umat ini, dimana Dia menjadikan musibah yang mereka alami (ketika mati) sebagai pembersih atas dosa-dosa mereka, dan
ditambah dengan pahala yang besar, sehingga mengantarkan mereka mencapai derajat dan tingkatan para syuhada hakiki. Karena itu, mereka tetap dimandikan, dan ditangani sebagaimana umumnya jenazah kaum muslimin.”
(Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, 14128).

Keenam, meninggal dalam keadaan berjaga (ribath) fi sabilillah (di daerah perbatasan negeri muslim dan kafir).

Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ
يَعْمَلُهُ، وَأًُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتّاَنَ

“Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur).” (HR. Muslim 5047)

Ketujuh, meninggal dalam keadaan beramal shalih.

Dari Hudzaifahradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ الله ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ صَامَ
يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ
اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah Allah yang dia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka dia masuk
surga. Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang dia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka dia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang dia mengiri hidupnya dengan amal tersebut maka dia masuk surga.” (HR. Ahmad 23324 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang istiqamah di atas kebenaran…

Amin..
******************************************
  10 Tanda Kematian yang Husnul Khotimah
 
Barangsiapa yang meninggal ketika mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena maka dia masuk Surga

Khusnul khatimah atau akhir hidup yang baik adalah suatu kondisi dimana seorang mukmin diberi taufiq oleh Allah sebelum datangnya kematian untuk meninggalkan segala perbuatan yang mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla, bersemangat melakukan ketaatan dan mengerjakan berbagai kebaikan kemudian dia menutup usianya dengan kebaikan.

Sebuah hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam Ahmad yang menunjukkan tentang khusnul khotimah pada seorang hamba, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

ذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ
قَبْلَ مَوْتِهِ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal.” Para sahabat bertanya; “Bagaimana membuatnya
beramal?” beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Mati dalam keadaan khusnul khotimah memiliki tanda-tanda. Diantara tanda-tanda itu ada yang hanya diketahui oleh orang yang akan meninggal,
namun ada pula tanda-tanda itu bisa diketahui oleh semua orang.

Adapun tanda yang hanya diketahui oleh seseorang yang hendak meninggal adalah adanya ‘bisyarah’ atau kabar gembira dari Allah bahwa dia telah
mendapat keridhaan Allah dan berhak mendapat kemuliaan dari-Nya sebagai bentuk keutamaan yang diberikan Allah kepadanya. Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman;

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا
وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy dalam tafsirnya mengatakan; Ini adalah tanda pada seorang mukmin saat menghadapi sakarotul maut. Imam Ahmad juga
meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik Radhiyallohu ‘anhu, bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ قُلْنَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ قَالَ لَيْسَ ذَاكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ
جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ
قَدْ لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَوْ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ بِمَا
هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنْ الشَّرِّ أَوْ مَا يَلْقَاهُ مِنْ الشَّرِّ فَكَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah
tidak senang bertemu dengannya.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, kami semua tidak menyukai kematian?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Bukan itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka seorang pemberi
kabar gembira utusan Allah datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali
bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya. Adapun orang yang banyak berbuat dosa, atau orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang seseorang dengan menunjukkan
tempat kembalinya yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah
pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR. Ahmad)

Ada beberapa khusnul khotimah yang dirinci oleh para ulama berdasar dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Diantaranya;

 1. Seseorang yang mengucap kalimat ‘Laa ilaaha illallah‘, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam;

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallooh’ maka dia akan masuk Surga.” (HR. Abu Dawud)

 2. Meninggal dengan keringat di dahi, berdasar hadits Ibnu Buraidah bin Hashib sebagai berikut ;

عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّه

كَانَ بِخُرَاسَانَ فَعَادَ أَخًا لَهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَوَجَدَهُ بِالْمَوْتِ وَإِذَا هُوَ يَعْرَقُ جَبِينُهُ فَقَالَ
اللَّهُ أَكْبَرُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ

“Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya bahwa ia berada di Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan dahinya berkeringat, ia berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mu`min meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat didahinya.” (HR. Ahmad)

 3. Mati pada malam Jum’at atau di siang hari Jum’at, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam;

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan
Tirmidzi)

 4. Orang yang meninggal karena tho’un (penyakit wabah atau sampar).
    Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;

الطَّاعُوْن ُشهَاَدَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

“Mati karena penyakit sampar adalah syahid bagi setiap muslim.” (HR. Bukhari)

 5. Orang yang meninggal karena sakit perut, atau penyakit yang berhubungan dengan perut seperti; maag, kanker, usus buntu, kolera, disentri, bat ginjal dan lain sebagainya.

وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ

“Barangsiapa yang mati karena sakit perut maka dia adalah syahid.”
(HR. Muslim)

 6. Orang yang meninggal karena tenggelam, karena kejatuhan bangunan atau tebing. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu
    ‘Alaihi Wassallam bersabda;

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena penyakit tha’un, sakit perut, tenggelam, orang yang kejatuhan (bangunan
atau tebing) dan meninggal di jalan Allah.”
(HR. Bukhari)

 7. Orang yang meninggal dalam suatu urusan di jalan Allah (Sabilillah)
    . Seperti seseorang yang meninggal dalam perjalanan dakwah atau meninggal sewaktu mengajar ilmu agama atau ketika melakukan amal kebajikan kepada sesama yang diniatkan ikhlas karena Allah,
    sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari diatas.
    Fisabilillah adalah berjuang di jalan Allah juga dalam pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama.
 8. Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya. Rasulullah
    Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;

قَتْلُ الْمُسْلِمِ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ وَالْغَرَقُ وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءَ

“Terbunuhnya seorang muslim terhitung syahid, kematian karena wabah thaun terhitung syahid, kematian karena sakit perut terhitung syahid,
kematian karena tenggelam terhitung syahid dan seorang wanita yang mati karena melahirkan anaknya terhitung syahid.” (HR. Ahmad)

 9. Seseorang yang terbunuh karena mempertahankan hartanya atau kehormatannya. Abu Hurairah RA meriwayatkan;

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ  ” أَرَأَيْتَ إِنْ
جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي قَالَ : فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ  قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي  قَالَ :
قَاتِلْهُ  قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي قَالَ : فَأَنْتَ شَهِيدٌ  قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ  قَالَ :
هُوَ فِي النَّارِ “

Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam dan bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ada seseorang yang
hendak mengambil hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan engkau berikan hartamu!” Bagaimana kalau ia melawanku?” Beliau bersabda; “Lawanlah
dia!”, “Bagaimana kalau dia membunuhku?” Beliau bersabda; “Engkau syahid”, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?” Beliau bersabda; “Dia
di neraka!.” (HR. Muslim)

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ  وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ
شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan agamanya maka
dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan nyawanya maka dia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan
keluarganya maka dia syahid.” (HR. Tirmidzi)

10. Orang yang meninggal dalam keadaan mengerjakan kebaikan atau amal sholeh. Seperti seseorang yang meninggal dalam keadaan sholat,
 melaksanakan ibadah haji, bersilaturahmi dan sebagainya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ
صَامَ يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ
وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ “

“Barangsiapa yang meninggal ketika mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena maka dia masuk Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari kemudian meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.” (HR. Ahmad).
******************************************
      19 TANDA KEMATIAN YANG MULIA (KHUSNUL KHOTIMAH)


Pertama: Mereka yang dapat mengucapkan syahadah menjelang kematian sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadis sahih, antaranya Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Barang siapa yang ucapan terakhirnya ‘Laa ilaaha illallah’, maka dia
masuk syurga.” (Hadis Hasan)

Ke-2: Kematian yang disertai dengan basahnya kening dengan keringat atau peluh berdasarkan hadis Buraidah bin Hushaib r.a: Dari Buraidah bin Khusaib RA bahawa ketika dia berada di Khurasan sedang membesuk seorang sahabatnya yang sakit dia
mendapatinya sudah meninggal tiba-tiba keningnya berkeringat maka dia berkata: “Allahu Akbar!, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Kematian seorang mukmin disertai
keringat di keningnya.” (Hadis Sahih)

Ke-3: Mereka yang (baik-baik dan soleh) meninggal dunia pada malam Jumaat atau siangnya berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
“Tidaklah seorang Muslim yang meninggal pada hari Jumaat atau malam Jumaat melainkan Allah melindunginya daripada seksa kubur.”

Ke-4: Meninggal dalam keadaan syahid di medan perang sebagaimana artinya: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahawa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah mati, tetapi mereka hidup diberi rezeki di sisi Tuhan mereka. Mereka
bergembira dengan kurnia yang diberikan Allah kepada mereka dan memberi khabar gembira kepada orang yang belum mengikuti mereka di belakang janganlah mereka takut dan sedih. Mereka
memberi khabar gembira dengan kenikmatan dari Allah dan kurniaNya dan bahawa Allah tidak mensia-siakan balasan bagi orang-orang beriman.” (QS Ali Imran:169-171)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Orang yang syahid mendapatkan enam perkara: Diampuni dosanya sejak titisan darahnya yang pertama; diperlihatkan tempatnya dalam syurga;
dijauhkan dari seksa kubur; diberi keamanan dari goncangan yang dahsyat di hari kiamat; dipakaikan mahkota keimanan;
dinikahkan dengan bidadari syurga; diizinkan memberi syafaat bagi tujuh puluh anggota keluarganya.”

Ke-5: Mereka yang meninggal dunia ketika berjuang di jalan Allah (bukan terbunuh) berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “Apa yang kalian nilai sebagai syahid antara kalian? Mereka berkata: Ya Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah, maka dia syahid. Beliau berkata: Jadi sesungguhnya syuhada’
umatku sedikit.” Mereka berkata: “Lalu siapa mereka Ya Rasulullah?” Baginda bersabda: “Barang siapa yang terbunuh di jalan Allah syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah syahid, barang siapa yang mati kerana wabak taun syahid, barang siapa yang mati kerana penyakit perut syahid dan orang
yang tenggelam syahid.”

Ke-6: Mati kerana satu wabah penyakit tahun berdasarkan beberapa hadis antaranya: Rasulullah SAW bersabda: “Wabah tahun adalah kesyahidan bagi setiap Muslim.”

Daripada Aisyah RA, ia bertanya kepada Rasulullah mengenai wabak taun. Rasulullah SAW menerangkan bahawa wabak taun itu adalah satu azab (bala) daripada Allah yang diantar kepada
siapa yang dikehendakinya, dan Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi hambanya yang beriman. Maka seseorang (Mukmin) yang berada di daerah yang ditimpa wabak taun, dan terus
tinggal di situ dan bersabar menghadapi bala itu serta
mengetahui yang dia tidak akan terkena kecuali menurut apa yang telah ditentukan Allah. Baginya pahala seperti pahala orang yang mati syahid.

Ke-7: Mereka yang mati kerana penyakit dalam perut berdasarkan hadis di atas.

Ke-8 dan ke-9: Mereka yang mati kerana tenggelam dan terkena runtuhan berdasarkan sabda Nabi SAW: “Syuhada ada lima: yang mati kerana wabak taun, karena penyakit perut, yang tenggelam, yang terkena runtuhan dan yang syahid di jalan Allah.”

Ke-10: Matinya seorang wanita dalam nifasnya disebabkan melahirkan anaknya: Dari Ubadah bin Shamit RA bahawa Rasulullah SAW menjenguk Abdullah bin Rawahah RA dan berkata:
Beliau tidak berpindah dari tempat tidurnya lalu berkata:
“Tahukah kamu siapa syuhada’ dari umatku?” Mereka berkata:
“Terbunuhnya seorang Muslim adalah syahid.” Baginda berkata:
“Jadi sesungguhnya para syuhada’ umatku, terbunuhnya seorang Muslim syahid, mati kerana wabak taun syahid, wanita yang mati kerana janinnya syahid (ditarik oleh anaknya dengan tali
arinya ke syurga).”

Ke-11 dan ke-12: Mereka yang mati karena terbakar dan sakit bengkak panas yang menimpa selaput dada di tulang rusuk, ada beberapa hadis yang terkait yang paling masyhur: Dari Jabir bin ‘Atik dengan sanad marfu’: “Syuhada’ ada tujuh selain terbunuh di jalan Allah: yang mati kerana wabak taun syahid;
yang tenggelam syahid; yang mati kerana sakit bengkak yang panas pada selaput dada syahid; yang sakit perut syahid; yang mati terbakar syahid; yang mati terkena runtuhan syahid; dan wanita yang mati setelah melahirkan syahid.”

Ke-13: Mereka yang mati kerana sakit TB berdasarkan hadis:
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Terbunuh di jalan Allah syahid, wanita yang mati kerana melahirkan syahid, orang yang terbakar syahid, orang yang tenggelam syahid, dan yang
mati kerana sakit TB syahid, yang mati kerana sakit perut syahid.” (Hadis Hasan)

Ke-14: Mereka yang mati kerana mempertahankan hartanya yang hendak dirampas. Dalam hal itu ada beberapa hadis di antaranya: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang terbunuh kerana hartanya (dalam riwayat: barang siapa yang
hartanya diambil tidak dengan alasan yang benar lalu dia mempertahankannya dan terbunuh,) maka dia syahid.”

Ke-15 dan ke-16: Mereka yang mati kerana mempertahankan agama dan dirinya: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang terbunuh kerana hartanya syahid, barang siapa yang terbunuh
kerana keluarganya syahid, barang siapa yang terbunuh kerana agamanya syahid, barang siapa yang terbunuh kerana darahnya syahid.”

Ke-17: Mereka yang mati dalam keadaan ribath (berjaga-jaga di perbatasan) di jalan Allah. Ada dua hadis dalam hal itu salah satunya: Rasulullah SAW bersabda: “Ribath sehari semalam lebih baik dari berpuasa dan qiyamullail selama sebulan, dan jika
mati maka akan dijalankan untuknya amalan yang biasa dikerjakannya, akan dijalankan rezekinya dan diamankan dari fitnah.”

Ke-18: Mati ketika melakukan amal soleh berdasarkan hadis Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Barang siapa yang mengucapkan: ‘Laa ilaaha illallah’ mengharapkan wajah Allah lalu wafat setelah mengucapkannya maka dia masuk syurga,
barang siapa berpuasa satu hari mengharapkan wajah Allah lalu wafat ketika mengerjakannya maka dia masuk syurga, barang siapa yang bersedekah dengan satu sedekah mengharapkan wajah Allah lalu wafat ketika mengerjakannya maka dia masuk syurga.”

Ke-19: Mereka yang dibunuh oleh penguasa yang zalim kerana memberi nasihat kepadanya: Rasulullah SAW bersabda: “Penghulu para syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Mutalib dan seseorang yang mendatangi penguasa yang zalim, lalu dia memerintahkan yang baik dan melarang dari yang mungkar lalu dia dibunuhnya.”
Hadis dikeluarkan oleh Al-Hakim dan disahihkannya, dan Al Khatib.

Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci dan semoga yang Like & Bagikan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah Aamiiiin...
******************************************
  Rutinkanlah Membaca 5 Amalan Ini Jika Ingin Mati Khusnul Khotimah
 
Kematian merupakan rahasia Allah SWT dan tidak ada satupun makhluk yang mengatahui kapan ajal seseorang akan mendatanginya. Orang-orang yang
mendapatkan kasih sayang Allah SWT akan mendapatkan kematian dalam khusnul khotimah yaitu kematian yang diimpikan oleh setiap muslim. Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan kematian husnul khotimah?

Setiap muslim bercita-cita ingin memiliki kematian khusnul khotimah, yaitu kematian yang baik dan dirahmati oleh Allah SWT. Tidak semua orang
dapat meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memilikinya yaitu orang-orang yang senantiasa
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dengan sepenuh hati dan mengamalkan beberapa amalan secara rutin dan ikhlas hanya semata-mata
untuk Allah SWT.

Apa arti khusnul khotimah? Seseorang yang meninggal dalam kedaan khusnul khotimah akan dijamin surga baginya di akhirat kelak. Malaikat maut pun dengan sangat hati-hati mengambil nyawanya karena orang tersebut merupakan hamba Allah SWT yang sangat disayangi-Nya. Ciri-ciri orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, yaitu meninggal dengan menyebut asma Allah SWT dan meninggal dalam keadaan yang baik seperti meninggal saat menunaikan sholat, saat berdzikir kepada Allah, dan lainnya.

Ada beberapa amalan yang dapat membawa kita meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, apa sajakah itu? Berikut uraiannya:

 1. Menunaikan sholat wajib tepat waktu dan tidak pernah meninggalkan sholat wajib.
 2. Membiasakan diri untuk membaca Al-Quran setiap hari meskipun hanya satu ayat saja karena ayat-ayat Al-Quran merupakan firman Allah SWT
yang mampu memberikan kesejukan hati dan pikiran serta mempertebal keimanan kita. Selain membacanya, alangkah baiknya jika kita belajar
isi kandungan Al-Quran sebagai pedoman hidup di dunia.
 3. Menjalankan sholat wajib secara berjamaah di rumah atau di masjid.
Menjalankan sholat secara berjamaah dapat melipatgandakan derajat pahala yang akan kita peroleh selain itu sholat berjamaah juga dapat
memperkokoh persaudaraan sesama muslim sehingga Allah SWT lebih menyukai hamba-Nya yang menjalankan sholat secara berjamaah daripada
sholat sendiri.
 4. Menunaikan sholat sunnah tahajjud di malam hari yaitu disepertiga malam. Sholat sunnah tahajjud merupakan sholat sunnah yang dianjurkan oleh Rosulullah kepada setiap umatnya karena dengan
menjalankan sholat sunnah ini dapat mendekatkan kita kepada Allah SWT.
 5. Selalu berdzikir disetiap waktu dan selalu mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun juga. Orang yang selalu mengingat Allah SWT
tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya dan mereka selalu takut akan murka Allah SWT.

Alangkah beruntungnya bagi seorang muslim yang telah menjalankan amalan-amalan tersebut karena mereka merupakan hamba-hamba yang dicintai
Allah SWT. Kebahagiaan seorang muslim yaitu meninggal dalam keadaan khusnul khotimah karena hal ini merupakan jaminan surga untuknya.

Orang-orang yang mati dalam keadaan khusnul khotimah akan berseri-seri wajahnya karena sebelum dikuburkan Allah SWT telah memperlihatkan surga
untuknya yang akan ditinggalinya. Sungguh beruntung bagi setiap muslim yang mendapat kematian khusnul khotimah karena akhir kehidupan di dunia di tutup dengan hal yang baik dan akan membawanya menuju kenikmatan surga yang telah Allah SWT siapkan untuknya.

Demikian informasi seputar beberapa amalan yang dapat menjadikan kematian Anda menjadi khusnul khotimah, jadi apakah Anda ingin mati khusnul khotimah? rutinkan amalan ini setiap hari.
******************************************
  Mengapa Allah Tidak Menciptakan 1 Agama Saja? Ternyata Ini Rahasianya
 

Mengapa Tuhan tidak menciptakan satu agama? Sehingga tidak akan ada perpecahan mengenai perbedaan agama. Meskipun pertanyaan ini sering
dilontarkan oleh umat manusia, pastinya Allah memiliki hikmah dari setiap ketetapannya. Sebagai seorang hamba kita tidak boleh berpikir negatif karena Allah selalu memberi yang terbaik untuk umat-Nya.

Islam tidak hanya sebagai nama agama, tetapi memiliki makna yakni tunduk kepada Allah. Sebuah surah dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Islam
adalah satu-satunya agama yang diterima oleh Allah. Lalu apakah alasan Tuhan tidak menciptakan hanya satu agama?

Allah telah mengutus semua nabi untuk mengajarkan hanya untuk satu agama. Mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, semua datang dan Allah
telah merahmati mereka.

Seperti yang ada di dalam Al-Qur’an, jumlah nabi ternyata ada 124.000 yang telah diutus oleh Allah di muka bumi ini. Sebuah dalil menjelaskan bahwa pada setiap kaum akan didatangkan nabi kepada mereka.

Semua nabi yang diutus oleh Allah datang untuk mengajarkan ketauhidan kepada Allah. Mereka menyebarkan ajaran mengenai keesaan Allah, bahwa
Allah tidak beranak, beristri, memiliki ibu ataupun ayah.

Dia adalah Maha Esa dan satu-satunya Tuhan alam semesta ini. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, semua ajaran tersebut lama-lama berubah, bahkan rusak.

Seorang yang disebut muslim bukan hanya mereka yang bernama Abdullah,
Sultan, atau Zakir tetapi mereka yang tunduk kepada Allah dan melaksanakan setiap perintah Allah dan sunnah Rasul, serta menjauhi larangan-Nya.

Selama ini, para nabi datang untuk mengajarkan monoteisme dimana Allah adalah satu-satunya Tuhan umat Manusia. Namun, lama-kelamaan ajaran ini
terus berubah-ubah hingga akhirnya Allah mengutus nabi terakhir sebagai penutup, yakni Nabi Muhammad SAW yang diwayuhkan kitab suci Al-Qur’an.

Allah juga menurunkan wahyu pada setiap nabi sebelum Nabi Muhammad.
Beberapa wahyu itu adalah Taurat, Injil, dan Zabur. Wahyu tersebut diperuntukkan hanya pada masa itu dan kaum tertentu saja.

Berbeda dengan Al-Qur’an yang diturunkan terakhir kali untuk semua umat manusia pada semua zaman. Bahkan Nabi Muhammad tidak hanya diutus untuk
orang Arab atau Muslim, tetapi untuk seluruh umat manusia. Lalu kenapa Allah tak menciptakan satu agama saja?

Sebenarnya, Yesus Kristus A.S pun juga mengajarkan ketauhidan Tuhan. Hal
ini dapat dilihat dari isi kitab Bible, dimana di dalamnya tidak terdapat kata kristen atau pun mengajarkan kekristenan.

Kata kristen hanya julukan bagi pengikut Yesus dari Antioch. Di dalam Gospel menyebutkan jika bukan kehendak Yesus melainkan kehendak Bapa.
Bapa disini maksudnya adalah Tuhan. Hal tersebut sebenarnya adalah ajaran Islam dimana kita harus menundukkan diri pada Allah.

Sebuah dalil dalam Al-Qur’an menjelaskan jika satu-satunya tujuan kita menjalani hidup adalah menundukkan diri di hadapan Allah. Inilah jawaban
dari kenapa Tuhan tidak menciptakan satu agama saja.

Sebagai seorang muslim, kita harus mendalami kitab suci Al-Qur’an agar mengetahui kebenaran yang ada. Sebenarnya, setiap ajaran yang diwahyukan
kepada para nabi mengajarkan ketauhidan Allah.

Tetapi karena ulah manusia, kitab tersebut berangsur-angsur diubah sehingga menyimpang dari ajaran asalnya. Allah telah memberikan akal pikiran bagi manusia agar kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Bersihkanlah hati agar kita dapat melihat kebenaran yang ada di sekitar kita. Karena Allah akan memberikan hidayah hanya pada mereka yang Dia
kehendaki.
******************************************
  Apa Hukumnya Saat Berhubungan Dengan Istri Membayangkan Wanita Lain?

Meski banyak yang tidak mengakui, tapi mungkin banyak yang pernah melakukan ketika sedang berhubungan dengan istrinya membayangkan wanita
 lain yang mungkin lebih cantik. Bolehkah hal itu dilakukan? Apakah itu termasuk zina hati? Seorang pembaca di islampos menanyakan hal itu di
rubric konsultasi syariah.

Dalam ajaran Islam motivasi dalam melakukan suatu perbutan sangan ditentukan oleh niat yang melatarbelakanginya. Setiap perbuatan seorang
mukallaf akan bernilai ibadah atau malah sebaliknya itu semua bergantung pada niatnya. karena pentingnya keberadaan niat dalam aktivitas seorang
mukallaf, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perbuatan (seseorang) bergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari).

Niat secara bahasa adalah maksud (al-Qashdu), sedangkan secara istilah adalah ‘aqd al-qalbi ‘alâ `îjâd al-fi’li jazm[an] “Komitmen dalam hati
untuk mewujudkan suatu perbuatan.”(Ruwwas Qal’ah jie, al-mawsû’ah al-fiqhiyyah al-muyassarah, juz. 2 hal. 1916, lihat pula Abi Ishaq Ibn Ibrahim Ibn Ali ibn Yusuf al-firuz abadi al-Syirazi, al-Muhadzdzab fi fiqh madzhâb al-Imâm al-Syafi’i).

Selain hadits di atas, kehujjahan (argumentasi) tentang niat juga dikuatkan oleh kaidah-kaidah fiqih sebagai berikut:

1. Kaidah fiqih tentang niat menurut ulama hanafiyyah, lâ tsawâba illa bi al-Niyyah, “tidak ada pahala bagi pekerjaan yang dilakukan tidak dengan niat.”
2. Kaidah fiqih tentang niat menurut ulama Syafi’iyyah, al-Umûru bi maqâshidihâ, “setiap pekerjaan bergantung pada niatnya.” (jalal al-din
‘abdurrahman ibn abu Bakar al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhâ`ir.
Halaman. 36).

Dalil-dalil di atas semakin menguatkan pentingnya keberadaan niat dalam suatu perbuatan. Lantas timbul pertanyaan, seberapa jauh dampak
keberadaan niat dalam perbuatan? Seorang ulama kontemporer syaikh Muhammad Ruwwas Qal’ah jie, membagi perbuatan seorang mukallaf menjadi
tiga bagian.

Pertama, perbuatan taat. Kedua, perbuatan ma’shiyat dan ketigaperbuatan mubah (boleh). Untuk perbuatan kategori pertama ini sangat terkait dengan niat seseorang, karena keberadaan niat dalam setiap perbuatan taat akan berdampak pada pahala yang akan diraihnya; begitupun sah atau tidaknya perbuatan.

Jika seseorang melaksanakan perbuatan taat dengan niat untuk mendapatkan kebaikan dan pahala, maka ia akan mendapatkan pahala, namun jika sebaliknya maka dosa yang akan ia raih. Ketentuan untuk kategori perbuatan pertama tersebut tidak berlaku untuk kategori perbuatan kedua;
artinya jika seseorang melakukan maksiyat dengan niat ibadah dan mendapatkan pahala, maka perbuatan tersebut tetap dianggap maksiat.
Seperti contoh seseorang berzina, namun niatnya menikah/nikah mut’ah yang sudah diharamkan dalam Islam, maka perbuatan tersebut tetap
terkatagori maksiyat.

Sedangkan untuk kategori perbuatan ketiga, seperti makan, minum, jual beli dan kegiatan muamalah lainnya, tidak harus diniatkan terlebih dahulu seperti halnya perbuatan pertama, namun keberadaan niat dalam perbuatan mubah akan berjalan seiring dengan tujuan yang hendak diraih.
Jika seseorang makan dan minum dengan tujuan ibadah, maka perbuatannya menjadi ibadah; namun jika sesesorang makan dan minum untuk melakukan
maksiyat, makan perbuatan mubah tersebut berubah menjadi haram.

Dari penjelasan di atas, permasalahan yang ditanyakan oleh Saudara Imam Faiq termasuk kedalam perbuatan kategori pertama. Oleh karena itu
perbuatan jima’ dengan isteri akan bernilai ibadah jika kita niatkan ibadah; begitupun sebaliknya jika yang dibayangkan adalah orang lain maka bernilai maksiayat yang diharamkan oleh Allah swt. karena sudah termasuk perbuatan berzina. Saran dari kami agar terhindar dari perbuatan tersebut maka lakukanlah tips berikut ini:

1. Yakinkan bahwa isteri kita adalah pilihan terbaik yang diberikan Allah swt kepada kita. Bersyukur atas pasangan hidup yang dianugerhkan Allah adalah hal penting untuk kita perhatikan dalam rumah tangga hal ini agar terhindar dari upaya berkhayal atas sesuatu yang faktanya tidak terjadi dalam hidup kita. Dan yakinkan bahwa isteri kita adalah pendamping hidup yang terbaik bagi kita dan tidak ada satu pun orang lain yang bisa menggantikan posisi sebaik istri kita.

2. Islam mengajarkan kepada kita agar tidak menghabiskan waktu menonton film dan sinetron yang banyak mempertontonkan aurat wanita.

3. Jangan banyak berkhayal dan ber-tamanni (harapan atas sesuatau yang tidak mungkin terjadi), sebab berkhayal bagian dari taswis al-syaithan (bisikan setan). Semoga bermanfaat. Hasbunallâh wa ni’ma al-wakîl ni’ma al-mawlâ wa ni’ma al-Nashîr. [islampos]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Fiqih Puasa Mazhab Syafi’i

Kitab Sahih Ibnu Khuzaimah