Amalan Nisfu Sya'ban

 


Amalan Nisfu Sya'ban 

Beberapa Amalan-amalan Nisfu Sya’ban dan Keutaman Bulan Nisfu Sya’ban :

1. Shalat tsubutul iman 4 raka’at 2 salam
2. Puasa Bulan Sya’ban
Sholat tsubutul iman 4 raka’at 2 salam dijalankan pada waktu bakda
maghrib dengan membaca Niat Sholat tsubutul dan setiap raka’at setelah
membaca Surat Al-fatehah membaca Surat al-qodar 1x, Surat al-ikhlas 3x,
Surat al-falaq 1x, Surat an-Nas 1x dan Setelah Salam pada shalat yang
kedua membaca Shalawat 10x shalawat apapun, panjang atau pendek beserta
panjatkan sebuah Doa, membaca Surat Yasin Setelah itu lakukan Shalat Tasbih.
Sedikit Penjelasan Tentang Bulan Sya’ban :

Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia dikatakan mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Bulan Ramadhan. Bulan Syaban adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam.

Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk ber puasa ketika amalanku dinaikkan.
(HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan) Nisfu Sya’ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya’ban.

Dalam kalangan Islam, Nisfu Sya’ban diperingati menjelang bulan Ramadhan. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang,
diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.

Peringatan Nisfu Sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena
diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya’ban
diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.

Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh
dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan
Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya.
Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.

Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak
sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun.
Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia
penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam
pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT
menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada
hamba-Nya yang saleh.

Tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini, dimana kita dianjurkan untuk
melakukan ibadah terutama untuk memohon ampun, memohon rezeki dan umur
yang bermanfaat, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama
sahih. Diantaranya :

Hadist pertama
Diriwayatkan dari Siti A’isyah ra berkata, :”“Suatu malam rasulullah
salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa
Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk
beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau
berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab:
“Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka
Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau
bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang
lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah
mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta
ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan
menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) .

Hadits Kedua
Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia
kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau
di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata:
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu
Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba
Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)

Hadis Ketiga
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh
mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang
bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)

Hadis Keempat
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan
berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu,
setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata,
Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang
memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’,
lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.”
(HR Ibnu Majah).

Demikianlah keutamaan dan kelebihan malam Nishfu Sya’ban yang Insya
Allah akan jatuh pada hari ini Rabu tgl 4 Juli 2012 sore hingga subuh .
Marilah kita manfaatkan malam yang mulia ini untuk mendekatkan diri dan
memohon ampunan dan berdzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah. SWT
Ibnu Taimiyyah menghidupkan Nishfu Sya’ban dengan amalan khusus.

Ibnu Taimiyah, (Ulama Besar yang selalu menjadi rujukannya
wahabi/salafy) mengkhususkan amalan sholat pada nishfu Sya’ban dan
memujinya: Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa pada jilid
24 halaman 131 mengenai amalan Nishfu Sya’ban sebagai berikut:
Artinya: “Apabila seorang itu menunaikan sholat pada malam Nishfu
Sya’ban secara individu atau berjamaah secara khusus sebagaimana yang
dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka hal itu adalah Baik”.

Lihat bagaimana Ibnu Taimiyah sendiri memuji siapa yang menghidupkan
amalan khusus pada malam Nishfu Sya’ban yaitu dengan menunaikan sholat
sunnah pada waktu itu baik secara perseorangan maupun secara berjama’ah,
Ibnu Taimiyah menyifatkan amalan khusus itu sebagai Hasan/ Baik.

Pada halaman 132 dikitab yang sama itu, Ibnu Taimiyyah mengakui adanya
hadits yang mengkhususkan untuk ibadah sholat malam Nishfu Sya’ban!!!

Artinya: “(Berkenaan malam Nishfu Sya’ban) maka telah diriwayatkan
mengenai kemuliaan dan kelebihan Nishfu Sya’ban dengan hadits-hadits dan
atsar, di nukilkan dari golongan Salaf (orang-orang dahulu) bahwa mereka
menunaikan sholat khusus pada malam Nishfu Sya’ban, sholatnya seseorang
pada malam itu secara perseorangan sebenarnya telah dilakukan oleh ulama
Salaf dan dalam perkara tersebut terdapat hujjah/dalil maka jangan di-ingkari, manakala sholat secara jama’ah (pada malam nishfu sya’ban) adalah dibina atas hujah/ dalil kaedah pada berkumpulnya manusia dalam  melakukan amalan ketaatan dan ibadat”.

Dalam kitabnya Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada halaman 266 beliau mengatakan yang artinya:

Artinya: “(Malam Nishfu Sya’ban) telah diriwayatkan mengenai kemuliaannya dari hadits-hadits Nabi dan pada kenyataan para sahabat telah menjelaskan bahwa itu adalah malam yang mulia dan dikalangan ulama
As-Salaf yang meng- khususkan malam Nishfu Sya’ban dengan melakukan sholat khusus padanya dan berpuasa bulan Sya’ban, ada pula hadits yang shohih. Ada dikalangan Salaf (orang yang terdahulu), sebagian dari ahli Madinah dan selain mereka sebagian dikalangan Khalaf (orang belakangan)
yang mengingkari kemuliannya dan menyanggah hadits-hadits yang
diriwayatkan padanya seperti hadits:

‘Sesungguhnya Allah swt. mengampuni
padanya lebih banyak dari bilangan bulu kambing bani kalb’. Akan tetapi
disisi kebanyakan ulama ahli Ilmu atau kebanyakan ulama Madzhab kami dan
ulama lain adalah memuliakan malam Nishfu Sya’ban, dan yang demikian
adalah kenyataan Imam Ahmad bin Hanbal dari ulama Salaf, karena cukup
banyak hadits yang menyatakan mengenai kemuliaan Nishfu Sya’ban, begitu
juga hal ini benar dari kenyataan dan kesan-kesan ulama As-Salaf, dan
telah dinyatakan kemuliaan Nishfu Sya’ban dalam banyak kitab hadits
Musnad dan Sunan”.

Demikianlah pendapat Ibnu Taimiyyah mengenai bulan dan malam Nishfu Sya’ban.
Jelas sebagai bukti bahwa Ibnu Taimiyah sendiri mengakui dan tidak
mengingkari kebaikan amalan khusus pada nishfu Sya’ban termasuk
didalamnya sholat sunnah.

Belliau juga mengatakan bahwa amalan ibadah pada malam nishfu Sya’ban dikerjakan oleh para Salaf. Tetapi sayangnya
golongan peng- ingkar yang mengaku sebagai penerus akidah Ibnu Taimiyyah ini telah meng haramkan dan membid’ahkan mungkar amalan dalam bulan dan nishfu Sya’ban ini? Mereka hanya menyebutkan kata-kata Ibnu Taimiyyah yang sepaham dengan mereka tetapi kata-kata Ibnu Taimiyyah yang tidak
sepaham, mereka kesampingkan! Apakah mereka ini juga berani membid’ahkan
mungkar Ibnu Taimiyyah? Apakah mereka ini akan merubah atau mengarti kan
kata-kata Ibnu Taimiyah yang sudah jelas tersebut –sebagaimana kebiasaan
mereka– sampai sesuai dengan paham mereka?

Al-Qasthalani dalam kitabnya, Al-Mawahib Alladunniyah jilid 2 halaman 59, menuliskan bahwa para tabi’in di negeri Syam seperti Khalid bin Mi’dan dan Makhul telah berjuhud (mengkhususkan beribadah) pada malam
nishfu sya’ban. Maka dari mereka berdua orang-orang mengambil panutan.

Selanjutnya Al-Qasthalany berkata perbedaan pendapat para ulama Syam
hanya dalam bentuk cara ibadah pada malam nishfu Sya’ban. Ada yang
mengamalkan dimasjid secara berjama’ah yaitu pendapat Khalid bin Mi’dan,
Luqman bin ‘Amir dan disetujui oleh Ishaq bin Rahawaih. Ada lagi yang
mengamalkan sendiri-sendiri dirumah atau ditempat lainnya, pendapat ini
disetujui oleh Al-Auza’i dan para ulama Syam umumnya!!

Masih banyak lagi pendapat para ulama yang membolehkan amalan ibadah
khusus pada malam nishfu Sya’ban karena merupakan amalan kebaikan yang
taqarrub/ mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian para ulama
salaf dari zaman dahulu sampai zaman sekarang telah mengakui adanya
amalan-amalan ibadah pada malam nishfu Sya’ban. Wallahu A’lam

Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan sya’ban dalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci
Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya
dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.

Meski menurut para ahli hadist masih berbeda tentang malam nisfu sya’ban
ini, namun demikian menurut saya sangat dianjurkan untuk meramaikan
malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah,
memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca’an shalawat, membaca
al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.

Bagaimana cara merayakan malam Nisfu Sya’ban? Apakah ada amalan-amalan
khusus?
Menurut sebagian besar Ulama, antara lain adalah dengan memperbanyak
ibadah dan shalat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Adapun
meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan
shalat malam berjamaah, menurut sebagian Ulama, Rasulullah SAW tidak
pernah melakukannya.

Bagi yang mau mengamalkannya, Malam Nifsu Sya’ban Apabila anda
semua berniat mengubah catatan rizki dan takdir di dalam buku besar
Allah menjadi lebih baik dan memohon ampun atas dosa2 yang telah kita
perbuat maka dibawah ini ada petunjuknya menurut sebagian Ulama, yaitu
antara lain:

1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin 3 kali
3. Membaca doa Nifsu Sya’ban
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir,
shalawat, doa dan istighfar.

Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat
Malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, Hadistnya oleh sebagian ahli
hadist dianggap sahih, namun sebagian menganggap dhaif.
Namun demikian dalam urusan shalat sunnah, kata Nabi SAW, boleh kita
tambahi jumlahnya dan boleh kita kurangi sesuai kemampuan kita.
Setelah di malam nisfu sya’ban disunnahkan untuk menyampaikan
doa/keinginan anda dimalam dan insya Allah akan dikabulkan.

Mengenai doa di malam nisfu sya’ban menurut sebagian ulama adalah adalah
sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :

Hadist Pertama
Rasulullah saw bersabda,: “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya
di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya
kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn
Hibban hadits no.5755)

Hadist Kedua
Berkata Aisyah ra : “disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan
kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat
kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke
langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya
sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad
hadits no.24825)

PENDAPAT ULAMA BESAR
Syaikh‘Abdul Qadir al-Jailaniy berkata, “Malam Nishfu Sya’ban adalah
malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy
bin Syahaab)

Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam,
yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama
bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz
3 hal 319).

Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy
as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan
sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallaaha wa malaaikatahuu
yushalluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
Ibnu Taimiyah, (syeikh rujukannya wahabi & salafy) mengkhususkan amalan
sholat pada nishfu Sya’ban dan memujinya: Berkata Ibnu Taimiyah dalam
kitabnya Majmu’ Fatawa pada jilid 24 halaman 131 mengenai amalan Nishfu
Sya’ban sebagai berikut:

Artinya: “Apabila seorang itu menunaikan sholat pada malam Nishfu
Sya’ban secara individu atau berjamaah secara khusus sebagaimana yang
dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka hal itu adalah Baik”.
Lihat bagaimana Ibnu Taimiyah sendiri memuji siapa yang menghidupkan
amalan khusus pada malam Nishfu Sya’ban yaitu dengan menunaikan sholat
sunnah pada waktu itu baik secara perseorangan mau pun secara ber-
jama’ah, Ibnu Taimiyah menyifatkan amalan khusus itu sebagai Hasan/ Baik.

Pada halaman 132 dikitab yang sama itu, Ibnu Taimiyyah mengakui adanya
hadits yang mengkhususkan untuk ibadah sholat malam Nishfu Sya’ban!!!
Artinya: “(Berkenaan malam Nishfu Sya’ban) maka telah diriwayatkan mengenai kemuliaan dan kelebihan Nishfu Sya’ban dengan hadits-hadits dan
atsar, di nukilkan dari golongan Salaf (orang-orang dahulu) bahwa mereka
menunaikan sholat khusus pada malam Nishfu Sya’ban, sholatnya seseorang
pada malam itu secara perseorangan sebenarnya telah dilakukan oleh ulama
Salaf dan dalam perkara tersebut terdapat hujjah/dalil maka jangan di-ingkari, manakala sholat secara jama’ah (pada malam nishfu sya’ban) adalah dibina atas hujah/ dalil kaedah pada berkumpulnya manusia dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadat”.

Berdasarkan fatwa ulama besar di atas, maka kita memperbanyak doa di malam itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka yang melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?.

Demikian juga tentang do’a khusus untuk malam nisfu Sya’ban seperti do’a
di bawah ini, ada ikhtilaf (perbedaan) dikalangan Ulama dan para ahli
hadist. Jadi selain DOA NISFU SYA’BAN di bawah boleh juga dengan do’a-do’a umum terutama do’a yang ada di Al Qur’an dan Al Hadist.

Namun demikian, di bawah ini adalah Do’a malam Nisfu Sya’ban yang diamalkan oleh sebagian Ulama dan Anda boleh ikut mengamalkannya

DOA NISFU SYA’BAN:

“ALLAAHUMMA YAA DZAL MANNI WALAA YUMANNU ‘ALAIKA YAA DZAL JALAALI WAL
IKRAAM, YAA DZATH THAULI WALIN’AAM, LAA ILAAHA ILLAA ANTA, DHAHRUL
LAAJIIN, WA JAARUL MUSTAJIIRIIN, WA AMAANUL KHAA IFIIN, ALLAAHUMMA IN
KUNTA KATABTA NII ‘INDAKA FII UMMIL KITAABI SYAQIYYAN AW MAHRUUMAN AW
MATHRUUDAN AW MUQTARRAN ‘ALAYYA FIR RIZQI, FAMHULLAA HUMMA BI FADLLIKA
SYAQAAWATII WA HIRMAANII WA THARDII WAQ TITAARI RIZQII WA ATS-BITNII
INDAKA FII UMMIL KITAABI SA’IIDAN MARZUUQAN MUWAFFAQALLIL KHAIRAAT. FA
INNAKA QULTA WA QAULUKAL HAQQU FII KITAABIKAL MUNAZZALI ‘ALAA NABIYYIKAL
MURSALI, YAMHUL LAAHUMAA YASYAA U WA YUTSBITU WA ‘INDAHUU UMMUL KITAAB.
ILAAHII BITTAJALLIL AA’DHAMI FII LAILATIN NISHFI MIN SYAHRI SYA’BAANIL
MUKARRAMIL LATII YUFRAQU FIIHAA KULLU AMRIN HAKIIM WA YUBRAM, ISHRIF
‘ANNII MINAL BALAA I MAA A’LAMU WA MAA LAA A’LAM WA ANTA ‘ALLAAMUL
GHUYUUBI BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN.

artinya:
“Ya Allah Tuhanku Pemilik nikmat, tiada ada yang bisa memberi nikmat
atasMU. Ya Allah Pemilik kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah Tuhanku
Pemilik kekayaan dan Pemberi nikmat. Tidak ada yang patut disembah hanya
Engkau. Engkaulah tempat bersandar. Engkaulah tempat berlindung dan
padaMUlah tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan.

Ya Allah Tuhanku, jika sekiranya Engkau telah menulis dalam buku besarMU bahwa
adalah orang yang tidak bebahagia atau orang yang sangat terbatas mendapat nikmatMU, orang yang dijauhkan daripadaMU atau orang yang disempitkan dalam mendapat rizki, maka aku memohon dengan karuniaMU, semoga kiranya Engkau pindahkan aku kedalam golongan orang-orang yang berbahagia, mendapat keluasan rizki serta diberi petunjuk kepada
kebajikan. Sesungguhnya Engkau telah berkata dalam kitabMU yang telah
diturunkan kepada RasulMU, dan perkataanMU adalah benar, yang berbunyi:
Allah mengubah dan menetapkan apa-apa yang dikehendakiNYA dan padaNYA
sumber kitab.

Ya Allah, dengan tajalliMU Yang Maha besar pada malam Nisfu Sya’ban yang mulia ini, Engkau tetapkan dan Engkau ubah sesuatunya, maka aku memohon semoga kiranya aku dijauhkan dari bala bencana, baik yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, Engkaulah Yang Mahamengetahui
segala sesuatu yang tersembunyi. Dan aku selalu mengharap limpahan rahmatMU ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Perlu ditekankan di sin, tidak ada larangan dari Rasul untuk berdoa di malam Nisfu Sya’ban, justru pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan munkar, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg
halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam angat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca’an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih
lainnya.

Sejak semula, Rasulullah Muhammad SAW telah mensinyalir bahwa bulan Sya’ban atau bulan ke-8 dari perhitungan bulan Qamariyah (Hijriah) merupakan bulan yang biasa dilupakan orang.

Maksud Rasulullah, hikmah dan berbagai kemuliaan dan kebajikan yang ada
dalam bulan Sya’ban dilupakan orang. Mengapa dilupakan? Menurut
pengakuan Rasulullah, karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan
yang sangat terkenal keistimewaannya. Kedua bulan dimaksud adalah bulan
Rajab dan bulan Ramadan. Bulan Rajab selalu diingat karena di dalamnya
ada peristiwa Isra Mikraj yang diperingati dan dirayakan sedang bulan
Ramadan ditunggui kedatangannya karena bulan ini adalah bulan yang
paling mulia dan istimewa di antara bulan yang ada.

Lantas apa dan bagaimana bulan Sya’ban? Keistimewaan dan kemuliaan bulan
Sya’ban terletak pada pertengahannya, sehingga disebut dengan Nisfu
Sya’ban. Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban sebagaimana
disebut pada awal tulisan ini, adalah bulan kedelapan dari tahun Hijrah.
Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan
Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Kata Sya’ban sendiri adalah istilah
bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung.

Bulan kedelapan dari tahun Hijriah itu dinamakan dengan Sya’ban karena
pada bulan itu ditemukan banyak jalan untuk mencapai kebaikan. Malam
Nisfu Sya’ban dimuliakan oleh sebagian kaum muslimin karena pada malam
itu diyakini dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia; Raqib dan
Atib, menyerahkan catatan amalan manusia Allah SWT, dan pada malam itu
pula catatan-catatan itu diganti dengan catatan yang baru.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang
biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan
Ramadan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku
menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa (HR
Nasa’I dari Usamah).

Sehubungan dengan hal itu Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan
Aisyah ra.” lam yakunin Nabiyi sha mim yashumu aksara min sya’baana
finnahu kaana yashumuhu kulluhu kaana yashumuhu illa qalilan. Maksud
Aisyah dalam periwayatan ini bahwa Nabi Muhammad SAW paling banyak
berpuasa pada bulan Sya’ban.

Lebih jauh dari itu, pada malan Nisfu Sya’ban Allah SWT menurunkan
berbagai kebaikan kepada hambanya yang berbuat baik pada malam tersebut.
Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), magfirah (ampunan),
dan itqun min azab (pembebasan dari siksaan). Oleh karena itu malam
Nisfu Sya’ban diberi nama yang berbeda sesuai dengan penekanan kebaikan
yang dikandungnya.

Imam al-Gazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam Syafaat,
karena menurutnya, pada malam ke-13 dari bulan Sya’ban Allah SWT
memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Lalu pada malam ke-14,
seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Meskipun demikian ada
beberapa gelintir orang yang tidak diperuntukkan pemberian syafaat
kepadanya. Orang-orang yang tidak diberi syafaat itu antara lain ialah
orang-orang yang berpaling dari agama Allah dan orang-orang yang tidak
berhenti berbuat keburukan.

Nisfu Sya’ban dinamakan juga sebagai malam pengampunan atau malam
magfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada
seluruh penduduk bumi, terutama kepada hambanya yang saleh. Namun dalam
pemberian ampunan itu dikecualikan bagi orang-orang yang masih tetap
pada perbuatannya mensyarikatkan Allah alias musyrik, dan bagi mereka
yang tetap berpaling dari Allah SWT. Nabi bersabda: ?Tatkala datang
malam Nisfu Sya’ban Allah memberikan ampunanNya kepada penghuni bumi,
kecuali bagi orang syirik (musyrik) dan berpaling dariNya (HR Ahmad).

Kecuali Enam Golongan
Ibn Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pernah Rasulullah
memanggil isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu Sya’ban.
“Wahai Humaira, apa yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah
malam di mana Allah yang Maha Agung memberikan pembebasan dari api
neraka bagi semua hambanya, kecuali enam kelompok manusia”.

Kelompok yang dimaksud Rasulullah yaitu,
Pertama, kelompok manusia yang tidak berhenti minum hamr atau para
peminum minuman keras. Sebagaimana berulang kali dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan hamr adalah jenis minuman yang memabukkan, baik jenis
minuman yang dibuat secara tradisional mapun jenis minuman yang dibuat
secara modern.

Istilah populernya adalah minuman keras atau miras. Yang disebut pertama antara lain tuak atau ballok, baik ballok tala, ballok
nipa, maupun ballok ase. Sementara yang disebut kedua antara lain bir dan whyski. Termasuk kategori sebagai orang yang tidak berhenti minum hamr ialah orang-orang menyiapkan minuman tersebut atau para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak mendapat pembebasan dari api neraka,
tetapi malah diancam dengan siksaan api neraka.

Kedua, orang-orang yang mencerca orang tuanya. Termasuk kategori
mencerca orang tua ialah berbuat jahat terhadap orang tua yang dalam hal
ini ibu bapak. Menurut ajaran agama yang menyatakan syis saja kepada ibu
atau bapak itu sudah termasuk dosa. Membentak orang tua termasuk
perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT di samping menegaskan kepada
manusia untuk tidak beribadah selainNya, maka kepada kedua orangtua
berbuat baiklah. Waqadha Rabbuka an La ta’buduu Illah Iyyahu wa
bilwalidaini ihsanan (al-Isra: 17:23).

Perbutan kategori baik terhadap
orang tua antara lain bertutur kata kepada keduanya dengan perkataan
yang mulia, merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang,
dan kepada keduanya didoakan; “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”

Ketiga, orang-orang yang membangun tempat zina. Tempat berzina dimaksud
adalah tempat pelacuran yang kini nama populernya tempat PSK (pekerja
seks komersial). Golongan atau kelompok orang yang seperti ini, pada
malam Nisfu Sya’ban tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi
sebaliknya mereka dijanji dengan siksaan dan azab.

Keempat, orang-orang atau para pedagang yang semena-mena menaikkan harga
barang dagangannya sehingga pembeli merasa dizalimi. Misalnya, penjual
bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah. Harga dagangan jenis ini
sudah ada harga standar, tetapi kalau penjualnya menaikkan harganya
secara zalim, maka penjual yang demikian itulah yang tidak mendapat
pembebasan dari neraka.

Kelima, petugas cukai yang tidak jujur. Termasuk kategori petugas cukai
adalah para kolektor pajak atau orang-orang yang menagih pajak dan
retribusi. Misalnya petugas cukai yang bertugas di pasar-pasar yang
menerima uang atau cukai dari penjual dengan bukti penerimaan dengan
karcis. Salah satu bentu ketidakjujuran kalau uang diterima tetapi tidak
diserahkan bukti penerimaan (karcis).

Keenam, kelompok orang-orang tukang fitnah. Orang-orang kelompok ini
suka menyebarkan isu dan pencitraan buruk yang sesungguhnya hanyalah
sebuah fitnah. Keenam golongan inilah yang disebut tidak mendapat fasilitas itqun minannar.

Atas dasar itu, kiranya kita semua dapat menyadari bahwa sesungguhnya
bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci
Ramadan. Persiapan itu meliputi persiapan mental dan persiapan fisik.
Manusia atau umat hendaknya memasuki bulan suci Ramadan sudah dalam
keadaan iman yang mantap dan sudah dalam keadaan mendapatkan syafaat,
dan sudah dalam keadaan mendapat jaminan dan pembebasan dari siksaan api
neraka.

Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam angat dianjurkan untuk
meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat
sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca’an shalawat,
membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih
lainnya.

I. Hadis-hadis tentang Salat Nisfu Sya’ban

Rasulullah Saw bersabda, :”Apabila sudah datang malam Nisfu Sya’ban,
maka berdirilah untuk salat di malam harinya dan berpuasalah pada siang
harinya, karena Allah swt turun ke langit dunia pada Nisfu Sya’ban
sampai tenggelam matahari pada hari itu. Ia berfirman: Siapakah yang
memohon ampunan untuk aku ampuni, siapa yang memohon rezeki untuk aku
beri, siapa yang mendapat musibat untuk aku sembuhkan, dan seterusnya,
sampai terbit fajar”. (Sunan Ibn Majah, tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi,
1: 444, nomor hadis 1388; Al-Targhib 2:119; Taj al-Jami’ al-Ushul 2:93)
Rasulullah Saw,”Sesungguhnya Allah menampakkan (kebesaranNya) pada malam
Nisfu Sya’ban dan mengampuni kepada semua makhluknya kecuali orang
musyrik dan orang yang menyimpan dendam “.(Sunan Ibn Majah 1:445;
Al-Targhib 2:118; Musnad Ahmad 2:368, h.6604)

Dari Aisyah, “Aku kehilangan Nabi saw pada suatu malam. Aku keluar
menacrinya dan ia kudapatkan di al-Baqi’. Ia mengangkat kepalanya ke
langit dan berkata: Hai Aisyah, apakah kamu takut Allah dan RasulNya
berbuat tidak adil kepadamu. Aku berkata: Aku kira engkau mendatangi
sebagain dari istri-istri kamu. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
Allah swt turun pada malam Sya’ban ke langit dunia untuk memberikan
ampunan kepada banyak manusia yang lebih banyak dari bilangan bulu domba
dari kabilah Kalb” (Sunan Ibn Majah 1:444)

Ahli Fikih Ahlus Sunnah terkenal sekarang ini, Dr Wahbah al-Zuhaily
menulis dalam Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, menulis, “Disunnahkan
menghidupkan dua malam hari raya (Idul Fithri dan Idul Adhha) serta
malam-malam sepeuluh terakhir di bulan Ramadhan untuk Laylatul Qadr,
sepuluh malam Dzul Hijjah, malam Nisfu Sya’ban dengan melakukan ibadah
seluruh malam atau sebagain besar malam itu, berdasarkan hadis-hadis
yang shahih yang menetapkannya” (Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh 2:47).

II. Hadits-hadits tentang Puasa Nisfu Sya’ban

Ada banyak hadis tentang perintah puasa sunnat pada tanggal 13, 14, 15
setiap bulan Hijriyah. Puasa itu disebut dalam Fikih sebagai puasa
Ayyaamul Biidh . Saya hanya ingin mengajak Anda untuk berpikir jernih
saja. Mungkinkah semua puasa pada tanggal 15 setiap bulan sunnah dan
berubah menjadi bid’ah kalau itu dilakukan pada bulan Sya’ban. Apa
dalilnya yang mengkhususkan tanggal 15 Sya’ban sebagai hari yang
diharamkan puasanya, sementara pada bulan-bulan yang lain Rasulullah saw
menganjurkannya?

Di bawah ini dicantumkan hadis-hadis tentang dianjurkan puasa pada bulan
Sya’ban dan khususnya berpuasa pada Nisfu Sya’ban.

• Dari Ummu Salamah: Aku tidak melihat Nabi saw berpuasa dua bulan terus
menerus kecuali Sya’ban dan Ramadhan (Al-Taj al-Jami’ al-Ushul 2:93)
• Dari “Aisyah: Aku tidak melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasanya
sampai sebulan kecuali di bulajn Ramadhan, dan aku tidak melihatnya
paling banyak berpuasa kecuali di bulan Sya’ban (Al-Taj al-Jami’
al-Ushul 2:93)

• Nabi saw bersabda: Apabila datang malam Nisfu Sya’ban, salatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya (Sunan Ibn Majah 1:444) • Nabi saw bersabda: Siapa yang berpuasa pada hari Nisfu Sya’ban, ia
memperoleh pahala seperti berpuasa dua tahun: tahun yang lalu dan tahun
yang akan datang  (Kanz al-‘Ummal 14:178, h. 38293)

III. Doa Malam Nisfu Sya’ban
Banyak doa yang disusun oleh para ulama yang sangat baik untuk dibaca
pada malam Nisfu Sya’ban tersebut. Di antaranya doa yang dibaca di awal
waktu sesudah shalat Maghrib. Sebelum kita membaca doa Nisfu Sya’ban
diawali terlebih dahulu membaca surat Yasin tiga kali. Pembacaan pertama
dengan niat mohon dipanjangkan umur dalam berbuat ibadah. Kedua dengan
niat minta dipelihara dari bencana, disembuhkan dari penyakit, dan
diluaskan rizqi yang halal. Dan yang ketiga, dengan niat minta kaya hati
dari segala makhluk dan memohon husnul khatimah. Doa dibaca setelah
setiap selesai membaca surat Yasin.
Salah satu doa yang lain yang biasa dibaca orang pada malam Nisfu
Sya’ban adalah :

ﺒﺴﻡﺍﷲﺍﻠﺭﺤﻤﻥﺍﻠﺭﺤﻴﻡ
ﺍﻠﻠﻬﻡ ﻴﺎﺫﺍ ﺍﻠﻤﻥ ﻭﻻﻴﻤﻥ ﻋﻠﻴﻙ ﻴﺫﺍ ﺍﻠﺠﻼﻝ ﻭﺍﻹﻜﺭﺍﻡ‚ ﻴﺎﺫﺍ ﺍﻠﻁﻭﻝ ﻭﺍﻹﻨﻌﺎﻡ‚ ﻻ ﺍﻠﻪ
ﺍﻻ ﺍﻨﺕ ﻅﻬﺭﺍﻠﻼﺠﻴﻥ ﻭﺠﺎﺭﺍﻠﻤﺴﺘﺠﻴﺭﻴﻥ ﻭﻤﺄﻤﻥ ﺍﻠﺨﺎﺌﻓﻴﻥ
ﺍﻠﻠﻬﻡ ﺍﻥ ﻜﻨﺕ ﻜﺘﺒﺘﻨﺎ ﻋﻨﺩﻙ ﻓﻲ ﺃﻡﺍﻠﻜﺘﺎﺏ ﺃﺸﻗﻴﺎﺀ ﺍﻭﻤﺤﺭﻭﻤﻴﻥ ﺍﻭﻤﻗﺘﺭﺍ ﻋﻠﻴﻨﺎ
ﻓﻲﺍﻠﺯﻕ ﻓﻤﺢﺍﻠﻠﻬﻡ ﺒﻓﻀﻠﻙ ﺸﻗﺎﻭﺘﻨﺎ ﻭﺤﺭﻤﺎﻨﻨﺎ ﻭﺇﻗﺘﺎﺭﺃﺭﺯﺍﻗﻨﺎ ﻭﺃﺜﺒﺘﻨﺎ ﻋﻨﺩﻙ
ﻓﻲﺃﻡﻜﺘﺎﺏ ﺴﻌﺩﺍﺀ ﻤﺭﺯﻭﻗﻴﻥ ﻤﻭﻓﻗﻴﻥ ﻠﻟﺨﻴﺭﺍﺕ
ﻓﺈﻨﻙ ﻗﻠﺕ ﻭﻗﻭﻠﻙﺍﻟﺤﻕ ﻔﻲ ﻜﺘﺎﺒﻙﺍﻟﻤﻨﺯﻝ ﻋﻟﻰﻠﺴﺎﻥ ﻨﺒﻴﻙﺍﻟﻤﺭﺴﻝ ﻴﻤﺤﻭﺍﷲ ﻤﺎﻴﺴﺎﺀ ﻭﻴﺜﺒﺕ
ﻭﻋﻨﺩﻩ ﺃﻡﺍﻠﻜﺘﺎﺏ
ﺇﻠﻬﻨﺎ ﺒﺎﻠﺘﺠﻠﻲ ﺍﻷﻋﻅﻡ ﻔﻲ ﻠﻴﻠﺔﺍﻠﻨﺼﻑ ﻤﻥ ﺸﻬﺭﺸﻌﺒﺎﻥ ﺍﻠﻤﻜﺭﻡ ﺍﻠﺘﻲ ﻴﻔﺭﻕ ﻔﻴﻬﺎ ﻜﻝ
ﺃﻤﺭ ﺤﻜﻴﻡ ﻭﻴﺒﺭﻡ ﻨﺴﺄﻠﻙ ﺃﻥ ﺘﻜﺸﻑ ﻋﻨﺎ ﻤﻥ ﺍﻠﺒﻼﺀ ﻤﺎ ﻨﻌﻠﻡ ﻭﻤﺎﺃﻨﺕ ﺒﻪﺃﻋﻠﻡ‚ ﺇﻨﻙ ﺃﻨﺕ
ﺍﻷﻋﺯﺍﻷﻜﺭﻡ
ﻭﺼﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻰﺴﻴﺩﻨﺎ ﻤﺤﻤﺩ ﻭﻋﻠﻰﺁﻠﻪ ﻭﺼﺤﺒﻪ ﻭﺴﻠﻡ

Bismillahirrahmanirrahiim.
“Allaahumma yaa dzal-manni wa la yumannu ‘alaika yaa dzal-jalaali
wal-ikraam, yaa dzath-thauli wal-inaam, laa ilaaha illaa anta
zhahral-ladziina wajaaral-mustajiiriina wa ma’ manal-khaa’ifiin.
Allaahumma in kunta katabtanaa ‘indaka fii ummil-kitaabi asyiqiyaa’a au
mahruumiina au muqtarran ‘alaina fir-rizqi fahumllaahumma bifadhlika
syaqaawatanaa wa hirmaananaa wa iqtaara arzaaqinaa wa atsbitnaa ‘indaka
fii ummil-kitaabi su’adaa’a marzuuqina muwaffaqiina lil-khairaat.
Fainnaka qulta waqaulukal-haqqu fii kitaabikal-munzali ‘alaa lisaani
nabiyyikal-mursal, yamhullaahu maa yasyaa’u wa yutsbitu wa ‘indahu
ummul-kitaab.


Ilaahana bit-tajallil-a’zhami fii lailatin-nishfi min syahri sya’baanal-mukarram allatii yfraqu fiiha kullu amrin hakiimin wa yubram
nas’aluka an taksyifa ‘annaa minal-balaa’i maa na’lamu wa maa laa
na’lam, wa maa anta bihi a’lama. Innaka antal-a’azzul-akram.
Wa shllallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi washah-bihi
wa sallam.


Artinya :“Ya Allah, wahai Dzat yang mempuinyai anugerah, dan Engkau
tidak diberi anugerah, waha Dzat yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan,
wahai Dzat yang mempunyai kekuasaan dan memberikan kenikmatan, tiada
Tuhan melainkan Engkau. Engkaulah Penolong orang-orang yang memohon
pertolongan, Pelindung orang-orang yang mencari perlindungan, dan
Pemberi keamanan kepada orang-orang yang ketakutan.

Ya Allah, jika Engkau mencatat kami di sisi-Mu dalam induk catatan
sebagai orang-orang yang celaka, terhalang dari rahmat-Mu dijauhkan
dari-Mu, atau disempitkan dalam mendapat rizqi, dengan karunia-Mu, ya
Allah. Hapuskanlah kecelakaan kami, keterhalangan kami, kejauhan kami
dari rahmat-Mu, dan kesempitan rizqi kami.

 Dan tetapkanlah kami di
sisi-Mu dalam catatan sebagai orang-orang yang berbahagia, diberi rizqi
yang luas, serta diberi petunjuk menuju kebajikan. Karena sesungguhnya
Engkau telah berfirman dalam kitab-Mu yang telah diturunkan kepada
Rasul-Mu, sedangkan firman-Mu itu benar, ‘Allah menghapus dan menetapkan
apa yang dikehendaki-Nya dan di sisi-Nya terdapat induk kitab.’

Tuhan kami, dengan tajalli-Mu (penampakan sifat-Mu) yang mahabesar pada
malam Nisfu Sya’ban yang mulia ini, saat setiap urusan dibedakan dan
ditetapkan di dalamnya, kami memohon kepada-Mu agar Engkau palingkan
kami dari segala bencana, baik yang kami ketahui maupun yang tidak kami
ketahui. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Paling Mulia dan Paling Pemurah.
Dan semoga Allah senantiasa memberi rahmat serta kesejahteraan kepada
junjungan kami Nabi Muhammad, keluargannya dan shabatnya.”

  Tiga Amalan Utama pada Malam Nisfu Sya’ban

Sya’ban berarti bulan penuh berkah dan kebaikan. Pada bulan ini Allah
membuka pintu rahmat dan ampunan seluas-luasnya. Karenanya, dianjurkan
untuk memperbanyak ibadah sunah seperti puasa sunah. Hal ini sebagaimana
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Sebuah hadits mengatakan bahwa Nabi
SAW lebih sering puasa sunah di bulan Sya’ban dibandingkan pada bulan
lainnya, (HR Al-Bukhari).

Selain puasa, menghidupkan malam sya’ban juga sangat dianjurkan khususnya malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Maksud menghidupkan malam di sini ialah memperbanyak ibadah dan melakukan
amalan baik pada malam nisfu Sya’ban.

Sayyid Muhammad bin ‘Alawi
Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam nisfu
Sya’ban; Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada
malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang
meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok
orang dari neraka.

Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu
Sya’ban. Tiga amalan ini disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.

Pertama, memperbanyak doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat
Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل
مشرك أو رجل في قلبه شحناء

Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia
akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di
dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat
syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca
kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid
Muhammad bin Alawi mengatakan,

وينبغي للمسلم أن يغتنم الأوقات المباركة والأزمنة الفاضلة، وخصوصا شهر
شعبان وليلة النصف منه، بالاستكثار فيها من الاشتغال بكلمة الشهادة "لا إله
إلا الله محمد رسول الله".

Artinya, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan
keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha
Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam
pertengahannya.”

Ketiga, memperbanyak istighfar. Tidak ada satu pun manusia yang bersih
dari dosa dan salah. Itulah manusia. Kesehariannya bergelimang dosa.
Namun kendati manusia berdosa, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenaya, meminta ampunan (istighfar) sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin
Alawi menjelaskan,

الاستغفار من أعظم وأولى ما ينبغي على المسلم الحريص أن يشتغل به في
الأزمنة الفاضلة التي منها: شعبان وليلة النصف، وهو من أسباب تيسير الرزق،
ودلت على فضله نصوص الكتاب، وأحاديث سيد الأحباب صلى الله عليه وسلم، وفيه
تكفير للذنوب وتفريج للكروب، وإذهاب للهموم ودفع للغموم

Artinya, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang
Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan
malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa
diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.

Demikianlah tiga amalan utama di malam nisfu Sya’ban menurut Sayyid
Muhammad. Semua amalan itu berdampak baik dan memberi keberkahan kepada
orang yang mengamalkannya.

Semoga kita termasuk orang yang menghidupkan malam nisfu Sya’ban dengan
memperbanyak do’a, membaca dua kalimat syahadat, istighfar, dan kalimat
mulia lainnya. Wallahu a’lam.

  Ini Amalan Rasulullah SAW di Bulan Sya’ban

Kita sekarang berada di bulan Sya’ban dan sebentar lagi Ramadhan datang
menghampiri kita. Bulan Sya’ban merupakan waktu yang tepat untuk
berpuasa guna melatih diri untuk terbiasa puasa satu bulan penuh selama
Ramadhan. Bahkan orang yang puasa Sya’ban termasuk orang yang
menghormati bulan Ramadhan. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Puasa
Sya’ban itu untuk menganggungkan Ramadhan,” (HR At-Tirmidzi).

Puasa Sya’ban sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut
pengakuan ‘Aisyah RA, “Hanya di bulan Ramadhan Nabi Muhammad berpuasa
satu bulan penuh dan saya tidak melihat Beliau sering puasa kecuali di
bulan Sya’ban,” (HR Al-Bukhari). Dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Puasa
yang disukai Nabi Muhammad SAW ialah puasa di bulan Sya’ban.”

Syeikh Nawawi Banten di dalam Nihayatuz Zain menjelaskan sebagai berikut.

الثاني عشر صوم شعبان لحبه صلى الله عليه وسلم صيامه فمن صامه نال شفاعته
صلى الله عليه وسلم يوم القيامة

Artinya, “Macam puasa sunah yang kedua belas adalah puasa Sya’ban. Sebab
Nabi Muhammad SAW sangat suka berpuasa pada bulan tersebut. Siapa saja
yang berpuasa di bulan Sya’ban, ia akan memperoleh sya’faat di hari kelak.”

Sebagai umatnya, puasa sunah yang dilakukan Nabi SAW ini penting untuk
kita amalkan. Meskipun tidak mampu meniru sepenuhnya apa yang diamalkan
Nabi Muhammad SAW, paling tidak kita coba berpuasa semampunya selama
bulan Sya’ban. Selain mendapatkan ganjaran, puasa Sya’ban dapat melatih
diri sendiri agar siap melakukan puasa wajib Ramadhan.

Biasanya, orang yang tidak terbiasa berpuasa tentu akan merasa berat
melakukan puasa sebulan penuh pada Ramadhan. Untuk itu, biasakan puasa
sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban agar nanti di bulan Ramadhan organ
lambung tidak terkejut bila tidak beraktivitas selama siang hari.

Demikian pula bagi perempuan yang belum mengqadha puasa Ramadhan tahun
lalu, Sya’ban adalah momen terbaik untuk mengqadha puasa. Jangan sampai
ketika memasuki bulan Ramadhan nanti, utang puasa belum dibayar tuntas.
Semoga kita mampu mengamalkan sunah Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam.
(Hengki Ferdiansyah)

Ini Amalan Rasulullah SAW di Bulan Sya’ban
Kita sekarang berada di bulan Sya’ban dan sebentar lagi Ramadhan datang
menghampiri kita. Bulan Sya’ban merupakan waktu yang tepat untuk
berpuasa guna melatih diri untuk terbiasa puasa satu bulan penuh selama
Ramadhan. Bahkan orang yang puasa Sya’ban termasuk orang yang
menghormati bulan Ramadhan. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Puasa
Sya’ban itu untuk menganggungkan Ramadhan,” (HR At-Tirmidzi).

Puasa Sya’ban sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut
pengakuan ‘Aisyah RA, “Hanya di bulan Ramadhan Nabi Muhammad berpuasa
satu bulan penuh dan saya tidak melihat Beliau sering puasa kecuali di
bulan Sya’ban,” (HR Al-Bukhari). Dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Puasa
yang disukai Nabi Muhammad SAW ialah puasa di bulan Sya’ban.”

Syeikh Nawawi Banten di dalam Nihayatuz Zain menjelaskan sebagai berikut.

الثاني عشر صوم شعبان لحبه صلى الله عليه وسلم صيامه فمن صامه نال شفاعته
صلى الله عليه وسلم يوم القيامة

Artinya, “Macam puasa sunah yang kedua belas adalah puasa Sya’ban. Sebab
Nabi Muhammad SAW sangat suka berpuasa pada bulan tersebut. Siapa saja
yang berpuasa di bulan Sya’ban, ia akan memperoleh sya’faat di hari kelak.”

Sebagai umatnya, puasa sunah yang dilakukan Nabi SAW ini penting untuk
kita amalkan. Meskipun tidak mampu meniru sepenuhnya apa yang diamalkan
Nabi Muhammad SAW, paling tidak kita coba berpuasa semampunya selama
bulan Sya’ban. Selain mendapatkan ganjaran, puasa Sya’ban dapat melatih
diri sendiri agar siap melakukan puasa wajib Ramadhan.

Biasanya, orang yang tidak terbiasa berpuasa tentu akan merasa berat
melakukan puasa sebulan penuh pada Ramadhan. Untuk itu, biasakan puasa
sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban agar nanti di bulan Ramadhan organ
lambung tidak terkejut bila tidak beraktivitas selama siang hari.

Demikian pula bagi perempuan yang belum mengqadha puasa Ramadhan tahun
lalu, Sya’ban adalah momen terbaik untuk mengqadha puasa. Jangan sampai
ketika memasuki bulan Ramadhan nanti, utang puasa belum dibayar tuntas.
Semoga kita mampu mengamalkan sunah Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam.


-----------=====-----------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fiqih Puasa Mazhab Syafi’i

Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Kitab Sahih Ibnu Khuzaimah