Panduan Sholat Tasbih

 



Niat dan Cara Mengerjakan Shalat Sunat Tasbih 
Yang Benar

Shalat sunat sangat banyak sekali variannya sesuai dengan waktu
pelaksanaannya. Dalam beberapa literatur agama yang saya baca, ada salah
satu shalat sunat yang harus dikerjakan minimal satu kali sehari, kalau
tidak bisa, satu kali dalam seminggu, atau satu kali dalam sebulan.
Masih tidak bisa, satu kali dalam setahun atau kalau masih tidak sempat
maka satu kali se-umur hidup harus pernah melaksanakan shalat ini.

Adalah shalat sunat Tasbih yang sudah tidak asing lagi di telinga.
Shalat sunat ini besar sekali pahalanya
bagi orang yang melaksanakannya, bahkan Rasululloh sudah memberikan
gambaran dan tuntunan shalat pada umatnya seperti gambaran di atas.
Walaupun shalat ini hukumnya sunnat tapi pelaksannya sangat dianjurkan.
Pada kesempatan kali ini saya akan uraikan Cara, Niat dan Doa Shalat
Tasbih yang benar.

Karena saking besarnya pahala shalat sunat tasbih ini sehingga sangat
dianjurkan oleh Nabi dengan dilengkapi dengan amalan shalat sunat
lainnya seperti shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat istikharah, shalat
hajat, shalat sunat rawatib dan shalat sunat lainnya. Amalan inilah yang
dimaksudkan oleh Nabi sebagai keuntungan bagi umat muslim nanti di akhirat.

Definisi Shalat Sunat Tasbih

Shalat tasbih adalah shalat sunat yang dikerjakan sebanyak 4 rakaat,
yang didalamnya diperbanyak bacaan tasbih. Jumlah tasbih yang dibaca
sebanyak 300 kali, dengan perincian setiap rakaat dibaca 75 kali.

Shalat sunat tasbih ini sangat baik jika dikerjakan setiap hari. Jika
tak sempat setiap hari, maka setiap hari jum’at (seminggu sekali). Jika
tak sempat juga maka sebulan sekali. Jika masih tak sempat maka setahun
sekali. Jika setahun sekali juga masih tak sempat, maka seumur hidup sekali.

Adapun waktu pelaksanaannya boleh siang atau malam hari. Yang penting
bukan pada waktu-waktu terlarang. Jika dikerjakan pada malam hari, maka
sebaiknya setiap 2 rakaat salam (jadi 2 rakaat 2 rakaat). Sedangkan jika
dikerjakan siang hari, maka boleh tiap 2 rakaat satu salam, atau 4
rakaat sekaligus dengan satu salam (tanpa tasyahud awal).

Cara pelaksanaannya sama dengan cara pelaksanaan shalat fardhu, baik
gerakan maupun bacaannya. Perbedaanya hanyalah pada niat dan pembacaan
tasbih.

Niat shalat sunat tasbih 2 rakaat:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
USHALLII SUNNATAT TASBIIHI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALAA.

Artinya : “Aku (niat) shalat sunat tasbih 2 rakaat, karena Allah Taala.”

Niat shalat sunat tasbih 4 rakaat:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
 
USHALLII SUNATAT TASBIIHI ARBA’A RAK’AATAINI LILLAHI TA’AALAA.

Artinya: “Aku (niat) shalat sunat tasbih 4 rakaat, karena Allah Taala.”

Bila berjamaah, sebelum kata “LILLAHI TA’ALAA” ditambah dengan kata
“MA’MUUMAN” (mengikuti imam), jika menjadi makmum, atau kata “IMAAMAN”
(menjadi imam), jika bertindak sebagai imam.

Dalam mengerjakan shalat tasbih ini ada dua cara, yaitu:

Cara pertama:

    1)    Setelah takbiratul ihram dan niat,langsung membaca do’a
    iftitah. Setelah itu membaca tasbih berikut sebanyak 15 kali yaitu:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
    
Artinya:“Mahasuci Allah, segala puji milik Allah, tak ada Tuhan
    selain Allah, dan Allah Maha Besar.”

    2)    Kemudian membaca ta’awwudz,basmalah,surat Al-Fatihah dan surat
    atau ayat-ayat lainnya, lalu membaca tasbih 10 kali (seperti tasbih
    diatas).

    3)    Setelah itu ruku’,sambil membaca tasbih ruku 3 kali,
    dilanjutkan dengan membaca tasbih 10 kali.

    4)    Kemudian bangun dari ruku (i’tidal) dengan membaca do’a
    I’tidal seperti biasa, lalu membaca tasbih 10 kali.

    5)    Setelah itu sujud, sambil membaca tasbih sujud sebnyak 3 kali,
    dilanjutkan dengan membaca tasbih 10 kali.

    6)    Kemudian bangun dari sujud (duduk antara dua sujud) dengan
    membaca do’anya seperti biasa, lalu membaca tasbih 10 kali.

    7)    Setelah itu sujud kedua,sambil membaca tasbih sujud 3 kali,
    dilanjutkan dengan membaca tasbih 10 kali.

    8)    Kemudian berdiri untuk melaksanakan rakaat kedua, dan langsung
    membaca tasbih sebanyak 15 kali. Setelah itu membaca
    ta’awwudz,basmalah surat Al-Fatihah, surat atau ayat lainnya dan
    tasbih 10 kali. 

Begitulah seterusnya seperti yang dikerjakan di rakaat pertama. Jika
telah 2 rakaat, maka setelah sujud yang kedua dilanjutkan  dengan
tasyahud akhir dan memberi salam. Setelah itu berdiri untuk mengerjakan
2 rakaat lagi, dengan cara yang sama seperti 2 rakaat sebelumnya,baik
niat,gerakan maupun bacaannya (keciali surat atau ayat-ayat lainnya.

Jika dikerjakan 4 rakaat sekaligus, maka setelah sujud kedua, langsung
berdiri untuk mengerjakan rakaat ketiga (tanpa tasyahud awal). Cara
mengerjakan rakaat ketiga ini sama dengan cara mengerjakan rakaat
sebelumnya.

Cara kedua:
    1)    Setelah takbiratul ihram dan niat, langsung membaca do’a
    iftitah, ta’awwudz,basmalah surat Al-Fatihah,surat atau ayat-ayat
    lainnya, dan dilanjutkan dengan membaca tasbih sebanyak 15 kali.
    Untuk selanjutnya sama seperti cara yang pertama.
    2)    Jika telah selesai 1 rakaat, maka setelah sujud yang kedua
    dilakukan duduk istirahat untuk membaca tasbih 10 kali. Setelah itu
    berdiri untuk melaksanakan rakaat kedua.
    3)    Ketika telah berdiri, langsung membaca
    ta’awudz,basmalah,Al-Fatihah dan surat atau ayat-ayat lainnya. 


Kemudian dilanjutkan dengan membaca tasbih 15 kali. Begitulah seterusnya
dikerjakan seperti rakaat pertama. Jika telah dua rakaat, sebelum
membaca tasyahud akhir, baca tasbih 10 kali, lalu membaca tasyahud akhir
dan memberi salam.setelah itu langsung berdiri untuk mengerjakan 2
rakaat lagi, dengan cara yang sama seperti 2 rakaat sebelumnya.

Itulah Tata cara pelaksanaan shalat sunat tasbih berikut niatnya.
Semoga anda senantiasa berada dalam lindungan Alloh. Jangan lupa jika
anda mempunya hajat atau kebutuhan maka mintalah pertolongan kepada
Alloh jangan kepada selain Alloh yaitu dengan shalat hajat
yang benar delengkapi dengan niatnya.
==============

  Hukum Shalat Tasbih tanpa Duduk Istirahat

Berkaitan dengan shalat tasbih, duduk istirahat tentu menjadi keharusan karena di sana orang yang melakukannya mesti membaca rangkaian tasbih 10 kali. Shalat dengan duduk istirahat ini merupakan satu dari dua cara shalat tasbih yang kita ketahui. Karena, kita mengenal riwayat Ibnu
Abbas RA dan Ibnu Mas‘ud RA perihal cara shalat tasbih.

Dua riwayat ini setidaknya bisa kita temukan dalam kitab Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi’in karya Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani.
Keterangan berikut ini dapat membantu kita memperjelas pertanyaan di atas.

ومنه صلاة التسابيح وهي أربع ركعات بتسليمة واحدة وهو الأحسن نهارا أو
بتسليمتين وهو الأحسن ليلا لحديث صلاة الليل مثنى مثنى وصفتها أن تحرم بها
وتقرأ دعاء الافتتاح والفاتحة وشيئا من القرآن إن أردت والأولى في ذلك
أوائل سورة الحديد والحشر والصف والتغابن للمناسبة في ذلك فإن لم يكن فسورة
الزلزلة والعاديات وألهاكم والإخلاص ثم تقول بعد ذلك وقبل الركوع سبحان
الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله
العلي العظيم خمس عشرة مرة وفي الركوع عشرا وفي الاعتدال عشرا وفي السجود
الأول عشرا وفي الجلوس بين السجدتين عشرا وفي السجود الثاني عشرا وفي جلسة
الاستراحة أو بعد التشهد عشرا فتلك خمسة وسبعون في كل ركعة منها فأربعة في
خمسة وسبعين بثلاثمائة ويأتي قبل هذه التسبيحات بالذكر الوارد في هذه
الأركان وهذه رواية ابن عباس وهي أرجح من رواية ابن مسعود وهي بعد التحرم
وقبل القراءة خمس عشرة مرة وبعد القراءة وقبل الركوع عشرا وفي الركوع عشرا
وفي الاعتدال عشرا وفي السجود الأول عشرا وفي الجلوس بين السجدتين عشرا وفي
السجود الثاني عشرا ولا شيء في جلوس الاستراحة ولا بعد التشهد وفيما عدا
الركعة الأولى يقول الخمسة عشر بعد القيام وقبل القراءة فإن استطعت أن
تصليها في كل يوم فافعل فإن لم تستطع ففي كل شهر مرة فإن لم تستطع ففي كل
سنة مرة فإن لم تستطع ففي عمرك مرة فإن لم يفعلها أصلا دل ذلك على تكاسله
في الدين

Artinya, “Salah satu shalat yang tidak disunahkan berjamaah adalah
sembahyang tasbih. Shalat empat rakaat ini baiknya diakhiri sekali salam
bila dikerjakan pada siang hari. Sementara pada malam hari, shalat ini
baiknya diakhiri dengan dua salam karena hadits Rasulullah SAW berbunyi,
‘Shalat malam itu per dua raka’at.’ Caranya, lakukan takbiratul ihram.
Bacalah doa iftitah dan surah Al-Fatihah. Bacalah surah lain jika Anda
berkenan. Dalam hal ini utamanya adalah awal surah Al-Hadid, Al-Hasyr,
As-Shaf, dan At-Taghabun yang relevan untuk konteks ini. Kalau tidak,
boleh baca surah Az-Zalzalah, Al-‘Adiyat, At-Takatsur, dan Al-Ikhlash.
Sesudah baca surah, tetapi sebelum ruku‘, bacalah subhânalâh wal
hamdulillâh wa lâ ilâha illallâh wallâhu akbar wa lâ haula wa lâ quwwata
illâ billâhil ‘aliyyil azhîm sebanyak 15 kali. Bacalah rangkaian tasbih
ini sebanyak 10 kali ketika ruku‘.Bacalah tasbih ini 10 kali ketika
i‘tidal. Pada sujud pertama, bacalah tasbih ini 10 kali. Saat duduk di
antara dua sujud, baca lagi tasbih ini 10 kali. Pada sujud kedua baca
lagi 10 kali. Baca kembali rangkaian tasbih ini 10 kali ketika duduk
istirahat (pada rakaat pertama dan ketiga) dan setelah tasyahud (pada
rakaat kedua dan keempat). Dalam serakaat sudah berjumlah 75 kali
tasbih. Kalau dikerjakan empat rakaat, Anda sudah membaca 300 kali
tasbih. Sebelum membaca rangkaian tasbih, Anda dianjurkan membaca zikir
sebagaimana lazimnya di setiap rukun shalat (seperti zikir ketika ruku,
i‘tidal, sujud, dan seterusnya). Ini cara shalat tasbih menurut riwayat
Ibnu Abbas RA. Riwayat ini lebih kuat dari riwayat Ibnu Mas‘ud RA.

Dalam riwayat Ibnu Mas‘ud RA, rangkaian tasbih itu dibaca 15 kali
setelah takbiratul ihram, tepat sebelum baca surah Al-Fatihah. Baca lagi
tasbih ini 10 kali sesudah membaca surah, sesaat sebelum ruku. Saat
ruku, bacalah 10 kali. Baca kembali tasbih ini 10 kali ketika i‘tidal.
Di sujud pertama 10 kali. Saat duduk di antara dua sujud, baca lagi 10
kali. Di sujud kedua, baca kembali 10 kali. Saat duduk istirahat (rakaat
pertama dan ketiga), tepatnya sebelum bangun, tidak perlu membaca
tasbih. Setelah baca tasyahud (rakaat kedua maupun keempat), juga tidak
perlu membaca tasbih.

Menurut riwayat Ibnu Mas‘ud RA, selain pada rakaat pertama, tasbih
dibaca 15 kali di saat berdiri, tepatnya sebelum membaca surah
Al-Fatihah. Kalau sanggup, kau boleh melakukan shalat tasbih ini setiap
hari. Kalau tidak sanggup, lakukan shalat ini sekali sebulan. Kalau juga
tak sanggup, lakukan sekali setahun. Kalau tak sanggup juga, lakukan
barang sekali dalam seumur hidupmu. Kalau ada seseorang tidak pernah
sekalipun melakukan sembahyang tasbih, itu menunjukkan kemalasannya
dalam menjalankan perintah agama,” (Lihat Syekh Muhammad Nawawi
Al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi’in, Syirkah Al-Ma’arif,
Bandung, Halaman 115).

Kalau seseorang memilih cara shalat tasbih yang diriwayatkan Ibnu Mas‘ud
RA, artinya ia tidak membaca tasbih 10 kali pada duduk istirahat, tentu
tidak masalah. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu‘in berikut
ini membolehkannya.

ويجوز جعل الخمسة عشر قبل القراءة وحينئذ يكون عشر الاستراحة بعد القراءة

Artinya, “Boleh menempatkan bacaan tasbih 15 kali sebelum bebacaan.
Kalau pakai cara ini, tasbih 10 kali yang dibaca pada duduk istirahat
mesti dibaca sebelum ruku, tepatnya setelah membaca surah,” (Lihat Syekh
Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in pada Hamisy I‘anatut Thalibin,
Beirut, Darul Fikr, 2005, Juz I, Halaman 300-301).

Sayid Bakri bin Sayid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I‘anatut
Thalibin memperjelas pernyataan Fathul Mu’in tersebut.

 قوله (ويجوز جعل الخمسة عشر)أي التي يقولها بعد القراءة. وقوله قبل
القراءة أي قراءة الفاتحة والسورة. قوله (وحينئذ) أي حين إذ جعلها قبل
القراءة (وقوله يكون عشر الاستراحة بعد القراءة) أي يجعل العشر التي يقرؤها
في جلسة الاستراحة بعد القراءة ولا يأتي بها في جلسة الاستراحة

Artinya, “(Boleh menempatkan bacaan tasbih 15 kali) yang mestinya dibaca
setelah baca surah (sebelum bebacaan) surah Al-Fatihah dan baca surah
lainnya. (Kalau pakai cara ini) maksudnya bertasbih 15 kali sebelum
bebacaan, (tasbih 10 kali yang) harusnya (dibaca pada duduk istirahat
mesti dibaca sebelum ruku, tepatnya setelah membaca surah). Dengan cara
ini, ia tidak perlu lagi membaca tasbih 10 kali saat duduk istirahat,”
(Lihat Syekh Sayid Bakri bin Sayid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut
Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005, Juz I, Halaman 301).

Dari sejumlah keterangan di atas, pertama kita harus mendudukan
persoalan duduk istirahat dan bacaan tasbihnya. Kalau shalat tasbih
menggunakan cara yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, duduk istirahat
menjadi sebuah keharusan karena di situ perlu membaca 10 kali tasbih.
Cara ini lazim digunakan masyarakat.

Sementara cara yang diriwayatkan Ibnu Mas‘ud RA tetap menghendaki orang
yang mengerjakan shalat tasbih melakukan duduk istirahat meskipun tanpa
membaca rangkaian tasbih karena bacaan 10 tasbihnya sudah dibaca sesaat
sebelum ruku. Tetapi kalau ia mau langsung bangun, tidak masalah. Hanya
saja praktik shalat tasbih yang diriwayatkan Ibnu Mas‘ud RA jarang
digunakan masyarakat.

Saran kami, kita tidak perlu merendahkan cara lain praktik shalat tasbih
yang jarang digunakan masyarakat. Karena praktik itu memiliki riwayatnya
sendiri dan dibolehkan oleh para ulama.

Walhasil, shalat tasbih ini mengandung keutamaan yang luar biasa
sampai-sampai Rasulullah SAW berpesan begitu rupa kepada pamannya, Abbas
RA agar melakukan shalat tasbih meskipun sekali seumur hidup.

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami
selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.


HikmahKeistimewaan Shalat Tasbih
1. Tasbih merupakan Kalimat yang paling dipilih Allah.
"Suatu hari Rasulullah ditanya apakah ucapan yang paling unggul?Rasulullah menjawab:‘Yang dipilih Allah swt terhadap para malaikat-Nya
dan hamba-Nya adalah ucapan: Subhanallahi wa bihamdihi" (HR. Muslim)
2. Memberatkan amal timbangan
Rasulullah bersabda,‘Ada dua kalimat yang keduanya ringan diucapkan di lidah namun
memberatkan timbangan amal dan keduanya disukai oleh Allah, yaitu:
Subhanallahi wa bi hamdihi subhanallahil azhim’ (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Akan Menghapuskan semua dosa
Rasulullah bersabda,“Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahi wa bi hamdihi 100 kali,maka Allah akan  menghapuskan kesalahannya meskipun kesalahannya itu
sebanyak buih dilautan’’ (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Punya perkebunan kurma di surge nanti
‘’Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahil azhimi wa bi hamdihi,
maka ditanamkan baginya satu pohon kurma di surga’’(HR. Tirmidzi)
5. Terhindar dari penyakit-penyakit berat
“Suatu kali Qabishah al-Makhariq mendatangi Rasulullah SAW dan berkata,
‘Wahai Rasulullah, ajarkan aku beberapa kalimat (ucapan) yang dengannya
Allah memberi manfaat kepadaku, karena sungguh umurku sudah tua dan aku
merasa lemah untuk melakukan apapun’. Lalu Rasulullah SAW berkata :
Adapun untuk duniamu, maka ketika engkau selesai shalat Shubuh, maka ucapkanlah tasbeh sebanyak tiga kali. Jika engkau membacanya, maka engkau terhindar dari kesedihan, kusta (lepra), penyakit biasa, lumpuh akibat pendarahan otak atau stroke.” (HR. Ibnu as-Sunni dan Ahmad).6. Senjata menghadapi persoalan besar“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, RA bahwa jika Rasulullah SAW menghadapi persoalan penting, maka beliau mengangkat kepalanya ke langit
sambil mengucapkan: Subhanallahil azhim, dan jika beliau bersungguh-sungguh dalam berdoa, maka beliau mengucapkan: Ya hayyu ya
qoyyum”. (HR.Tirmidzi)

Cara pelaksanaannya sama dengan cara pelaksanaan shalat fardhu, baik
gerakan maupun bacaannya. Perbedaanya hanyalah pada niat dan pembacaan
tasbih.

Niat shalat sunat tasbih 2 rakaat

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

USHALLII SUNNATAT TASBIIHI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALAA.

Artinya : “Aku (niat) shalat sunat tasbih 2 rakaat, karena Allah Taala.”

Niat shalat sunat tasbih 4 rakaat

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
 
USHALLII SUNATAT TASBIIHI ARBA’A RAK’AATAINI LILLAHI TA’AALAA.

Artinya: “Aku (niat) shalat sunat tasbih 4 rakaat, karena Allah Taala.”

Bila berjamaah, sebelum kata “LILLAHI TA’ALAA” ditambah dengan kata
“MA’MUUMAN” (mengikuti imam), jika menjadi makmum, atau kata “IMAAMAN”
(menjadi imam), jika bertindak sebagai imam.
==============


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Fiqih Puasa Mazhab Syafi’i

Kitab Sahih Ibnu Khuzaimah