KITAB MANAQIB SYEIKH 'ABDUL QODIR AL JAILANI Qoddasallohu Sirruhu

 


KITAB MANAQIB SYEIKH 'ABDUL QODIR AL JAILANI Qoddasallohu Sirruhu

( Untuk Kalangan Ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya )

( PEMBUKAAN MANQOBAH )

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ ۞ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوا يَتَّقُوْنَۗ ۞
لَهُمُ الْبُشْرٰى فِي الْـحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيْمُ

Bismillaahirrohmaanirroohim.
Alaa inna Auliyaa'alloohi laa khoufun ‘alaihim wa laahum yahzanuun.
Alladziina aamanuu wakaanuu yattaquun.
Lahumul busyroo fil hayaatid dunyaa wa fiil aakhiroh,  laa tabdiila
likalimaatillaah, dzaalika huwal fauzul ‘azhiim.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ، وَلَا عُدْوَانَ اِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ اَجْمَعِيْنَ ، اَمَّا بَعْدُ :

Bismillaahirrohmaanirroohim.
Alhamdulillaahi Robbil ‘aalamin, wal ‘aaqibatu lill Muttaqiin, walaa
‘udwaana illaa 'alazh zhoolimiin, wash sholaatu was salaamu ‘alaa
Sayidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shohbihii ajma’iin,
Ammaa ba’du:

Dengan menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puji bagi
Alloh pencipta Semesta alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa
sallam berserta keluarganya, sahabatnya serta 'Awliya Alloh dan para
pengikutnya sampai hari akhir.
Ini sekelumit manaqib Sulthon Awliya' Syaikh Abdul Qodir Al Jailani,
kutipan dari
kitab _"Uquudul La Aali Fii Manaaqibil Jayli__"_dan
kitab _"Tafriihul Khootir Fii Manaaqibisy Syaikhi Abdul Qodir"___
Semoga dengan dibacakan manaqib ini, Alloh  Subhanahu Wa Ta’ala
melimpahkan keberkahannya kepada kita sekalian, terutama kepada Shohibul
Hajat (…..............................................…)

Dimudahkan rizki yang halal, dijauhkan dari malapetaka dunia dan
akhirat, diterima segala niat dan maksud kita, dimudahkan urusan kita
yang berhubungan dengan dunia dan akhirat,
Amiin Yaa Robbal ‘aalamiin.
Adapun diantara manaqib Syaikh Abdul Qodir Al Jailani sebagai berikut :

(MUHARROM)

Manqobah Ke-39 :
Setiap Datang Tahun Baru, Memberitahu Kepada Syaikh Abdul Qodir
Peristiwa Yang Akan Terjadi Pada Tahun Itu
Diriwayatkan di dalam kitab "Bahjatul Asror" bahwa Syaikh ‘Abdul Qodir
pada suatu saat terbang melayang-layang diatas ribuan manusia di majlis
pengajian yang beliau pimpin, beliau Bersabda:

"Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam kepadaku, pada
setiap datang tahun selalu memberi salam kepadaku, dan memberitahukan
yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan, memberi
salam kepadaku dan Menceritakan apa yang terjadi pada bulan itu.
Demikian Pula setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi
salam kepadaku dan memberitahukan yang akan terjadi pada minggu dan hari
itu. Demi Dzat Alloh Yang Maha Mulia, orang-orang yang suka dan duka
semuanya itu diberitahukan kepadaku.
Pandangan mataku selalu di Lauhil Mahfud dan aku tenggelam dalam lautan
Ilmu Alloh dan lautan musyahadah, akulah yang menjadi Hujjah Alloh,
akulah yang menjadi pengganti Rosululloh Sholallohu alaihi wa
sallam. Akulah yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada gurunya,
malaikat ada gurunya, jin ada gurunya, aku guru semuanya.”

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-40 :
‘Abdul Qodir Diberi Buku Untuk Mencatat Murid-Muridnya Sampai Hari
Qiamat
Diriwayatkan di dalam kitab "Bahjatul Asror", Syaikh ‘Abdul Qodir
pernah berkata : “Aku diberi sebuah buku yang luasnya sejauh mata
memandang untuk menuliskan nama-nama muridku sampai hari kiamat. Semua
murid itu telah Alloh berikan Kepadaku dan telah menjadi milikku. Aku
pernah bertanya Kepada malakulMalik, “Apakah ada dalam neraka,
muridku dan sahabat-ku?” Malakul Malik menjawab: “tidak ada.”
Syaikh berkata : "Aku bersumpah, demi kemuliaan Tuhanku. Tanganku atas
murid-muridku seperti langit menutup bumi. Andaikan murid-muridku itu
buruk, maka akulah yang baik. Dan aku bersumpah, demi Ke-Agungan dan
Kemuliaan Tuhanku, dua telapak kakiku tidak akan bergeser dihadapan
Tuhan kecuali sudah mendapat keputusan bahwa aku bersama-sama muridku
yang masuk surga”

Lebih lanjut beliau bersabda : “Tanganku tidak akan lepas dari kepala
murid-muridku, walaupun aku sedang ada di timur dan muridku ada di
barat, lalu muridku itu tersingkap auratnya, maka tanganku akan segera
menutupinya. Demi Keagungan dan Kemuliaan Tuhanku, pada hari qiamat
aku akan berdiri tegak di hadapan gerbang pintu neraka, sekali lagi aku
tidak akan bergeser sebelum muridku masuk surga karena Alloh Yang Maha
Kuasa telah menjanjikanku bahwa murid-muridku tidak akan dimasukan ke
dalam neraka.  Barang siapa yang berguru serta mahabbah kepadaku, pasti
aku menghadap kepadanya, bahwa mereka dan Malaikat Munkar Nakir telah
berjanji kepadaku, bahwa mereka tidak akan menakut-nakuti murid-muridku.”

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(SHOFAR)
Manqobah Ke-24 :
Masyarakat Yang Menderita Penyakit Tho’un, Sembuh Dengan Rumput Dan
Air Madrosah Syaikh ‘Abdul Qodir
Para Ulama meriwayatkan, pernah terjadi pada jaman Syaikh ‘Abdul Qodir
bangkit wabah penyakit tho’un sehingga berjuta orang meninggal dunia.
Masyarakat beduyun-duyun datang meminta pertolongan kepada Syaikh,
beliau mengumumkan kepada mereka :

"Barangsiapa makan rerumputan
Madrosahku, Alloh akan menyembuhkan penyakit yang dideritanya.”

Karena terlalu banyak yang sakit, rerumputan itu habis, Syaikh
mengumumkan lagi : “Barangsiapa yang meminum air Madrosahku akan
segera disembuhkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.” Mendengar
Pengumuman itu, para penderita penyakit beramai-ramai minum air madrosah
Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali dan penyakit
tho’un pun lenyap.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqodah Ke-27 :
Syaikh ‘Abdul Qodir Membeli Empat PuluhEkor Kuda Untuk Orang Sakit
Diriwayatkan, ada ada seseorang yang bertempat tinggal agak jauh dari
kota Baghdad. Terdengar berita tentang kemasyhuran Syaikh ‘Abdul Qodir,
ia pun bermaksud akan berziarah kepada Syaikh karena terdorong rasa
Mahabbah. Setibanya dilokasi kediaman Syaikh, ia keheranan melihat
istal kudanya megah Sekali, lantai istalnya dibuat dari emas dan perak,
pelananya dibuat dari sutra dewangga, kudanya empat puluh ekor,
semuanya bagus-bagus dan mulus-mulus, tiada bandinganya.

Terlintas dalam hatinya prasangka yang kurang baik : “Katanya ia
seorang Wali, tetapi mengapa kenyataannya seorang pecinta dunia. Mana
ada seorang wali mencintai dunia? tidak pantas diberi gelar
Waliyulloh.” Niat semula untuk bertemu  dengan Syaikh, seketika itu
juga dibatalkan, lalu ia bertamu kepada orang lain dikota itu.

Beberapa hari kemudian ia jatuh sakit sangat parah, tidak ada seorang
dokter pun dikota itu yang mampu mengobatinya. Ada seorang paranormal
beragama Nasroni yang memberi petunjuk, “Penyakitnya itu tidak bisa
sembuh kecuali dengan hati kuda, dengan syarat kudanya harus seperti
yang dimiliki oleh Syaikh Abdul Qodir, beliau seorang yang sangat
dermawan, pasti mau menolong”
Setiap hari disembelih seekor untuk diambil hatinya selama empat puluh
hari, sehingga empat puluhkuda habis semuanya.

Dengan empat puluh
kuda itu, sembuhlah orang itu seperti sedia kala. Dengan rasa syukur
yang tiada terhingga diiringi rasa malu, ia datang menghadap Syaikh
mohon ampunan. Syaikh Berkata : “Untuk kamu ketahui, sejumlah kuda yang
ku beli itu sebenarnya untukmu, karena aku tahu kamu akan mendapat
musibah, menderita penyakit yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan
empat puluh hati kuda. Aku tahu maksudmu semula, kamu datang mau
berziarah kepadaku semata-mata didorong rasa cinta kepadaku, namun kamu
berprasangka buruk kepadaku sehingga kamu bertamu kepada orang lain”.
Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa bersalah dan segera
bertobat, lalu Syaikh meluruskan niatnya dan memantapkan keyakinannya.
Dan paranormal itu masuk Islam.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(ROBI’UL AWAL)
Manqobah Ke-3 :
Kecerdasan Syaikh Abdul Qodir Waktu Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu, Syaikh ‘Abdul Qodir berusaha memilih guru-guru yang
ahli dalam bidangnya, beliau mempelajari dan memperdalam bermacam-macam
disiplin ilmu.

Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasannya. Beliau belajar Ilmu
Fiqih dari Abil Wafa ‘Ali bin ‘Aqil, Abi ‘Ali Khothob al-Kalwadani dan
Abi Husein Muhammad ibnil Qodli. Ilmu adab dari Abi Zakaria at-Tabrizi.
Ilmu Thoriqot dari Syaikh Abil Khoir Hammad bin Muslim bin Darwatid
Dibas. Shufiahnya dari Abi Said Al Mubarok.

Sejak itu beliau terus-menerus meraih pangkat yang sempurna berkat
Rohmat Alloh Yang Maha Esa, sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi
dalam kewalian. Dengan semangat juang yang tinggi disertai tekad yang
kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa nafsu. Beliau
berkholwat di Irak dua puluh lima Tahun lamanya tidak berjumpa dengan
orang.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-4 :
Budi Pekerti Syaikh Abdul Qodir
Syaikh Abdul Qodir Al Jailani sangat takut kepada Alloh Subhanahu wa
ta’ala, oleh karena itu beliau mudah terharu serta mudah mengeluarkan
air mata. Doanya diQobul Alloh. Beliau seorang dermawan, jauh dari
keburukan dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan kokoh dalam
mempertahankan hak, tegas dalam menghadapi kemungkaran.

Pantang menolak orang yang meminta-minta walupun yang dimintanya pakaian yang sedang beliau pakai. Tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi  pertolongan
yang bukan karena Alloh.

Beliau diwarisi Akhlak Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa
sallam, Tampan Nabi Yusuf ‘Alaihissallam, Benar Sayyidina Abu
Bakar Ash-Shiddiq Rodliyalloohu 'anhu, Adil Umar bin Khothob
Rodliyalloohu 'anhu, Hilim Sayyidina Utsman bin Affan Rodliyalloohu
'anhu, Kegagahan serta keberanian sayidina Ali bin Abi Tholib
karromallohu Wajhah.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(ROBI’UTS TSANI)
Manqobah Ke-51 :
Wasiat Syaikh Abdul Qodir Kepada Putranya Abdul Rozak
Syaikh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul
Rozak dengan beberapa wasiat, diantaranya :
“Wahai anakku, semoga Alloh melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya
kepadamu dan kepada segenap kaum muslimin. Wahai anakku, bertawakallah
kepada Alloh, pegang syara’ dan laksanakan, dan pelihara batas-batasnya.

Ketahui bahwa Thoriqotku dibangun berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam.
Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati dan suka memberi
pertolongan kepada orang lain dengan jalan kebaikan.

Jangan keras hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu bersikap sabar dan tabah
menghadapi segala ujian dan cobaan. Hendaknya kamu mengampuni kesalahan
orang lain dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin.

Perihara olehmu kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah kepada orang
lain, beri nasihat yang baik kepada orang-orang besar tingkat
kedudukanya, demikian pula bagi masyarakat kecil. Jangan suka
berbantah-bantahan dengan orang lain kecuali dalam masalah agama.

Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan adalah perlu kepada orang lain, dan
hakikat tidak perlu kepada orang lain. Tashowwuf dicapai dengan
jalan lapar dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan
tidak banyak bicara, jika kamu berhadapan dengan orang faqir, jangan
dimulaii dengan ilmu, sebab akan menjauh denganmu. Sebaiknya, hendaklah
dimulai dengan kasih sayang, bersikap lembutlah terhadapnya, membuatnya
lebih dekat padamu.

Tashowwuf dibangun diatas delapan hal yakni: 1. Dermawan, 2.
Ridlo,  3. Sabar,  4.  ‘Isyaroh,   5.  Mengembara, 6. Berbusana
Bulu, 7. Pecinta Alam,dan Faqir.  Dermawan Nabi Ibrohim
‘Alaihis sallam,Ridlo Nabi Ishaq ‘Alaihis sallam, Sabar Nabi Ayyub
‘Alaihis sallam, Isyarohnya Nabi Zakaria ‘Alaihis sallam, Mengembara
seperti Nabi Yusuf ‘Alaihis sallam, Berbusana wool seperti Nabi Yahya
‘Alaihis sallam, Pecinta Alam Nabi Isa ‘Alaihis sallam, dan
kefakiran Nabi  Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam.

Bila kamu berkumpul bersama orang kaya, perlihatkan kegagahanmu,
kerendahan hati bila berkumpul dengan orang miskin. Hendaknya kamu
ikhlas dalam setiap perbuatan. Seharusnya selalu mengingat Alloh. Jangan
berprasangka buruk Kepada Alloh. Harusnya berserah diri kepada Alloh
dalam segala perbuatan. Jangan menggantungkan diri kepada orang lain,
walaupun keluarga walaupun teman sejawat. Layani faqir miskin dengan
Tiga hal: pertama, Tawadlu’, kedua, Budi Pekerti, dan ketiga, Kebeningan Hati.

Perhatikan olehmu bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang
paling baik budi pekertinya. Dan amal yang paling utama ialah memelihara
hati dari melirik kepada selain Alloh.

Bila bergaul dengan orang miskin, berwasiatlah dengan  kebenaran dan
kesabaran. Cukup bagimu dari dunia itu dua hal : pertama, bergaul
dengan orang miskin, kedua menghormati wali. Selain dari pada Alloh,
segala sesuatu itu jangan dipandang cukup, gagah kepada yang dibawahmu
adalah pengecut, gagah terhadap sesama adalah lemah dan gagah kepada
orang yang lebih tinggi kedudukanya adalah sombong. Ketahuilah bahwa
Tashowwuf dan fakir merupakan Dwi Tunggall kebenaran yang hakiki, bukan
main-main, oleh karena itu jangan dicampur dengan main-main".

Demikian wasiat ayah, semoga Alloh melimpahkan Taufiq dan
hidayahnya kepadamu dan kepada murid-murid, atau kepada siapapun yang
mendengar wasiat ini, semoga dapat mengamalkanya dengan syafa’at
junjungan kita Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa sallam,
amin ya Robbal ‘alamin.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-53 :
Syaikh Abdul Qodir Wafat
Menjelang akhir hayatnya, Malakul Ajro’il datang mengunjungi Syaikh
dikala matahari akan terbenam membawa surat dari Alloh Subhanahu
Wa Ta’ala untuk Syaikh dengan alamat sebagai berikut :

يَصِلُ هَذَا الْمَكْتُوْبُ مِنَ الْمُحِبِّ إِلٰى الْمَحْبُوْبِ

"Yashilu hadzal maktubi minal muhibbi ilal mahbubi"
(Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada Wali yang
dikasihi).

Kemudian surat tersebut diterima oleh  putranya yang bernama Sayyid
Abdul Wahhab. Setelah diterima, masuklah ia bersama MalakulAjro’il.
Sebelum surat dihanturkan kepada Syaikh, beliau sudah mengerti bahwa
beliau akan berpindah ke alam ‘uluwi, alam tinggi yakni meninggal Dunia.
Syaikh bersabda kepada putra-putranya : “Jangan mendekat, karena
lahiriyahku bersama-sama dengan kamu, sedang bathiniyahku bersama selain
kamu, dan perluas ruangan ini karena hadir selain dari padamu, tunjukan
sopan santunmu”.
Siang dan malam, tak henti-hentinya beliau mengucapkan :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ غَفَرَاللهُ لِى وَلَكُمْ تَابَ اللهُ عَلَيَّ وَعَلَيْكُمُ بِسْمِ
اللهِ غَيْرِ مُوْدِعِيْنَ وَ ادْخُلُوْا فِى صَفِّ الْأَوَّالِ إِذً اَجِيْءُ اِلَيْكُمْ رِفْقًا رِفْقًا وَعَلَيْكُمُ
السَّلاَمُ اَجِيْءُ اِلَيْكُمْ
قِفُوْا اَتَاهُ الْحَقُّ وَسَكَرَةُ الْمَوْتِ

"Wa’alaikumus salaam wa rohmatullohi wa barokatuh. Ghofarolloohu lii
walakum, taaballohu ‘alayya wa ‘alaikum, Bismillahi ghoyri muudiina.
Wadkhulu fi shoffil awwali, idzan ajii’u ilaykum, rifqon rifqon wa
‘alaikumus salaamu ajii’u ilaykum, Qifuu ataahul haqqu wa sakarotul
mawti.

Beliau berpesan : “Jangan ada yang menanyakan apapun kepadaku setelah
aku bolak-balik dalam lautan Ilmu Alloh”, lalu membaca :

اِسْتَعَنْتُ بِلَا اِلٰـهَ اِلَّا اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىٰ وَالْـحَيِّ الَّذِيْ لاَ  يَخْشَ الْفَوْتُ  سُبْحَانَ
مَنْ تَعَزَّزَ بِالْقُدْرَةِ وَقَهَّرَ عِبَادَهُ بِ الْمَوْتِ لَا اِلٰـهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ  تَعَزَّزَ
 تَعَزَّزَ،
 اَللهُ ، اَللهُ ، اللهُ ،

Ista’antu bilaa ilaaha illallohu, Subhaanahu wa ta’aala wal
hayyilladzi laa yakhsal fawtu, Subhana man ta’azzaza bil qudroti
waqoharo ibaadahu bil mawti laa ilalaha illallohu Muhammadur
Rosulullahi, ta’azzaza, ta ‘azzaza Allohu Allohu Allohu.
Terdengar suara nyaring, lalu suaranya lembut tidak terdengar lagi, dan
meninggallah Ridwanullohu 'alaihi.
Syaikh wafat pada malam Senin ba’da ‘Isya, tanggal 11 Robi’ul
Akhir,Tahun 561 Hiriyah (1166 Masehi) pada usia 91 Tahun.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(JUMADIL ULA)
Manqobah Ke-35 :
Syaikh Ahmad Kanji Menjadi Murid Syaikh Abdul Qodir  Atas Petunjuk Gurunya
Diriwayatkan, pada suatu hari Syaikh Ahmad kanji sedang mengambil wudlu,
terlintas dalam hatinya bahwa thoriqot Syaikh Abdul Qodir itu lebih
disukai dari pada thoriqot-thoriqot lainnya. Gurunya yaitu Syaikh Abi
Ishak Maghribi mengetahui pula apa yang terlintas dalam hati muridnya,
lalu beliau bertanya :

 “Apakah kamu mengetahui kedudukan Syaikh Abdul Qodir ?” Dijawab oleh Syaikh Ahmad Kanji : “Saya tidak tahu”. Lalu
gurunya menjelaskan : “Syaikh Abdul Qodir itu memiliki dua belas sifat.
Kalau lautan dijadikan tintanya dan pepohonan dijadikan penanya,
manusia, malaikat dan jin sebagai penulisnya, maka tidak akan mampu
menulis satu sifat pun”.

Mendengar penjelasan dari gurunya itu, ia makin bertambah mahabbah
kepada Syaikh Abdul Qodir, hatinya berbisik : “Satu harapanku, tidak meninggal dunia sebelum aku menjadi muridnya”.

Kemudian dengan kemauan yang keras berangkatlah ia menuju kota Baghdad.
Setibanya disebuah gunung di wilayah Ajmir yang dibawahnya mengalir sungai, ia mengambil air wudlu untuk sholat. Didalam keadaan antara tidur dan tidak, ia dikunjungi Syaikh Abdul Qodir, beliau membawa
mahkota merah dan sorban hijau. Syaikh Ahmad Kanji berdiri menghormati
kedatangannya : “Marikesini lebih dekat”, kata beliau sambil mengenakan mahkota merah dan sorban hijau diatas kepalaku, lalu bersabda : "Wahai Ahmad Kanji, sekarang kamu sudah menjadi muridku dan menjadi
anakku dan menjadi Rijalulloh (laki-laki Alloh)”. Lalu beliau menghilang, mahkota dan sorban sudah melekat terpakai diatas kepalaku, lalu ia sujud syukur atas nikmat Alloh yang telah diterimanya.

Kemudian ia pulang kegurunya sambil memperlihatkan mahkota merah dan
sorban hijau hadiah dari Syaikh Abdul Qodir dan menceritakan peristiwa
yang di alaminya. Gurunya berkata : “Wahai Ahmad Kanji, mahkota dan
sorban itu adalah khirqoh bagimu, kamu sangat dikasihi Syaikh Abdul
Qodir, sekarang berdirilah dengan tegak, kamu telah menjadi wali yang
utama". Dengan mengharap keberkahannya, Syaikh Abi Ishak Maghribi
memakai mahkota dan sorban itu dikepalanya, lalu diserahkan kembali
kepada Syaikh Ahmad Kanji.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah ke-36 :
Syaikh Ahmad Kanji Menjunjung Kayu Bakar Di Atas Kepalanya
Pekerjaan Syaikh Ahmad kanji adalah mencari kayu bakar untuk memasak
roti bagi para faqir. Setelah mengenakan mahkota dari Sayyid Abdul
Qodir, gurunya bekata : “Sekarang engkau tidak layak mencari kayu bakar
sebab kepalamu sudah dimahkotai dengan mahkota yang mulia”. Namun
Syaikh Ahmad  Kanji memohon izin dari gurunya untuk mencari kayu bakar.
Ujar gurunya: “Ya kalau begitu, terserah kamu". Ia pun berangkat ke
gunung mengumpulkan kayu bakar lalu diikat.

Waktu akan dipikul, kayu bakar itu melayang diatas kepala Syaikh Ahmad
Kanji kira-kira sehasta dari kepalanya. Lantas Syaikh Ahmad Kanji pulang
ke gurunya. Kayu bakar terus melayang mengikuti Syaikh Ahmad.
Setibanya ditempat Syaikh Abi Ishak Maghribi, gurunya itu berkata :
“Nah Syaikh Ahmad, apa kataku, kamu tidak pantas lagi memikul kayu
bakar, sebab sudah ditempati mahkota dan sorban mulia. Mulai sekarang,
sudahlah jangan mencari kayu bakar. Engkau oleh Sayyid Abdul Qodir sudah
ditunjuk ke pangkat Rijalulloh”.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(JUMADITS TSANIYAH)
Manqobah Ke-15 :
Nama Syaikh Abdul Qodir Seperti Ismul A’zhom
Diriwayatkan di dalam kitab Haqo’iqul Haqo’iq, ada seorang perempuan
datang menghadap Syaikh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya, “Saya
mempunyai seorang anak, kini ia hilang tenggelam ke dalam laut, saya
yakin tuan Syaikh bisa mengembalikan anak saya hidup kembali, saya mohon
pertolongan Tuan”. Mendengar perempun itu, Syaikh berkata: “Sekarang
kamu pulang, anakmu sudah ada di rumahmu”. Perempuan itu pulang dengan
tergesa-gesa, setibanya dirumah, anaknya itu belum ada.

Segera ia menghadap lagi kepada Syaikh sambil menangis melaporkan bahwa
anaknya itu belum ada. Syaikh berkata: “Sekarang anakmu sudah ada di
rumahmu, sebaiknya kamu segera pulang". Perasaan rindu pada anaknya
menggebu-gebu, namun setibanya di rumah, anaknya belum ada juga.

Dengan penuh keyakinan ia datang lagi menghadap Syaikh sambil menangis
mohon anaknya hidup kembali. Kemudian Syaikh menundukkan kepalanya dan
tegak kembali sambil berkata: “Sekarang tidak akan salah lagi, pasti
anakmu sudah ada dirumah“. Dengan penuh harapan ia pulang menuju
rumahnya, anaknya sudah ada berkat karomah Syaikh Abdul Qodir.

Mengenai peristiwa ini Syaikh munajat kepada Alloh: “YaaAlloh,
Engkau Maha Kuasa menciptakan mahluk dengan mudah, demikian pula halnya
pada waktu mengumpulkan mahluk dipadang mahsyar hanya dalam tempo yang
singkat sudah berkumpul, mengapa hanya menghidupkan seorang saja sampai
Tigakali, hamba malu oleh perempuan itu. Dan apa hikmahnya?”.

Alloh Subhanahu wa ta’ala menjawab: “Semua ucapanmu kepada
perempuan itu tidak salah, pertama kali kamu mengatakan kepada perempuan
itu anaknya sudah ada dirumah, malaikat baru mengumpulkan tulang
belulangnya yang berserakan, dan yang kedua kalinya seluruh anggota
tubuhnya baru utuh kembali dan dihidupkan, ketiga kalinya si anak di
angkat dari dasar laut dikembalikan kerumahnya”.

Alloh berfirman : "Wahai Abdul Qodir! Kamu jangan kecewa. Sekarang
silahkan kamu minta, pasti kuberi”.  Spontan Syaikh merebahkan
kepalanya bersujud sambil berkata: “Engkau Kholiq, apa saja yang Engkau
berikan akan kuterima". Lalu Alloh memberi hadiah kepada Syaikh dan
berfirman: “Barang siapa melihatmu pada hari Jum’at, ia akan kujadikan
wali, dan kalau kamu melihat tanah tentu akan menjadi emas”. Syaikh
berkata: “Ya Alloh, semua pemberian-Mu kurang begitu manfaat bagiku,
aku mohon karuniamu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah aku
tiada". Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Namamu dibuat
seperti nama-Ku, barang siapa menyebut namamu, pahalanya sama dengan
yang menyebut nama-Ku”.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-16 :
Syaikh Abdul Qodir Menghidupkan Orang Yang Sudah Mati.
Diriwayatkan di dalam kitab Asrorut Tholibin, Syaikh Abdul Qodir pada
waktu melewati suatu tempat, bertemu dengan seorang umat Islam sedang
berdebat dengan seorang umat Nasroni. Beliau menyikapi dengan seksama
dan menanyakan apa yang menjadi sebab perdebatan itu, kata orang Muslim
: "Kami sedang membangga-banggakan Nabi kami masing-masing, dan saya
berkata padanya, Nabi Muhammad-lah yang paling utama".

Kata orang Nasrani : "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna". Lalu Syekh bertanya
kepada orang Nasroni : "Apa yang menjadi dasar kamu mengatakan bahwa
Nabi Isa-lah lebih sempurna daripada Nabi Muhammad?". Orang Nasrani
menjawab : "Nabi Isa bisa menghidupkan orang yang sudah mati". Syekh
berkata lagi : "Kamu tahu aku bukan Nabi, aku hanya pengikut Nabi
Muhammad sholallohu alaihi wa sallam ? Kalau aku bisa
menghidupkan orang yang sudah mati, kamu bersedia untuk beriman kepada
Nabi Muhammad sholallohu alahi wa sallam?". "Baik, saya
mau beriman dan masuk agama Islam", jawab orang Nasroni itu.

"Kalau begitu, mari kita mencari kuburan". Lanjut Syaikh.
Setelah mereka menemukan sebuah kuburan tua, sudah berusia lima ratus
tahun, lalu Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya : "Nabi Isa kalau
menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya?". Orang Nasroni
menjawab : "Beliau cukup dengan mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangunlah
dengan Izin Alloh)". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan
baik-baik !", kata Syekh, lalu beliau menghadap ke kuburan tadi sambil
mengucapkan : "QUM BIIDZNII (Bangunlah dengan izinku)". Kuburan
terbelah dua, keluarlah mayat itu sambil bernyanyi. Konon pada waktu
hidupnya ia seorang penyanyi. Melihat dan menyaksikan peristiwa
tersebut, orang Nasroni itu berubah keyakinan menjadi beriman kepada
Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam dan masuk agama Islam.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-17 :
Syekh Abdul Qodir Merebut Ruh Dari Malakul Maut
Abu Abbas Ahmad Rifa'i meriwayatkan : Ada seorang pelayan Syaikh Abdul
Qodir yang meninggal dunia, kemudian isterinya datang menghadap beliau
mengadukan halnya sambil menangis. Karena ratapnya itu, Syaikh
menundukkan kepala bertawajjuh kepada Alloh, ketika itulah beliau
melihat malakul maut sedang kelangit membawa keranjang maknawi penuh
dengan ruh-ruh manusia yang baru selesai dicabut pada hari itu. Kemudian
beliau meminta kepada malakul maut supaya menyerahkan nyawa muridnya.
Permintaan itu ditolak oleh malakul maut. Lalu beliau merebut keranjang
maknawi itu, dan tumpahlah semua nyawa yang ada di dalamnya dan kembali
ke jasadnya masing-masing.

Menghadapi kejadian ini malakul maut unjuk pihatur kepada Alloh
Subhanahu wa ta’ala : "Ya Alloh, Engkau Maha Mengetahui
tentang kekasih-Mu dan wali-Mu Abdul Qodir". Alloh berfirman : "Memang
benar, Abdul Qodir itu kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya tidak
kamu berikan, akibatnya seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu
menyesal karena kamu tidak memberikannya".

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(ROJAB)
Manqobah Ke-11 :
Telapak Kaki Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa sallam Memijak Pundak
Syaikh Abdul Qodir Pada Malam Mi'roj
Syaikh Rosyid Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Mi'roj, malaikat
datang menghadap Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam membawa Buroq.
Kakinya bercahaya laksana bulan dan paku telapak kakinya bersinar
seperti sinar bintang.

Dikala Buroq itu dihadapkan kepada Rosululloh Sholallohu alaihi
wa sallam ia tidak bisa berdiam dan kakinya bergoyang-goyang
seperti. Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam. bertanya
"Mengapa kamu tidak diam? Apa kamu tidak mau kukendarai?". Buroq
menjawab: "Demi nyawa hamba yang menjadi penebusnya, hamba tidak
menolak, namun ada satu permohonan, yaitu ketika engkau, Rosululloh
sholallohu alaihi wa sallamakan masuk surga, tidak
menunggangi yang lain". Rosululloh sholallohu alaihi wa
sallam. menjawab: "Baik, permintaanmu akan kukabulkan".

Buroq itu masih mengajukan permohonannya: "Hendaknya tangan yang mulia memegang pundak hamba sebagai tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu
dipegangnya pundak Buroq itu oleh Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam.

Karena gejolak rasa gembira, jasad Buroq itu tidak cukup untuk menampung ruhnya, badannya menjadi empat puluh hasta tingginya.

Rosululloh terpaku sebentar melihat badan Buroq itu menjadi tinggi,
terpaksa Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallammemerlukan tangga.
Saat itu juga, datanglah Ghoutsul A'zhom Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jailani
bertekuk lutut di hadapan Roasululloh Sholallohu alaihi wa
sallamsambil berkata : "Silahkan pundak hamba dijadikan tangga".

Rosululloh sholallohu alaihi wa sallammemijakkan kakinya
pada pundak Syaikh, dan lalu Rosululloh sholallohu alaihi wa
sallamnaik buroq. Di saat itu Rosululloh sholallohu alaihi
wa sallambersabda : "Sebagaimana telapak kakiku menginjak
pundakmu, maka telapak kakimu akan menginjak pundak para waliyulloh".

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(SYA'BAN)
Manqobah Ke-7 :
Kebiasaan Syaikh Abdul Qodir Setiap Malam Digunakan Untuk Ibadah
Sholat Dan Dzikir
Syaikh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan : "Aku berkhidmat
mendampingi Syaikh Abdul Qodir selama empat puluh Tahun. Selama itu
aku menyaksikan beliau sholat Shubuh dengan wudlu 'Isya, Seusai
sholat lalu Syaikh masuk kholwat sampai waktu sholat Shubuh. Para
pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau
datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan beliau, terpaksa
mereka menunggu sampai waktu Shubuh.
Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap pun aku tidak tidur,
aku menyaksikan sejak sore harinya beliau melaksanakan sholat-sholat dan
pada malam harinya dilanjutkan dengan berzikir melewati sepertiga malam
lalu beliau membaca :

اَلْمُحِيْطُ اَلرَّبُّ اَلشَّهِيْدُ اَلْحَسِيْبُ اَلْفَعَّالُ اَلْـخَلَّاقُ اَلْـخَالِقُ اَلْبَارِئُ اَلْمُصَوِّرُ

Al Muhiithu,Ar Robbu,Asy Syahiidu,Al
Hasibu,Al Fa’aalu,Al Khollaaqu,Al
Khooliqu,Al Baari’u,Al Mushowwiru,
Tampak badannya mengecil sampai kecil sekali, lalu badannya membesar
lagi dan meninggi sampai tinggi sekali hingga tidak nampak dari
pandanganku. Kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan
sujudnya lama sekali.

Demikianlah beliau beribadah semalam suntuk, setelah dua pertiga malam
beliau menghadap kiblat sambil membaca doa-doa, tiba-tiba terpancar
sinar menyoroti beliau sehingga badannya diliputi sinar dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(ROMADLON)
Manqobah Ke-2:
Beberapa Macam Tanda Kemuliaan Pada Waktu Syaikh Abdul Qodir Dilahirkan
Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif Jailan Irak
pada tanggal 1 Romadlon 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi.
Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir 561 Hijriyah, bertepatan
dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau dikebumikan di Baghdad,
Irak.

Pada malam Syaikh di lahirkan ada lima karomah :
1.        Ayahnya, yaitu Abi Sholih Musa Janaki, pada malam hari
bermimpi dikunjungi Rosululloh Sholallohu alaihi wa
sallamdiiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin dan para wali.
Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janaki : "Wahai Abi Sholih,
engkau akan diberi putra oleh Alloh. Putramu akan mendapat kedudukan
yang tinggi di atas para wali sebagaimana kedudukanku diatas para nabi,
dan anakmu itu termasuk anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Alloh".

2.        Setelah Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam, para
Nabi yang lainpun datang menghibur ayah Syaikh Abdul Qodir : "Engkau
akan mempunyai putra yang akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali
Alloh selain Imam Ma'shum, di bawah pimpinannya".

3.        Syaikh Abdul Qodir sejak dilahirkan pada siang hari bulan
Romadlon menolak untuk menyusu. Menyusunya setelah waktu berbuka puasa.

4.        Di belakang pundak Syaikh Abdul Qodir nampak bekas telapak
kaki Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallamketika beliau akan
menunggangi Buroq pada malam Mi'raj.

5.        Beliau diliputi cahaya sehingga tidak seorang pun yang mampu
melihatnya. Sedang usia ibunya waktu itu 60 tahun, ini juga sesuatu hal
yang luar biasa.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-32 :
Syaikh Abdul Qodir Berbuka Puasa Di Rumah Murid-Muridnya Pada Satu Waktu
Yang Bersamaan
Diriwayatkan, pada suatu hari pada bulan Romadlon, Syaikh ‘Abdul Qodir
diundang berbuka puasa oleh murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang
di rumahnya masing-masing. Mereka berkeinginan agar Syaikh berbuka puasa
di rumahnya. Mereka tidak mengetahui bahwa masing-masing dari mereka
mengundang Syaikh untuk berbuka puasa pada waktu yang bersamaan.

Tiba waktunya berbuka puasa, Syaikh berbuka puasa di rumah beliau, detik
itu pula rumah muridnya yang tujuh puluh orang itu masing-masing
dikunjunginya dan berbuka puasa tepat pada waktu yang sama.

Peristiwa ini di kota Baghdad sudah masyhur di kalangan masyarakat dan
sudah menjadi buah bibir masyarakat dalam setiap pembicaraan dan pertemuan.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(SYAWAL)
Manqobah Ke-22 :
Syaikh Abdul Qodir Setiap Tahun Membebaskan Hamba Sahaya Dari
Perbudakan, Serta Nilai Busana Yang Beliau Pakai
Sebagian kitab manaqib meriwayatkan, sudah menjadi tradisi bahwa setiap
Hari Raya Syaikh ‘Abdul Qodir membeli beberapa hamba sahaya untu
dimerdekakan dari belenggu perbudakan. Kemudian Syaikh mengantarkan
mereka agar wushul kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala.

Dan apabila Syaikh Abdul Qodir berpakaian, beliau memakai pakaian yang
serba indah, bagus dan mahal harganya. Nilai kainnya seharga seharga
10(Sepuluh) dinar per elonya (0,688 m), dan tutup kepalanya seharga
70(Tujuh puluh) ribu dinar. Terompahnya diteratas intan berlian dan
jamrud. Paku terompahnya terbuat dari perak.

Namun pakaian yang serba mewah itu bila ada orang yang memerlukannya,
saat itu juga beliau berikan.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-33:
Syaikh Abdul Qodir Menyelamatkan Muridnya, Seorang Wanita Dari
Pengkhianatan Lelaki Jahat
Diriwayatkan, di kota Baghdad ada seorang wanita cantik. Sebelum ia
menjadi murid Syaikh ‘Abdul Qodir, ada seorang lelaki fasik, hidung
belang, dan tuna susila menaruh perhatian pada wanita itu, namun
cintanya tidak dibalas. Lelaki itu pun tak henti-hentinya berusaha
mencari jalan untuk melakukan niat jahatnya.

Pada suatu hari, wanita itu berangkat menuju sebuah gua di suatu gunung
untuk berkholwat dengan tujuan ibadah. Tanpa ia ketahui bahwa ia sedang
diintai oleh lelaki tadi. Ketika wanita itu tiba di dalam gua, si lelaki
jahat itu masuk, dengan sekuat tenaga ia mau memperkosa wanita itu,
wanita itu pun berusaha menghindar dari kejahatan lelaki tersebut sambil
berteriak memanggil-manggil Syaikh Abdul Qodir : "Ya Syaikh Tsaqolain,
Ya Ghoutsal A'zhom, Ya Syaikh Abdul Qodir, tolonglah saya!",
demikianlah wanita itu bertawassul dan beristighotsah.

Waktu itu Syaikh sedang mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat di
madrosahnya, lalu dilepasnya sepasang bakiak Syaikh, dilemparkan kearah
gua dan tepat mengenai kepala lelaki jahat itu. Di kala laki-laki jahat
itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul,
menampar lelaki itu dengan pukulan-pukulan yang mematikan dan seketika
itu juga ia mati. Wanita itu segera mengambil sepasang bakiak milik
Syaikh, lalu diserahkannya kepada Syaikh. Kemudian ia mengucapkan terima
kasih atas pertolongannya.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(DZULQO'DAH)
Manqobah Ke-31:
Syaikh Abdul Qodir Berziarah Ke Makam Rosululloh Saw Dan Mencium
Tangan Beliau
Pada waktu Syaikh Abdul Qodir berziarah ke makam Rosululloh Sholallohu
alaihi wa sallam di Madinah Munawwaroh, setibanya di sana
beliau langsung masuk ke makam Rosululloh Sholallohu alaihi wa
sallamyaitu Hujroh Syarifah. Selama empat puluh hari beliau bermukim
di hadapan makam Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam, kedua
tangannya diletakkan pada dadanya sambil bermunajat mengharap Rohmat
Alloh, menumpahkan isi hati nuraninya dengan makna dari bait dibawah ini :

ذُنُوْبِي كَمَوْجِ الْبَحْرِ بَلْ هِيَ اَكْثَرُ ۞ كَمِثْلِ الْجِبَالِ الشَّامِّ بَلْ هِيَ اَكْبَرُ
وَلَكِنَّهَا عِنْدَ الْكَرِيْمِ اِذَا عَفَا ۞ جُنَاحٌ مِنَ الْبُعُوْضِ بَلْ هِيَ اَصْغَرُ

dzunubi kamaujil bahri bal hiya aktsaru # kamitslil jibalis Syummi bal
hiya akbaru
walakinnaha 'indal karimi idza 'afaa # janahum minal bu'uudhi bal hiya
ashghoru

Artinya: "Besar dosaku, seperti gulungan ombak dilaut, bahkan lebih besar;
Tinggi, setinggi puncak gunung Syam, bahkan lebih tinggi lagi.
Namun bila daku Kau ampuni ringan dosaku; Seringan sayap nyamuk, kecil
bahkan sekecil amat sangat".

Lalu beliau meneruskan munajat pengharapannya dengan bait dibawah ini:

فِي حَاَلِة الْبُعْدِ رُوْحِي كُنْتُ اُرْسِلُهَا ۞ تُقَبِّلُ الْأَرْضَ عَنِّي وَهِيَ نَائِبَتِي
وَهَذِهِ نَوْبَةُ الْأَشْبَاحِ قَدْ حَضَرَتْ ۞ فَامْدُدْ يَمِيْنَكَ كَي تَحْظَى بِهَا شَفَتِي

fii halatil bu'di ruuhii kuntu ursiluhaa # tuqobbilul ardho 'anni wahya
naibaatii
Wahadzihi naubatul asybaahi qod hadhorot # Famdud yamiinaka kai tahzho
bihaa syafatii
Artinya: "Kala jauh dari kekasih, ku utus roh pengganti diri, Ulurkan
tanganmu kini kasih,
Kan kukecup sepuas hati, untuk terima syafaat kekasih".
Selesai beliau meluapkan isi hati nuraninya, tangan Rosululloh
Sholallohu alaihi wa sallam yang mulia terulur keluar lalu
dipegang, diciumnya sepuas hati dan diletakkan pada ubun-ubun Syaikh.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(DZULHIJJAH)
Manqobah Ke-8 :
Berlaku Benar Adalah Dasar Hidup Syaikh Abdul Qodir
Suatu hari Syaikh Abdul Qodir ditanya oleh seorang muridnya, "Apakah
pedoman hidup tuan?".

عَلَى الصِّدْقِ وَمَا كَذِبْتُ قَطٌّ

'Alas shidqi wa maa kadzibtu qoth-thu
Artinya : "Benar pantang dusta."
Diriwayatkan waktu Syaikh sampai usia delapan belas Tahun, beliau
pergi ke padang rumput mau menggembalakan seekor unta. Ditengah
perjalanan, unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepadanya :
"Bukan begini tujuan hidupmu dilahirkan ke dunia ini".

Dengan kata-kata unta ini, Syaikh kembali ke rumahnya, beliau naik ke
loteng menjumpai ibunya. lalu Syaikh memohon kepada ibunya agar
mengirimkannya ke Baghdad untut menuntut ilmu. Ketika ibunya mendengar
permohonan putranya itu, ia sangat setuju dan mengijinkan Syaikh
berangkat ke Baghdad. Dengan uang bekal empat puluh dinar, dimasukkan
ke dalam baju putranya persis di bawah ketiak lalu dijahit agar tidak
hilang. Kemudian Syaikh Abdul Qodir disuruh menggabungkan diri bersama
suatu kafilah yang akan berangkat ke Baghdad. Ibunya berpesan kepada
Syaikh agar jangan berdusta dalam keadaan bagaimana pun.

Setelah kafilah berangkat dan Syaikh Abdul Qodir di dalamnya, tatkala
kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat, Hamdan
namanya, tiba-tiba datang enam puluh orang penyamun berkuda merampok
kafilah itu habis-habisan. Semua perampok itu tidak ada yang
memperdulikan Syaikh Abdul Qodir karena beliau tampak begitu sederhana.
Mereka mengira pemuda itu tidak mempunyai apa-apa.

Namun ada seorang dari perampok itu bertanya kepanya, apa yang ia punya.
Dijawabnya bahwa ia punya uang empat puluh dinar dijahit di bawah
ketiak. Penyamun tidak percaya, lalu lapor kepada pimpinannya apa yang
telah ia dengar dari pemuda itu. Lalu diperintahkan kepada penyamun tadi
supaya pemuda itu dihadapkan kepadanya. Setelah Syaikh menghadap, beliau
ditanya oleh kepala perampok itu, "Benar apa yang kamu katakan
tadi?", dijawab oleh Syaikh, "Benar".

Lalu kepala penyamun itu menyuruh mengiris jahitan bajunya. Dan
keluarlah uang empat puluh dinar. Melihat uang itu, kepala penyamun
menjadi keheran-heranan, kemudian menanyakan lagi kepada Syaikh Abdul
Qodir, apa sebabnya dia berkata yang sebenarnya. Dengan tenang dijawab
oleh Syaikh bahwa beliau berjanji kepada ibunya tidak akan berkata dusta
kepada siapa pun dan dalam keadaan bagaimana pun.

Mendengar jawaban itu, kepala penyamun tadi menangis tersedu-sedu karena
ia merasa dalam hati kecilnya bahwa ia selama hidupnya terus menerus
telah melanggar perintah Tuhannya, sedang seorang pemuda ini tidak
berani melanggar janji terhadap ibunya.

Lalu sang kepala perampok jatuh terduduk di kaki Syaikh ‘Abdul Qodir dan
menyesali dosa yang pernah dilakukannya. Dia berjanji dengan
sungguh-sungguh akan berhenti dari pekerjaan merampok yang diakuinya
sendiri sebagai perbuatan yang hina dan jahat. Kemudian kepala perampok
tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang rampokan tadi dan anak
buahnya mengembalikan semua barang rampokan kepada kafilah, perjalanan
pun dilanjutkan dengan selamat sampai ke Baghdad.

Anak buah perampok itu seluruhnya mengikuti jejak langkah pemimpinnya
dan kembalilah mereka dalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal
dan jujur. Diriwayatkan bahwa ke enam  puluh perampok ini menjadi murid pertama Syaikh Abdul Qodir.

اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi
Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(DOA MANAQIB)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِلٰى حَضْرَةِ سُلْطَانِ اْلأَوْلِيَاءِ وَقُدْوَةِ اْلأَصْفِيَاءِ قُطْبِ الرَّبَّانِيِّ وَالْغَوْثِ الصَّمَدِيِّ السَّيْدِ
الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْـجَيْلَانِي قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ، اَلْـفَاتـِحَةْ ...
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . اَللّٰهُمَّ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى
وَبِأَسْمَاءِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى وَبِأَسْمَاءِ وَلِيِّكَ عَبْدِ الْقَادِرِ الْـمُجْتَبَى ، طَهِّرْ قُلُوْبَنَا مِنْ كُلِّ
وَصْفٍ يُبَاعِدُنَا عَنْ مُشَاهَدَتِكَ وَمَـحَبَّتِكَ وَاَمِتْنَا عَلىَ السُّنَّةِ وَالْـجَمَاعَةِ ، وَشَرِّحْ بِهَا
صُدُوْرَنَا وَيَسِّرْ بِهَا أُمُوْرَنَا وَفَرِّجْ بِهَا هُمُوْمَنَا وَاكْشِفْ بِهَا غُمُوْمَنَا وَاغْفِرْ بِهَا ذُنُوْبَنَا
وَاقْضِ بِهَا دُيُوْنَنَا وَاصْلِحْ بِهَا اَحْوَالَنَا وَبَلِّغْ بِهَا آمَالَنَا وَتَقَبَّلْ بِهَا تَوْبَتَنَا وَاغْسِلْ
بِهَا حَوْبَتَنَا وَانْصُرْ بِهَا حُجَّتَنَا وَاجْعَلْنَا بِهَا مِنَ الْمُتَّبِعِيْنَ لِشَرِيْعَةِ نَبِيِّكَ الْمُتَّصِفِيْنَ
بِمَـحَبَّتِهِ الْمُهْتَدِيْنَ بِهَدْيِهِ وَسِيْرَتِهِ وَتَوَفَّنَا بِهَا عَلَى سُنَّتِهِ وَلَا تَحْرِمْنَا فَضْلَ شَفَاعَتِهِ
وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَتِهِ وَاَتْبَاعِهِ الْغُرِّ الْـمُحَجِّلِيْنَ وَاَشْيَاعِهِ السَّابِقِيْنَ وَاَصْحَابِ الْيَمِيْنِ
يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Ilaa hadlroti Sulthoonil Auliyaa'i wa qudwatil ashfiyaa'i quthbir
robbaanì wal ghoutsush shomadaanii Sayyidis Sayyid Abdul Qodir Al
Jailani, AL FAATIHAH …

Alloohumma sholli 'ala Sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aali Sayyidina
Muhammad. Amin. Alloohumma bi Asmaa'i-Kal Husnaa wa bi asmaa'i
nabiyyi-Kal Mushthofa wa bi asma'i waliyyika Abdul Qodiril Mujtaba,
thohhir quluubanaa min kulli washfiy yubaa'idunaa 'an musyaahadati-Ka wa
mahabbati-Ka wa amitnaa 'alas sunnati wal jamaa'ati, wa syarrih bihaa
shuduuronaa wa yassir bihaa umuuronaa wa farij bihaa humuumanaa waksyif
bihaa ghumuumanaa waghfir bihaa dzunuubanaa waqdli bihaa duyuunana wa
ashlih bihaa ahwaalanaa wa balligh bihaa aamalana wa taqobbal bihaa
taubatanaa waghshil bihaa haubatanaa wanshur bihaa hujjatanaa waj 'alnaa
bihaa minal muttabi'iina lisyarii'ati nabiyyi-Kal muttashifìna bi
mahabbatihil muhtadiina bihadyihii wa siirotihhii wa taffanaa bihaa 'ala
sunnatihii wa laa tahrimnaa fadlla syafaa 'atihì wahsyurnaa fì zumrotihi
wa atbaa'ihil ghurril muhajjaliina wa asy yaa'ihhis saabiqiina wa ash
haabihil yamiini yaa Arhamar Roohimiina.

Artinya : Ya Alloh semoga disampaikan pahala bacaaan Al Fatihah ini
kehadapan sang pimpinan para Wali, panutan para Shufi, Soko guru
Ketuhanan Penolong siapa saja yang bergantung kepada yang Maha kaya,
Tuannya Tuan, Abdul Qodir Al Jailani, AL FAATIHAH …

Ya Alloh, limpahkan Rahmat serta Salam-Mu kepada junjungan kami Nabi
Muhammad serta keluarganya. Ya Alloh, dengan semua nama-nama-Mu yang
baik dan dengan semua nama Nabimu yang terpilih, dan dengan semua nama
Walimu Abdul Qodir yang terpilih dari para wali pilihan, semoga Engkau
membersihkan hati kami dari semua sifat yang menjauhkan kami dari
mushyahadah ke pada-MU dan Mahabbah kepada-Mu dan wafatkanlah kami
di dalam menetapi Ahlussunnah wal Jamaah dan semoga Engkau melapangkan
dada kami dan memudahkan semuah urusan kami dan semoga Engkau
menghilangkan semua penderitaan kami dan semoga engkau melenyapkan semua
kesedihan kami dan semoga Engkau mengampuni semua dosa kami dan semoga
engkau membayar hutang-hutang kami dan semoga engkau memperbaiki
gerak-gerik kami dan semoga Engkau menyampaikan cita-cita kami dan
semoga Engkau menerima taubat kami dan semoga Engkau memandikan kaum
keluarga kami dan semoga Engkau menjadikan kami dengan Nama-Nama Mulia
itu termasuk orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-Mu yang memiliki
sifat-sifat cinta kepadanya yang mendapatkan petunjuknya serta
perjalanannya dan semoga Engkau wafatkan kami sedang dalam melaksanakan
sunnahnya dan semoga engkau tidak menghalangi kami untuk memperoleh
keunggulan pertolongannya dan semoga Engkau mengumpulkan kami bersama
rombongannya serta semua pengikutnya yang cemerlang serta golongannya
yang terdahulu serta Ashabul Yamin, Wahai Zat Yang Maha pengasih
orang-orang yang mengasihi.


( ilaa hadrotin _Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad Ra_, Al
Fatihah : )

TANBIH

بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمٰـنِ الرَّحِـيْمِ

Bismillahir rohmaanir rohiim.

Tanbih ini dari Syaikhuna Almarhum Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur
Muhammad, yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kejambaran Rohmaniyyah.
Sabda Beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria, wanita, tua, muda.
Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Alloh subhanahu wa ta’ala,
kebahagiaan yang kekal dan abadi, dan semoga tak akan timbul keretakan
dalam lingkungan kita sekalian. Pun pula semoga pimpinan Negara
bertambah kemulian dan keagungannya supaya dapat melindungi dan
membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil, makmur, zhohir dan
bathin.

Pun kami tempat orang bertanya tentang _Thoriqoh Qo__o__diriyyah
Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya _menghaturkan dengan tulus
ikhlas.

Wasiat kepada segenap murid-murid, berhati-hatilah dalam segala hal,
jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan Agama dan Negara.
Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikian sikap manusia yang
tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Agama
dan Negara, ta’at kahadirat Ilahi yang membuktikan perintah Agama dan
Negara.

Insyafilah, hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan
nafsu, terpengaruh oleh godaan syetan, waspadalah akan jalan
penyelewengan terhadap perintah Agama dan Negara, agar dapat meneliti
diri kalau-kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu meyelinap dalam
hati sanubari kita semua.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
1.      Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik
zhohir maupun bathin harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup
rukun saling harga menghargai.

2.      Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya,
jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah
hati, bergotongroyong dalam melaksanakan perintah Agama dan Negara,
jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, jangan sampai kita
terkena Firman-Nya : “ADZABUN ALIM” yang berarti duka nestapa untuk
selama-lamanya dari dunia sampai akhirat ‘badan payah hati susah’.

3.      Terhadap orang-orang  yang keadaannya dibawah kita, janganlah
hendak menghinakan atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh,
sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran agar meraka merasa
senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar,
bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun, dibimbing dengan
nasihat yang lemah lembut yang akan memberikan keinsyafan dalam
menginjak jalan kebajikan.

4.      Terhadap faqir miskin harus kasih sayang, ramah tamah, serta
bermanis budi, bersikap murah tangan mencerminkan bahwa hati kita sadar,
coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan
kekurangan,  oleh karena itu janganlah acuh tak acuh hanya diri sendiri
lah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukan kehendaknya
sendiri, namun itulah Kudrat Tuhan.

Demikianlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun
terhadap orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam As,
mengingat ayat 70 Suroh Al Isro yang artinya : “Sangat Kami muliakan
keturunan Adam '_Alaihis sallam_dan kami sebarkan segala yang berada
di darat dan di lautan, dan Kami beri mereka rizki yang baik-baik, juga
Kami mengutamakan meraka lebih utama dari makhluk lainnya”.

Kesimpulan dari ayat ini bahwa kita sekalian seharusnya saling harga
menghargai jangan timbul kekecewaan mengingat Suroh Al Maidah yang
artinya : “Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan
kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap Agama dan
Negara, sebaliknya jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan terhadap perintah Agama dan Negara”.

Adapun soal keagamaan itu terserah agamanya masing-masing mengingat
suroh Al Kafirun ayat 6 : “Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”.
Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun saling
harga menghargai tetapi janganlah ikut campur”.

Cobalah renungkan pepatah leluhur kita : “Hendaklah kita bersikap
budiman tertib dan damai andaikan tidak demikian pasti sesal dahulu
pendapatan sesal kemudian tak berguna, karena yang menyebabkan
penderitaan diri peribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri
sendiri”.

Dalam suroh An Nahl ayat 112 diterangkan bahwa : “Tuhan Yang Maha Esa
telah memberikan beberapa contoh yakni tempat maupun kampung, desa
maupun Negara yang dahulu aman dan tentram gemah lipah loh jinawi, namum
penduduknya penghuninya mengingkari ni’mat-ni’mat Alloh maka lalu
berkecambuklah bencana kelaparan penderitaan dan ketakutan yang
disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri.

Oleh karena demikian hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti
dalam segala jalan yang ditempuh guna kebaikkan zhohir dan bathin, dunia
dan akhirat, supaya hati tentram jasad nyaman jangan sekali-kali timbul
persengketaan tidak lain tujuannya Budi Utama Jasmani Sempurna (Cageur
Bageur).

Tiada lain amalan kita _Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah Pondok
Pesantren Suryalaya _amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala
kebaikan menjauhi segala kejahatan zhohir bathin yang bertalian dengan
jasmani dan rohani yang selalu diselimbuti bujukan nafsu digoda oleh
perdaya syetan.

Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid
agar mencapai keselamatan dunia dan akhirat, aamiin.

Patapan Suryalaya, 13 februari 1956.
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan.

Tertanda

Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’ArifinQs.

(  ilaa hadrotin _Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qs_, Al
Fatihah :)
 
 Untaian Mutiara :

1._Jangan Benci Kepada Ulama Yang Sezaman._

2._Jangan Menyalahkan Kepada Pengajaran Orang Lain._

3._Jangan Memeriksa Murid Orang Lain._

4._Jangan __Berubah Sikap__Meskipun Disakiti Orang Lain._

5._Harus Menyayangi Orang Yang Membenci Kepadamu._

( Bibarokati _Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri An
Naqsyabandi Al Muttaqi Al Kamil Mukamil Al Muwaffak  Al Mujaddid Al
Quthbu Qs_, Al fatihah : )

KITAB MANAQIB SYAIKH ‘ABDUL QODIR AL JAILANI Qoddasallohu Sirruhu.

Wa'allahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Kitab Lubabul Hadist dan Terjemahan

Fiqih Puasa Mazhab Syafi’i