Kumpulan Hadist Ibnu Majjah
Kumpulan Hadist Ibnu Majjah
Pertumbuhan beliau
Nama: Muhammad bin Yazid bin Mâjah al Qazwînî.
Nama yang lebih familier adalah Ibnu Mâjah yaitu laqab bapaknya (Yazîd).
Bukan nama kakek beliau.
Kuniyah beliau: Abu ‘Abdullâh
Nasab beliau:
1. Ar Rib’I; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah
arab.
2. al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada salah
satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq.
Tanggal lahir: Ibnu Majah menuturkan tentang dirinya; “aku dilahirkan
pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan
ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa
pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan
tempat tinggal beliau.
Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Ibnu majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya
Qazwin. Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara
tidak menyebutkan kapan beliau memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin
beliau berguru kepada Ali bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang
yang tsiqah, berwibawa dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah
tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memperbanyak mendengar dan
berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal pada tahun 233 hijriah,
ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka bisa di tarik
kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika dia
berumur dua puluh tahunan.
Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan
hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke
sekitar negri yang berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar
hadits dari negri-negri tersebut.
Rihlah beliau
Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan
rihlah dalam rangka menuntut ilmu. Maka beliau pun keluar meninggalkan
negrinya untuk mendengar hadits dan menghafal ilmu. Berkeliling
mengitari negri-negri islam yang menyimpan mutiara hadits. Bakat dan
minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah
berkelana ke beberapa daerah dan negri guna mencari, mengumpulkan, dan
menulis Hadis. Puluhan negri telah ia kunjungi, antara lain:
1. Khurasan; Naisabur dan yang lainnya
2. Ar Ray
3. Iraq; Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah
4. Hijaz; Makkah dan Madinah
5. Syam; damasqus dan Himsh
6. Mesir
Guru-guru beliau
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau
mempunyai guru yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah;
1. ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
2. Jabbarah bin AL Mughallas
2. Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
3. Suwaid bin Sa’îd
4. Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
5. Muhammad bin Ramh
6. Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi
7. Muhammad bin Abdullah bin Numair
8. Abu Bakr bin Abi Syaibah
9. Hisyam bin ‘Ammar
10. Abu Sa’id Al Asyaj
Dan yang lainnya.
Murid-murid beliau
Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu
berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali
murid yang mengambil ilmu darinya, diantara mereka adalah;
1. Muhammad bin ‘Isa al Abharî
2. Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî
3. Sulaiman bin Yazid al Fami
4. ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan
5. Ishaq bin Muhammad
6. Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar
7. ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari
8. Ibnu Sibuyah
9. Wajdî Ahmad bin Ibrahîm
Dan yang lainnya.
Persaksian para ulama terhadap beliau
1. Al HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang
tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah,
memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
2. Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang
hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir.”
3. Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.”
4. Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang
Hasil karya beliau
Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau
cukuplah banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku
tersebut tidak sampai kekita. Adapun diantara hasil karya beliau yang
dapat di ketahui sekarang ini adalah:
1. Kitab as-Sunan yang masyhur
2. Tafsîr al Qurân al Karîm
3. Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.
Wafatnya beliau
Beliau meninggal pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun
dua ratus tujuh puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari
selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada
beliau.
Shahih Sunan Ibnu Majah
Menghukumi suatu hadits itu shahih, hasan, atau dha'if, harus didasarkan
pada beberapa hal, diantaranya adaalah (tabiat yang mendorong seseorang
untuk senantiasa bertakwa, dan beratikhlak mulia dan menjauhi maksiat
serta bid'ah) dan dhabth (keakuratan hapalan) periwayat, atau tuduhan
terhadap : "adaalah" dan "dhabth" mereka.
Mengetahui segala sesuatu berkenaan dengan salah seorang periwayat hadis
bukan hal yang mudah, sebagaimana pendapat para ulama tentang seorang
periwayat juga berbeda-beda, ada yang berlebihan, ada yang sedang-sedang
saja, dan ada yang meremehkan. Perbedaan penilaian terhadap seorang
periwayat akan mempengaruhi perbedaan dalam menghukumi suatu hadits,
apakal shahih, hasan, dha'if, atau maudhu '.
Allah Ta’ala berfirman,yang artinya:
“orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Qs. Al Hujuraat [49]: 6)
Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- bersabda,
"Semoga Allah membaguskan akhlak dan mengangkat derajat orang yang
mendengar sesuatu dari kami (yakni : hadits) lalu dia menyampaikannya
seperti yang dia dengar, Berapa banyak orang yang menyampaikan lebih
paham dari yang mendengar." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan
Ibnu Hibban)
Oleh karena itu, para sahabat -Rodliallohu Anhum- sangat hati-hati dan
teliti dalam masalah periwayatan, baik ketika mengambil dan
menyampaikannya, sehingga muncullah kaidah, "Sesungguhnya hadits-hadits
ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambilnya."
Dengan demikian muncullah ilmu Al Jarh wa At-Ta'dil. Para ulama
memberikan perhatian yang sangat besar dalam masalah ini. Mereka
mengerahkan segala upaya untuk mempelajari kondisi para periwayat yang
menukil hadits Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- .
Imam Al Iraqi -rahimahulloh- berkata dalam Fath Al Mughits (Fath Al
Mughits (3/314),“Mintalah bantuan dengan ilmu Jarh wa Ta 'dil, karena ia
merupakan jalan untuk menjelaskan Antara yang sehat (shahih) dengan yang
sakit (dha'if) dan berhati- hatilah, mempunyai tujuan (tertentu), karena
jarh sangat berbahaya.”
*Pembukuan Sunnah*
Ketika agama Islam telah tersebar ke penjuru negeri, bid'ah .
merajalela, para sahabat -Rodliallohu Anhum- telah berpencar ke berbagai
wilayah, banyak di antara mereka telah meninggal dunia, serta minimnya
mereka yang hapal hadits, maka perlu dilakukan bukuan dan penulisan
hadits Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- . Inilah asalnya, karena
yang pandai dan cerdas bisa lupa, sedangkan tulisan dapat menjaganya.
Ketika Umar bin Abdul Aziz -rahimahulloh- menjabat sebagai khalifah pada
permulaan tahun 100 H, dia menulis kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr
bin Hazm, Gubernur Madinah, "Lihatlah hadits Rosululloh dan tulislah,
karena aku takut ilmu akan hilang dan para ulama banyak yang meninggal
dunia."
Dia -rahimahulloh- berwasiat agar riwayat yang ada pada Amrah binti
Abdurrahman Al Anshariyyah (W. 98 H) dan Qasim bin Abu Bakar (W. 120 H)
dituliskan untuknya. Dia juga menginstruksikan kepada para gubenurnya di
berbagai kota penting di negeri-negeri Islam agar mengumpulkan hadits.
Di antara orang yang dikirimi surat adalah Muhammad bin bin Ubaidillah
bin Abdullah bin Syihab Az-Zuhri Al Madani, seorang Imam terkenal dan
ulama besar wilayah Hijaz dan Syam (124 H).
Setelah itu pembukuan Sunnah pada generasi setelah Az-Zuhri berkembang
pesat. Orang yang pertama kali menyusunnya adalah Ibnu Juraij (W. 150
H), Ibnu Ishaq (W. 151 H), atau Malik di Madinah (W. 179 H), Ar-Rabi bin
Shubaih (W. 160 H), atau Sa'id bin Arubah (W. 156 H), atau Hammad bin
Salamah di Bashrah (W. 176 H), Husyaim di Wasith (W. 188 H), Ma'mar di
Yaman (W. 153 H), Jarir bin Abdul Hamid di Rayy (W. 188 H), dan Ibnu Al
Mubarak di Khurasan (W. 181 H) –rahimakumulloh-- .
Mereka semua hidup pada abad 2 H. Pembukuan hadits yang mereka lakukan
bercampur dengan perkataan para sahabat dan fatwa tabiin.
Di antara kitab-kitab paling terkenal yang ditulis pada masa ini adalah:
Muwaththa Malik (W. 179 H), Musnad Al Imam Asy-Syafi'i (W. 204 H), dan
Mukhtalaf Al Hadits karya Imam Syafi'i, Musnad Al Imam Ahmad, Al Jami'
karya Abdurrazzaq, Mushannaf Syu 'bah bin Al Hajjaj (W. 160 H),
Mushannaf Sufyan bin Uyainah (198), Mushannaf Al-Laits bin Sa'ad (175
H), serta beberapa karya ulama ahli hadits yang semasa dengan mereka,
seperti Al Auza'i dan Al Humaidi (219 H) [ lihat : tarikh Funun Al
Hadits 33,34)
Demikian pula pada masa-masa selanjutnya, muncul para Ulama dengan
berbagai tulisan berisi kumpulan hadits Rosul dengan berbagai metode
penulisannya.
Kitab Sunan adalah buku-buku hadits yang disusun menurut bab-bab fiqih,
dan hanya mencakup hadits yang sampai sanadnya kepada Rosululloh
Sholallahu Alaihi Wassalam [Hadits marfu].
Buku jenis hadits ini di kalangan ulama Ahlus Sunnah ada beberapa
yang terkenal, diantaranya Sunan Abu Dawud , At-Tirmidzi, Ibnu Majah,
An-Nasai ,Ad Darimi dan lainnya. Sunan At Tirmidzi merupakan salah satu
kitab induk hadits dari beberapa kitab beberapa kitab hadits lainnya.
Sunan adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan bab-bab tentang fiqih
dan hanya memuat hadits-hadits marfu’ saja. Dalam kitab sunan tidak
terdapat pembahasan tentang aqidah, siroh, manaqib dan lainnya, hanya
terbatas pada masalah fiqh dan hadits-hadits hukum saja agar digunakan
oleh para fuqaha dalam mengambil kesimpulan hukum. Kitab Sunan karya
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yaizd bin Majah Ar Rabi'I Al Qazwini
-rahimahullah- atau yang lebih dikenal sebagai Ibnu Majah (w 273 H)
adalah salah satu dari Kutubuss Sittah (enam induk Kitab Hadits).
Sunan adalah kitab yang disusun berdasarkan bab-bab tentang fiqih,
dan hanya memuat hadits yang marfu' sja agar dijadikan sebagai sumber
oleh para fuqaha' dalam mengambil kesimpulan hukum. Dalam As Sunan
berbeda dengan kitab Al Jawami' karena dalam As Sunan tidak terdapat
pembahasan tentang akidah, siroh, manaqib dan lain sebagainya, namun
hanya terbatas pada masalah fiqh dan hadits-hadits hukum saja.
Beliau -Rahimahullah- menyusun kitab tersebut menjadi beberapa kitab
dan bab (' kitab' yang dimaksud disini adalah bagian atau volume yang
terdiri dari bab-bab pembahasan, istilah ini sering digunakan oleh para
Ahli Ilmu dalam tulisan mereka-red). Sunan ini terdiri atas 32 Kitab dan
1.500 bab dengan jumlah hadits sekitar 4.000 hadits.
Sebagian ulama sepakat bahwa kitab hadits yang pokok ada lima, yakni :
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa'I, Sunan At
Tirmidzi. Sebagian ulama tersebut tidak memasukkan Sunan Ibnu Mjah,
mengingat derajat kitab ini lebih rendah dari pada kitab tersebut, Namun
sebagaian ulama menetapkan enam kitab hadits pokok dengan menambah Sunan
Ibnu Majah ini sehingga terkenal dengan istilah Kutubus Sittah. Ulama
pertama yang menjadikan Kitab Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam
adalah Al Hafizh Abdul Fadli Muhammad bin Tahrir Al Maqdisi
-rahimahullah- (w 507 H) dalam kitabnya Atraful Kutubus Sittah dan dalam
risalahnya Syurutul A'immatis Sittah. Pendapat ini kemudian diikuti oleh
Al Imam Abdul Ghani Al Maqdisi -rahimahullah- (w 600 H) dalam kitabnya
Al Ikmal fi Asma' Ar Rijal. Pendapat inilah yang diikuti sebagain besar
ulama. Mereka memasukkan Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam, tetapi
tidak memasukkan Al Muwatha Imam Malik ( padahal Kitab Al Muwataha Imam
Malik lebih Shahih daripada Sunan Ibnu Majah), dengan alasan didalam
Sunan Ibnu Majah banyak terdapat hadit yang tidak tercantum dalam
Kutubul Khamsah ( Lima Kitab Induk hadits). Sedangkan hadits yang
terdapat dalam kitab Al Muwatha' seluruhnya sudah termaktub dalam
Kutubul Khamsah.
Sunan Ibnu Majah berisi hadits shahih, hasan, dhaif bahkan hadits
munkar dan maudhu meskipun jumlahnya sedikit. Oleh karena itulah Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani -rahimahullah- meneliti setiap hadits
yang terkandung didalamnya kemudian beliau pilih hadits Shahihnya saja
dan kitab kumpulan hadits shahih dalam Sunan Ibnu Majah ini disebut
Shahih Sunan Ibnu Majah. Inilah rangkai kitab terjemah dari Shahih Sunan
Ibnu Majah. sehingga Insya Alloh, memudahkan muslimin Indonesia untuk
mempelajarinya, menghafal dan mengamalkannya.
*Shahih Sunan Ibnu Majah [jilid 1 ]*
judul asli : Shahih Sunan Ibnu Majah
penulis : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani -rahimahullah-
fisik : buku ukuran sedang ( p= 23,5 cm), hardcover,
Penerbit Pustaka Azzam
Pada Jilid ini Membahas :
· PEMBAHASAN TENTANG THAHARAH (BERSUCI DAN SUNAH-SUNAHNYA)
· PEMBAHASAN TENTANG TAYAMUM
· PEMBAHASAN TENTANG SHALAT
· PEMBAHASAN TENTANG ADZAN DAN SUNAH-SUNAH DIDALAMNYA
· PEMBAHASAN TENTANG MAJID DAN FADHILAH BERJAMAAH
· PEMBAHASAN TENTANG PELAKSANAAN SHALAT DAN
SUNAH-SUNAHNYA.
Kumpulan Hadist Riwayat Ibnu Majah
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ
مُصَلَّانَا روه ابن مجة
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Zaid bin Al Hubbab telah menceritakan kepada
kami Abdullah bin ‘Ayyasy dari Abdurrahman Al A’raj dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa memiliki keluasaan untuk
berkorban namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat
shalat kami.
”HR.Ibnu Majah.
Sedekah yang utama:
ﺍَﻓْﻀَﻞُﺍََﺻﱠﺪَﻗَﺔِﺍَﻥْﻳَﺘَﻌَﻠﱠﻢَﺍْﻟﻤَﺮْﺍٔﺍُﻟْﻤُﺴْﻠِﻢُﻋِﻠْﻤًﺎﺛُﻢﱠﻳُﻌَﻠِّﻤُﻪُﺍَﺧَﺎﻩُﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻢَ
روه ابن ماﺟﺔ
“ sedekah yang lebih utama ialah bahwa seorang manusia yang muslim
belajar, kemudian mengajarkannya kepada seorang muslim”. HR. Ibnu
Majah
Kasih sayang mengatasi kemarahan:
ﺍِﻥﱠﺍﻟﻠﱠﻪَﺗَﻌَﺎﻟَﻰﻟَﻤﱠﺎﺧَﻠَﻖَﻟْﻠﺨَﻠْﻖَﻛَﺘَﺐَﺑِﻴَﺪِﻩﻋَﻞَﻧَﻔْﺴِﻪِ:ﺍِﻥﱠﺭَﺣْﻤَﺘِﻰْﺗَﻐْﻠِﺐُﻏَﻀَﺒِﻰْ
روه ابن ﻣﺎﺟﺔ
“sesungguhnya Allah Ta’ala setelah menciptakan makhlukNya, menuliskan
dengan tanganNya kemauan sendiri untuk diriNya : sesungguhnya ksih
sayangKu melebihi marahKu.” HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
Mengantar tamu sampai kepintu:
ﺍِﻥﱠﻣِﻦَﺍﻟﺴُّﻨََّﺔِﺍَﻥْﻳﱠﺨْﺮُﺝُﺍﻟﺮﱠﺟُﻞَﻣَﻊَﺿَﻴْﻔِﻪِﺍِﻟَﻰﺑﺎَﺏِﺍﻟﺪﱠﺍﻥِ
روه ابن ﻣﺎﺟﺔ
“ sesungguhnya termasuk sunnah kebiasaan yang baik seseorang keluar
mengantarkan tamunya sampai ke pintu rumah.” HR. Ibnu Majah.
Supaya menghargai nikmat Allah:
ﺍُﻧْﻆُﺮُﻭْﺍﺍِﻟﻰَﻣَﻦْﻫُﻮَﺍَﺳْﻔَﻞَﻣِﻨْﻜُﻢْ
‚ﻭَﻻَﺗَﻨْﻆُﺮُﻭْﺍﺍِﻟَﻰﻣَﻦْﻫُﻮَﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْﻓَﻬُﻮَﺍَﺟْﺪَﺭُﺍَﻥْﻻَﺗَﺰْﺩَﺭُﻮْﺍﻧِﻌْﻤَﺔَﺍﻟﻠﱠﻪِﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ
روه ابن ماجة
“ memandanglah kamu kepada orang yang kurang dari kamu dan janganlah
kamu memandang orang yang lebih dari kamu, dengan itu lebih wajar kamu
tidak memandang enteng nikmat Allah kepada kamu.” HR. Ibnu Majah
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْه
“Barangsiapa yang mengambil harta orang lain dengan maksud untuk
melunasi hutangnya maka Alloh membayarkan dari hutangnya”. HR. Ahmad,
Bukhari, Ibnu Majah, dari Abu Hurairah.
وَعَنْ رَبِيْعِ ابْنِ سَبُرَةَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ : إِنِّى كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِى اْلإِسْتِمْتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ وَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذَالِكَ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْئٌ فَلْيُحَلِّ سَبِيْلَهَا وَلاَ تَأْخُذُوْا مِمَّا أتَيْتُمُوْاهُنَّ
شَيْئًا أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَبُوْا دَاوُدَ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ مَاجَهُ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ
“Dari Rabi' Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku dahulu telah
mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut'ah dan sesungguhnya
Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat. maka barangsiapa
yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mut'ah, hendaknya ia
membebaskannya dan jangan mengambil apapun yang telah kamu berikan
padanya”. Riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan
Ibnu Hibban
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ
اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما
“Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah ta’ala
memafkan umatku karena aku disebabkan beberapa hal : Kesalahan, lupa
dan segala sesuatu yang dipaksa”.Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dan Baihaqi dan lainnya
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ
وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ
النَّاسُ .
حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة
“Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata :
Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka
beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang
jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau
bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan
zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai
manusia”.Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad
hasan.
ﻛُﻠُﻮْﺍﺟَﻤِﻴْﻌًﺎﻭَﻻَﺗَﻔَﺮﱠﻗُﻮْﺍﻓَﺎِٕﻥﱠﺍْﻟﺒَﺮَﻛَﺔَﻣَﻊَﺍْﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِرﻭﺍﻩﺑﻦﻣﺎﺟﺔ
“makan lah kamu bersama – sama dan jangan berpisah – pisah, karena
seseungguhnya keberkatan itu dalam bersama”. diwiraytkan oleh Ibnu
Majah.
ﺍَﻟﻠﱠﻬُﻢﱠﺍِﻧِّﻰﺍَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَﻣِﻦْﺧَﻠِﻴْﻞٍﻣﺎَﻛِﺮٍ‚ﻋَﻴْﻨَﺎﻩُﺗَﺮَﻳﺎَﻧِﻰ‚ﻭَﻗَﻠْﺒُﻪُﻳَﺮْﻋَﺎﻧِﻰ
‚ﺍِﻥْﺭَﺍٰﻯٰﺣَﺴَﻨَﺔًﺩَﻓَﻨَﻬَﺎ‚ﻭَﺍِﻥْﺭَﺍٰﻯﺳَﻴَِّٔﺔًﺍِﺫَﺍﻋَﻬَﺎﺭﻭﺍﻩﺍﺑﻦﻣﺎﺟﻪ
“Ya Allah! sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau supaya dijauhkan
dari teman yang curang: Kedua matanya melihat ku, hatinya
memperlihatkanku “Kalau dia melihat yang baik pada diriku
disembunyikannya, tetapi kalau dia melihat keburukan, disiarkannya.”
Diwirayatkan oleh Ibnu Majah
الْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ
هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ اْلأَمَانِيَّ
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu menundukkan nafsu dan berbuat
beramal soleh untuk kehidupan sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah
ialah orang yang menuruti dirinya mengikuti hawa nafsu dan
berangan-angan agar Alloh menganugerahi sesuatu sesuai dengan yang
diharapkan”.HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Haakim, dari Syadad
bin Aus.
مُسْلِمٌكُلِّ عَلَى فَرِيْضَة الْعِلْمِطَلَبُ
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”. Riwayat Ibnu
Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin
Malik.
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sungguh, amal itu hanyalah menurut niatnya”. HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Umar ibn Khatthab.
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- أَنَّ جَارِيَةً بِكْرًا أَتَتِ النَّبِيَّ صلى الله عليه
وسلم فَذَكَرَتْ: أَنَّ أَبَاهَا زَوَّجَهَا وَهِيَ كَارِهَةٌ , فَخَيَّرَهَا اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم
رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَابْنُ مَاجَهْ , وَأُعِلَّ بِالْإِرْسَالِ
“Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang gadis menemui
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu bercerita bahwa ayahnya
menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukai. Maka Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberi hak kepadanya untuk memilih”.
Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Ada yang menilainya hadits mursa.
“KUMPULAN HADIST-HADIST SANAD ‘AISYAH”
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهاَ قَالَتْ قَالَ رَ سُولٌ اللهِ صَلّ الله عَلًيْهِ وَ سَلَّمْ مَنْ اَحْدَثً
فِى اَمْرِنا هَذَٰا مَا لًيْسَ مِنْهُ فَهُوَرًذُ
Dari ‘Aisyah r.a, beliau mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Orang yang membuat perkara baru di dalam agama kita
ini yaitu yang bukan darinya maka ia tertolak.” (HR.Bukhari dan Muslim)
( Sumber : Buku Hafalan Hadits Musabaqah Hifzhil Mutun)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهاَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّ الله عَلًيْهِ وَ سَلَّمْ قال: اسِّوَاكُ مَطْهَرَةُ
لِلْفَمِ مَرُضَاةُ لِرَبِّ
Dari ‘Aisyah r.a, Rasulullah SAW bersabda,”Siwak adalah menyucikan mulut
dan membawa keridhoan Allah SWT.” (HR. An-Nasa’i)
( Sumber : Buku Hafalan Hadits Musabaqah Hifzhil Mutun)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهاَ قَالَتْ مَا اَكَلَ ِاَلُ مُحَمَّدِ صَلّ الله عَلًيْهِ وَ سَلَّمْ اَكْلَتَيْنِ فِي
يَوْمِ إِلَّا اِحْدَاهْمَا تَمْرِ
Dari ‘Aisyah r.a, berkata,”Tidaklah makan keluarga Muhammad SAW dua kali
dalam sehari, melainkan salah satunya dengan kurma.” (HR. (Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهاَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلّ الله عَلًيْهِ وَ سَلَّمْ اَنَّ رَسُوْلَ الله صَلّ
الله عَلًيْهِ وَ سَلَّم قال : يَا عَاءِشَةَ اِنَّ اللهَ رَفِيْقُ يُحِبُّ الرِّفْقَا وَ يُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ
مَا لَا يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ
Dari ‘Aisyah r.a, istri Nabi SAW bersabda: “Hai Aisyah, sesungguhnya
Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan
memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada
sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan
pada sikap lainnya.” (HR.Muslim)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْها قَالَتْ: قُلْتُ لِنَّبِيِّ صَلّ الله عَلًيْهِ وَ سَلَّم حَسُبْلَ مِنْ صَفِيَّهَ
كَذَا وَ كَذَا قَالَ غَيْرُ مُسَدَّدِ تَعْنِى قَصِيْرَهَ.فَقاَلَ لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةَ لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ
لَمَجزَجَتْهُ قَالَتْ وَ حَكَيْتُ لَهُ اِنْسَانَا فَقَالَ : مَا اُحِبُّ انِّى حَكَيْتُ اِنْسَانَا وَ اَنَّ لِى كَذَا
وَ كَذَا.
Dari ‘Aisyah r.a, berkata:”Aku pernah berkata kepada Rasulullah SAW,
cukuplah bagimu dari Shofiah itu (salah seorang istri beliau) begini dan
begitu (kekurangannya). Maka beliau bersabda:”Sungguh engkau telah
mengucapkan satu kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan
niscaya akan mencampurinya”. Yakni membuat airlaut tersebut berubah
rasanya atau warnanya karena buruk ataubusuk ucapan tersebut.” (HR. Abu Daud)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : سَمِعَ رَسُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَوْتَ خُصُوْمِ بِ
لْبَابِ عَا لِيَةِ اَصْوَاتُهُمَا وَاِذَا اَحَدَهُمَا يَسْتَوْضِعُ لْاَخَرُ وَيَسْتَرْفِقُهُ فِى شَىْءِ وَهُوَ يَقُوْلُ :
وَاللهِ لاَ اَفْعَلُ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمَا رَسُوْلُ الله صَلَ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَقَالَ : اَيْنَ الْمُتَاَ
لِّىْ عَلَى اللهِ لاَ يَفْعَلُ الْمَعْرُوْفَ فَقَالَ : اَنَا يَارَسُوْلَ اللهِ فَلَهُ اأىُّ ذٰلِكَ اَحَبُّ
( (متفق عليه
Dari A’isyah r.a, berkata : Rasulullah saw mendengar suara pertengkaran
yang sangat keras di depan pintu, dimana salah seorang diantara keduanya
itu meminta keringanan dan minta dikasihani dalam masalah hutang kepada
yang lain, tetapi yang lain menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan
memenuhi permintaanmu”. Kemudian Rasulullah keluar dan mendekati kedua
orang itu serta bertanya : “Mana orang yang bersumpah dengan menyebut
nama Allah untuk tidak akan berbuat kebaikan ?”. Ia menjawab : “Saya
wahai Rasulullah “. Maka bagi orang itu apa saja yang ia sukai”.
(HR.Mutafaq ‘Alaih)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : قُلْتُ : يَارَسُلُ اللهِ، اِنَّ لِى جَارَيْنِ فَاِلٰى اَيِّهِمَا
اُهْدِىْ ؟ قَالَ : اِلٰى اَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابَا
((رواه البخارى
Dari A’isyah r.a, berkata : “Saya bertanya : “ Wahai Rasulullah,
sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga kemudian kepada tetangga yang
mana saya harus member ? “. Beliau menjawab : “Kepadatetangga yang
pintunya lebih dekat dengan kamu”. (HR. Bukhari)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : اِنَّ
الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلْقِهِ دَرَجَةَ الصَّا ءِمِ الْقَاءِمِ.
(( روِه إبو داود
Dari A’isyah r.a, berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya orang mukmin itu dengan budi pekertinya yang baik dapat
mengejar derajat orang yang selalu berpuasa dan shalat malam. (HR.Abu Daud)
(Sumber : Terjemah Riyadlus Shalihin )
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : اِنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَهَرَ فِى صَلاَةِ
الْخُسُوْفِ بِقِرَإَتِهِ فَصَلَّى اَرْبَعَ رَكَعَاتِ فِى رَكْعَتَيْنِ وَاَرْبَعَ سَجَدَاتِ
((رواه بخارى و مسلم
Dari A’isyah r.a, menerangkan : “Bahwasanya Nabi saw menjaharkan
qira’atnya dalam sembahyang khusuf. Nabi bersembahyang empat ruku’ dalam
dua raka’at dan empat sujud”. (HR.Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا رَاَى
الْمَطَرَ قَالَ : اِللهُمَّ صَيِّبَا نَافِعَا.
(رواه البخارى و مسلم)
Dari A’isyah r.a, berkata : “Rasulullah saw selalu apabila melihat
hujan, mengucapkan :/Allahumma sayyiban nafi’an /= Wahai Tuhanku
jadikanlah hujan ini, hujan yang member manfaat”. (HR.Bukharidan Muslim)
عَنْ عَاءِشَةَ اَنَّ رَسُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا مِنْ مُصِيْبَةِ يُصَابُ بِهَا
الْمُسْلِمُ اِلاَّ كُفِّرَبِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا.
Dari A’isyah r.a, : sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,“Tiada satupun
musibah yang menimpa kaum muslimin, melainkan dosa-dosanya diampuni oleh
Allah SWT, sekalipun musibah itu hanya tertusuk duri.
عَنْ عَاءِشَةَ اَنَّهَا اشْتَرَتْ نُمْرُقَةَ فِيْهَا تَصَاوِيْرُ فَلَمَّا رَاٰهَا رَسُلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : عَلَى الْبَابِ فَلَمْ يَدْخُلْ فَعَرَفْتُ اَوْفَعُرِفَتْ فِى وَجْهِهِ الْكَرَاهِيَةِ فَقَالَتْ يَا
رَسُوْلُ اللهِ اَتُوْبُ اِلَٰى اللهِ وَاِلَى رَسُوْلِهِ فَمَاذَا اَذْنَبْتُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَالُ هٰذِهِ النُّمْرُقَةِ ؟ فَقَالَتْ اِشْتَرَيْتُهَا لَكَ تَقْعُدُ عَلَيْها وَتَوَسُّدُهَا فَقَالَ
رَسُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اَصْحَابَ هٰذِهِ الصُّوَرِ عُعَذَّبُوْنَ وَيُقَالُ لهُمْ : اَحْيُوْا
مَا خَلَقْتُمْ ثُمَّ قَالَ : اِنَّ الْبَيْتَ الَّذِيْ فِيْهِ الصُّوَرُ لاَ تَدْخُلُهُ الْمَلاَءِكَةِ.
Dari A’isyah r.a, : sesungguhnya dia membeli bantal-bantal kecil yang
bergambar. Maka tatkala Rasulullah melihat gambar-gambar tersebut ia
tidak masuk rumah dan berhenti dipintu. Aku segera tahu dari wajah
beliau bahwa beliau tidak senang. Kata Aisyah : Ya Rasulullah! Aku tobat
kepada Allah dan RasulNya, apakah kiranya salahku! Rasulullah kemudian
balik bertanya,”Bantal-bantal apa itu!” Aisyah menjawab : Aku
membelinya untuk tempat duduk atau bersandar untukmu. Kemudian
Rasulullah bersabda,”Pelukis gambar-gambar ini kelak akan disiksa di
hari qiamat seraya dikatakan kepada mereka, ‘Hidupkanlah gambar-gambar
yang engkau lukis itu!’ Dan sabda beliau : Sebuah rumah yang didalamnya
ada gambar-gambar (hewan), malaikat tidak akan masuk rumah tersebut.”
عَنْ عَاءِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا نَعَسَ اَحَدُكُمْ فِى الصَّلاَةِ فَلْيَرْقُدْ حَتَّ
يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَاِنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسُ لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَڠْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ
Dari A’isyah r.a, ia berkata Nabi saw. Bersabda,”Apabila kamu mengantuk
ketika shalat, maka tidurlah lebih dulu sampai hilang rasa ngantukmu.
Karena apabila kamu mengantuk dalam shalat, mungkin ketika kamu memohon
ampun kepada Allah, tetapi nyatanya kamu memaki-maki diri sendiri.
عَنْ عَاءِشَةَ قَالَتْ رَسُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرُ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَاِعْفَاءُ
الِلحَيةِ وَسِّوَاكُ وَاسْتِنْثاقُ الْمَاءِ واقَصُّ لْاَظْفَرِ وَ غَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْقُ الْاِبْطِ وَحَلْقُ
الْعَانَةِ وَالنْتِقَاصُ الْمَاءِ قَالَ زَكَرِيَّا قَالَ مُسْعَبُ وَنَسِيْتُ الْعَاشِرَةَ اِلَّا اَنْ تَكُوْنُ
الْمَضْمَضَةُ زَادَ قُتَيْبَةُ قَالَ وَكِيْعُ اِنْتِقَاصُ الْمَاءِ يَعْنِى الْاِسْتِنجَاءَ
Dari A’isyah r.a, ia berkata Nabi saw. Bersabda,”Ada sepuluh macam
fitrah (kesucian) 1.memotong kumis 2. Merawat jenggot 3. Menggosok gigi,
4. Istinsyaq dengan air, 5. Memotong kuku, 6. Membersihkan kuku-kuku
jemari, 7. Mencukur bulu ketiak, 8. Mencukur bulu ari-ari, 9.
Istinjak.Kata Zakariyah: Mus’ab mengatakan bahwa dia lupa yang
kesepuluh.Tetapi agaknya berkumur.Dan kata Waki’
“Intiqashul Ma’”
artinya istinjak (bersuci dengan batu)
عَنْ عَاءِشَةَ اَنّهَا قَالَتْ مَارَاَيْتُ رَسُلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى سُبْحَةَ الصُّحَٰى قُطُّ
وَاِنِّى لَاُسَبِّحُهَا وَ اِنْكَانَ رَسُلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَدَعُ الْعَمَلَ وَهُوَ يُحِبُّ اَنْ
يَعْمَلَبِهِ خَشْيَةَ اَنْ يَعْمَلَبِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ
Dari A’isyah r.a, ia berkata : Aku tidak pernah melihat Nabi saw
mengerjakan shalat sunah Dhuha, sekaki-kali tidak! Tetapi aku senantiasa
mengerjakannya, sekalipun beliau tidak.Dan sesungguhnya beliau menyukai
amalan tersebut, tetapi beliau kuatir terhadap umatnya yang senantiasa
mengamalkannya, lalu dianggap wajib.
(Sumber : Himpunan Hadits Teladan Shahih Muslim )
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْحَمّٰى مِنْ
فَيْحِ جَهَنَّمَ فَاَبْرِدُوْهَا بِالْمَاءِ
Dari A’isyah r.a, berkata : “Rasulullah saw bersabda : “Demam itu dari
uap jahanam, maka dinginkanlah dengan air.”
( Sumber :Buku Zainuddin Ahmad az-Zubandi. Terjemahan Hadits Shahih
Bukhari )
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ
فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُوْرِهِ وَفِى شَإْنِهِ كُلِّهِ
Dari ‘Aisyah r.a, berkata : Nabi SAW menyukai untuk mendahulukan yang
kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci dan
dalam seluruh
urusan beliau.
( Sumber :Buku Zainuddin Ahmad az-Zubandi. Terjemahan Hadits Shahih
Bukhari )
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُلُ اللهِ اِنَّ الْبِكْرَ تَسْتَحْيِى ؟ قَالَ رِضَاهَا
صُمْطُهَا
Dari ‘Aisyah r.a, ia berkata :saya berkata: “Wahai Rasulullah ,
sesungguhnya gadis itu malu”. Beliau bersabda:”Ridhanya itu diamnya”.
( Sumber :Buku Zainuddin Ahmad az-Zubandi. Terjemahan Hadits Shahih
Bukhari )
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ سُءِلَ رَسُلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْاَعْمَالِ
اَحَبُّ اِلَى اللهِ تَعَالَى ؟ قَالَ اَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ.
Dari A’isyah r.a, berkata : “Rasulullah saw bersabda :“Amal apakah yag
palig disukai oleh Allah ta’ala?” Beliau bersabda:”Yag paling kekal
meskipun sedikit”.
( Sumber :Buku Zainuddin Ahmad az-Zubandi. Terjemahan Hadits Shahih
Bukhari )
عَنْ عَاءِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الَّذىْ يَقْرَإُ
الْقُرْاٰنَ وَهُوَ حَافِظُ لهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ، وَمَثَلُ الَّذِىْ يَقْرَإُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ
شَدِيْدُ فَلَهُ اَجْرَانِ.
Dari A’isyah r.a, berkata : “Perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an
dalam keadaan ia hafal, ia bersama para utusan yang mulia.Dan
perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an dalam keadaan ia
mengulang-ulanginya dan sulit atasnyamaka ia mendapaqt dua pahala”.
( Sumber :Buku Zainuddin Ahmad az-Zubandi. Terjemahan Hadits Shahih
Bukhari )
Komentar
Posting Komentar