Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI
Manaqib jawahirul ma’ani
Kitab Manaqib JAWAHIRUL MA’ANI adalah manaqib (riwayat hidup yang
menceritakan tentang Sulthonul Auliya’ Syech Abdul Qodir Al Jilani (ada yang menyebut Al Jaelani). Mulai dari Kelahirannya, perjalanan beliau menuntut ilmu, karomah-karomahnya sampai pada wafatnya.
menceritakan tentang Sulthonul Auliya’ Syech Abdul Qodir Al Jilani (ada yang menyebut Al Jaelani). Mulai dari Kelahirannya, perjalanan beliau menuntut ilmu, karomah-karomahnya sampai pada wafatnya.
MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI
Kedua Telapak Kakiku ada di punggung setiap Wali Allah Bismilahirrohmaanirrohiim Alhamdu Lilaahi Robbil”aalamiin Asholaatu
Wasalaamu ‘ala Sayyidil Mursaliin, Sayidinaa wa Maulanaa Muhammadin wa ‘alaa AaliHi wa ShohbiHi wa ‘alainaa ma’ahum AmiinB Al-Hafid Abu Izza Abdul Mughist bin Harb Al-Baghdadi dan yang lainnya berkata ” Kita biasa hadir di majelis Syeh Abdul Qodir di ribathnya di Baghdad. Umumnya yang menghadiri majelis beliau adalah para Syaikh Iraq diantaranya ; Syaikh Alibin Hiti, Baqa bin Bathu’, Abu Sa’id Al-Qailawi, Musa bin Mahin , Abu Najib Assahrawardi, Abu karam, Abu Umar, Utsman Al Qursyi, Makarim
al-Akbar, Mathar, Jaakir, Khalifah, Shidqah, Yahya Murtasyi, Ad-diya
Ibrahim al-Juwaini, Abu Abdulah Muhammad al-Qazwaini, dan masih banyak lagi selanjutnya klik di siniAbu Ustman, Umar Ak-Batiahi, Qadib Al-Baan, Abul Abas Ahmad Al-Yamani, Abu Abas Ahmad Al-Qazwaini beserta muridnya Daud yang selalu melaksanakan Shalat fardhu di Makkah, Abu Abdulah Muhammad Al-Khas, Abu Umar, Ustman Al-Iraqi As-Syauki, yang
konon merupakan salah seorang Rijal Ghaib ….dan lain sebagainya. Dalam
kondisi Spiritual sang Syaikh berkata “Kakiku ini ada di punggung setiap
Wali”. Begitu mendengar tersebut Syeh Ali ASl-Hiti langsung bangkit dan meletakkan kaki SyehAbdul Qodir Al-Jailani di pundaknya. Begitu pula dengan yang lain, mereka telah mengulurkan pundaknya untuk melaksanakan hal tersebut. Syeh Ali bin Abi Barakat Shakr bin Shakr meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar ayhnya pernah berkata “Aku penah berkata kepada pamanku Syeh Uday bin Musafir ‘Sepanjang pengetahuan anda selain Syeh Abdul Qodir Al-Jailani adakah para ulama terdahulu yang berkata‘Kedua kakiku ini ada di pungggung setiap Wali Allah ?’ “Tidak”
jawabnya. ‘Jika memang demiian sambungku, lalu apa makna dari perkataan tersebut ?’ Beliau berkata “itu artinya Syeh Abdul Qodir telah mnecapai maqom wali Afrod . ‘Tapi bukankah di setiap generasi terdapat Wali Afrad bantahku lagi. “Benar tapi tidak ada seoranpun yang diperintahkan oleh Allah untuk mengucapkan kalimat ini” jawabnya. ‘Jadi memang beliau diperintahkan untuk mengucapkan kalimat tersebut ? tanyaku. ‘ya’ jawab beliau. Kemudian beliau berkata ‘karena adanya perintah tersebut mereka meletakkan kepala . Bukankah engkau mengetahui bahwa para Malaikat as bersujud kepada Adam karena adanya perintah krpada mereka untuk melaksanakan hal tersebut. Syeh Baqa bin Bathu An-Nahri Al-Maliki berkata ” Syeh Abdul Qodir berkata’kedua kakiku ini berada di setiap punggung Wali Allah’”. Berkenaan dengan itu Syeh Ibrahim dan Syeh Abi Hasan Ali Arrifa’i al-Bathiahi mwriwayatkan bahwa ayahnya pernah bertanya kepada pamannya Syeh Ahmad Arrifa’i ‘apakah pernyataan Syeh Abdul Qodir ‘ kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap wali Allah berdasarkan perintah atau tidak?’ Pernyataan tersebut berdasarkan perintah jawab beliau. Dalam sebuah riwayat tyang dinisbatkan kepada Syeh Abi Bakaw bin Hawwar menyatakan bahwa veliau pernah berkata di majlisnya ,”Nanti akan muncul di Iraq seorang non arab yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan manusia. Namanya Abdul Qodir dan tinggalnya di Baghdad, Dia akan berkata ” Kedua kakiku ini berada di setiap punggung Wali Allah” Dan setiap wali akan mengakui bahwa beliau adalah wali Afrad pada zamannya. Sulthon Auliya dan Syaikh Islam Izzuddin bin Abdissalam berkata, ” Belum pernah kemutawatiran riwayat tentang sebuah karomah yang sampai kepada kami sebanding dengan
kemutawatiran karomah Syeh Abdul Qodir Al Jailani . Beliau adalah orang
yang berpegang teguh kepada Syari’ah , menyeru orang-orang untuk melaksanakan syari’ah, dan menghindarkan diri dari yang dilarang olehNya. Beliau berbaur dengan masyarakat sambil terus menerus beribadah dan beliau bisa mencampurkannya dengan sesuatu yang menyibukkan beliau seperti menikah dan memiliki keturunan . Barang siapa yang mengikuti jalan ini maka ia lebih sempurna daripada yang lain. Ditambah lagi apa yang dinyatakan fdi atas merupakan karakter dari Rosulullohi SAW .
Diantara karomah beliau adalah pernyataan beliau ‘Kedua telapak kakiku ini berada di setiap punggung Wali Allah. Hal tersebut dikarenakan
kesempurnaan beliau tidak tertandingi pada masa itu yang tidak diragukan lagi menjadikannya berhak mendapatkan kehormatan tersebut. Syeh Mathar meriwayatkan “Suatu hari ketika saya sedang berada di Zawiyah Syeh Abu Wafa’, guruku, di daerah Qailamaya beliau berkata kepadaku ‘Ya Mathar tutup pintu, jika ada seorang pemuda Ajam (non Arab) datang memohon untuk masuk maka jangan diberi dia ijin’. Akupun melaksanakan perintah beliau. ternyata yang datang adalah Syeh Abdul Qodir yang pada waktu itu masih seorang pemuda. Beliau mohon ijin untuk masuk namun Syeh Abu Wafa’ tidak mengijinkannya masuk. Saat itu aku melihat Syeh Abu Wafa’ berjalan hilir mudik dalam zawiyah dengan gelisah. Setelah itu beliau mengijinkannya untuk masuk. Ketika Syeh Abu Wafa’ melihat Syeh Abdul Qodir beliau melangkah mendekat dan memeluknya beberapa lama seraya berkata ‘Abdul Qodir‘ demi Yang Maha Agung aku tidak mengijinkanmu masuk pertama kali bukan karena keinginan zalim terhadap hakmu akan tetapi karena takut terhadap dirimu. Akan tetapi setelah aku ketahui bahwa engkau ingin belajar kepadaku dan menaatiku, baru aku merasa aman.
Syaikh Abdurrahman At-Tahfsunaji berkata “Saat Syeh Abdul Qodir datang ke Zawiyah Tajul ‘Arifin Abu Wafa’ beliau berkata kepad para muridnya ‘
Berdiri dan smbutlah Wali Allah’-Pernyataan ini mungkin terjadi pada
saat Syeh Abdul Qodir sedang berjalan menuju beliau atau dikeluarkan kepada mereka yang belum bediri ketika Syeh Abdul Qodir datang- Ketika beliau megulang-ulang perintah tersebut, seorang muridnya bertanya kepada beliau sebab pernyataan tersebut. Beliau menjawab “Pada saatnya nanti pemuda ini akan menjadi sandaran baik golongan khas maupun awam.
Aku seakan akan melihatnya seang berbicara di depan khalayak ,”Kedua
telapak kakiku ini berada di punggung setiap Wali Allah”. dan pernyataan itu benar adanya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwea beliau adalah Qutb mereka pada saat itu. Barang siapa berjumpa dengannya pada sat itu, berkhidmadlah kepadanya. Syaikh musallamah bin Naimah As-Saruji ketika ditanya tentang siapakah Qutb itu, beliau menjawab, “Beliau sekarang ada di Makkah, bersembunyi dan hanya diketahui oleh orang-orang saleh. Dan
akn muncul di sini (Iraq) seorang pemuda ‘ajam yang mulia bernama Abdul Qodir Akan tampak dari beliau beberapa Karomah yang luar biasa . Beliau adalah Qutb waktunya dan Ghauts Zamannya. Baliau akn berkata di hadapan orang-orang “Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah”, dan para Wali akan merendahkan punggungnya kepada beliau. Allah akan memberikan manfaat darinya dan dari karomahnya kepada siapa saja yang mempercayainya. Syaikh Ali Al-Hiti meriwayatkan, “ketika Syaikh Abu Wafa sedang berbicara di dalam majlis, masuklah Syeh Abdul Qodir .
beliau memerintahkan para murid untuk mengeluarkannya dan meneruskan ceramahnya. Kemudian untuk yang ke tiga kalinya Syeh Abdul Qodir kembali masuk ke pengajian tersebut. Kali ini Syaikh Abu Wafa’ turun dari kursinya tempat menyampaikan pengajaran lalu memeluk beliau dan menciumi
dahinya seraya berkata,’Para penduduk Baghdad, berdirilah demi Wali Allah ini. Perintahku untuk mengusirnya tidak lain agar kalian
mengetahuinya bukan untuk menghinanya. Betapa mulia seorang hamba yang kibaran panji di atas kepalanya melingkupi timur dan barat’. Kemudian beliau berkata kepada Syeh Abdul Qodir , “Abdul Qadir, masa sekarang milik kami,dan kelak akan menjadi milikmu. Aku serahkan kepadamu Iraq.
Semua ayam akan berkokok dan berhenti kecuali kokokan ayammu yang tidak akan berhenti hingga hari kiyamat’. Setelah itu beliau memberikan sajadah, baju, tasbih , tempat makan dan tongkatnya kepada Syeh Abdul Qodir. ‘Ambil semua itu dengan bai’at saran seseorang kepadanya. Namun Syaikh Abu Wafa’ berkata, di dahinya terdapat bai’at Al-Makhzuumi’.
Setelah majlis tersebut selesai, Taajul ‘arifiin Syaikh Abu Wafa’ turun
dan duduk di akhir tangga tempatnya mencapaikan ceramah seraya
menggenggam tangan Syeh Abdul Qodir dan berkata, ‘sekarang adalah
waktumu.’ Jika beliau datang aku selalu teringat akan kisah ini dan kemuliaan beliau’. Syaikh Umar Al-Bazaar berkata, “tasbih yang diberikan Syaikh Abu Wafa kepada beliau dapat berputar sendiri biji-bijinya jika diletakkan di atas tanah. Setelah bellliau eninggal dunia, tasbih tersebut menjadi milik Syaikh Ali bin Al-Hiti. Begitu juga dengan tangan orang yang menyentuh tempat makan yang diberikan Syaikh Abu Wafa’ kepada beliau akan bergetar hingga bahunya”. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Aquuli berkata”Aku berniat berziarah kepada Syeh Uday Bin Musafir. Ketika aku menghadap, beliau bertanya kepadaku ‘dari mana anda ?’Aku adalah salah seorang murid Syeh Abdul Qodir ‘ Jawabku. Mendengar jawabanku bekliau berkata ‘Bagus, Qutb-Al arda (bumi) yang dengan pernyataannya “Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah “ menjadikan 300 Wali dan 700 orang-orang Gaib yang berjalan di bumi maupun yang terbang, mengulurkan pundak mereka kepadanya dalam satu waktu”. Kemudian aku menziarahi Syeh Ahmad Rifa’i dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh Syeh Uday saat itu dan beliau berkata “sungguh tepat apa yang disampaikan beliau (Syeh Uday). Syaikh Majid Al Kurdi berkata,”saat Syeh Abdul Qodir mengatakan pernyataan di atas, semua wali di bumi pada saat itu merendahkan lehernya sebagai tanda pengakuan mereka terhadap beliau. Dan tidak ada segolongan jin soleh pun yang tidak datang menghadapnya untuk bertobat dan mengakui beliau hingga mereka berdesak-desakan di pintu rumahnya. Riwayat ini disetujui oleh Syaikh Mathar. Kemudian beliau berkata, “Aku bertanya kepada Syaikh Abdullah bin Sayyidina Syeh Abdul Qodir Al-Jailani ,’apakah engkau menghadiri majlis saat ayahmu berkata ,’kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap wali Allah , ‘ya’ jawabnya. Kemudian ia berkata,’ yang hadir pada saat itu sekitar 50 orang syaikh’. Ketiks beliau masuk ke dalam rumahnya, yang tersisa hanya Syaaikh Makarim, Syaikh Muhammad Al-Khas, dan Syaikh Ahmad Al-‘Aarini. ‘kamipun duduk dan berbincang-bincang’ ujarnya. Syaikh Makarim berkata, “Allah memperlihatka kepadaku pada saat itu semua orang yang memiliki panji kewalian di muka bumi mengakui panji kequthuban di tangan beliau dan mahkota ghoutsiah di atas kepala beliau
dan jubah otoritas total atas segala yang wujudeksis , untuk mengangkatnya menjadi Wali atau menurunkannya sesuai syariat dan hakikat. Dan aku mendengar eliau berkata ,”kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap Wali Allah yang akan menundukkan kepala dan
merendahkan dirinya kepada beliau bahkan termasuk di dalamnya para abdal yang sepuluh, usltan masa tersebut Masih berkenaan dengan pernyataan Sang Syaikh, Syeh Abu Sa’id Al-Qailawi berkata “ketika Syeh Abdul Qodir mengatakan ‘kedua telapak kakiku ini ada di setiap punggung Wali Allah’ , Allah Tajalli dalam jiwa beliau. Kemudian sekelompok malaikat datang
membawakan jubah kebesaran Rosululloh SAW untuk dipakaikan kepada beliau di hadapan para Wali terdahulu maupun yang akan datang.-yang hidup datang dengan jasadnya, yng sudah meninggal datang dengan ruhnya. Para malaikat dan Rijal Al-Ghaib mengelilingi majlisnya dan berbaris ber shaf-shaf di udara , begitu banyak jumlahnya hingga seluruh ufuk penuh dengan kehadiran mereka. Dan semua Wali yang ada di muka bumi ini
menundukkan kepala untuk beliau”. Syeikh Kholifah Al Akbar bercerita
“Saat aku bertemu dengan Rosululloh SAW dalam mimpi aku bertanya kepad beliau ,’ Yaa Rosululloh Syeh Abdul Qodir trlah berkata ‘Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah ‘ Beliau menjawab ‘Yang diucapkan leh beliu adalah benar. Bagaimana mungkin tidak benar apabila dia adalah Qutb (para wali) dan aku (Rosululloh SAW yang mengawasinya.
Di hari Jum’at 3 Ramadan 599 H. seorang pria datang menghadap Syeh
Hayyan bin Qis Al-Harani di masjid Al Hiran memohon Khirqah (jubah
kesifian tanda bai’at) kepada beliau. “Dalam dirimu talah terdapat tanda
selain aku’ kata beliau kepadanya. orang itu berkata, ‘benar aku pernah bertemu Syeh Abdul Qodir namun tidak ber bai’at kepada beliau”. Syeh Hayyan berkata “selama beberapa waktu kita telah hidup di bawah bayangan kehidupan Syeh Abdul Qodir Al Jailani .telah kita meminum gelas-gelas kebahagiaan dari mata air pengetahuan beliau. dan Dari Beliau diperoleh rahasia para Wali menurut tingkatan mereka. Suatu saat Syeh Lulu Al Armani ketika bertemu dengan Syeh Atha’ Al-Masri , beliau meminta untuk menyebutkan para gurunya. Syeh Lulu berkata ,”Atha’ guruku adalah Syeh Abdul Qodir Al Jailani yang menyatakan “kedua telapak kakimku ini ada di punggung setiap Wali Allah .Dan pada saat beliau selesai mengucapkan hal tersebut tercatat 313 Wali Allah dari segala penjuru dunia menundukkan kepala mereka , 17 orang berada di Haramain , 60 orang di Iraq, 40 orang di negeri non Arab, 40 orang di Syam, 20 orang di mesir, 27 orang di Maroko, 11 orang di Habsyah, 7 orang di tembok penahan Ya’juj dan Ma’juj, 7 orang di Wadi Sarandib, 47 orang di gunung Qof, 20 orang di daerah teluk. Dan banyak yang besaksi bahwa pernyataan tersebut diucapkan berdasarkan perintah Allah. Kemudian beliau melanjutkan.”Aku sendiri melihat para Wali di timur maupun di barat merundukkan kepala mereka kepada Syeh Abdul Qodir kecuali seorang Wali di daerah luar Arab yang kemudian hilang tanpa bekas. Diantara mereka yang merundukkan kepalanya kepada beliau adalah Syeh Baqa’ bin Bathu’ , Syeh Abu Sa’id Al-Qaylawy , Syeh Ahmad Arrifa’y yang dalam sebuah riwayat memanjangkan lehernya dan melihat punggungnya seraya berkata,’Memang ada di punggungku’. Saat di tanya mengenai perkataannya itu, beliau berkata,’saat ini di Baghdad , Syeh Abdul Qodir sedang berkata ,’ Kedua telapak kakiku ini ada di punggung setiap Wali Allah‘. Termasuk diantara mereka yang menundukkan kepala kepada beliau adalah Abdurrahman Athafsunaji, Abu Najib Assahrawardi, yang mengangguk-anggukkan kepalanya ketika mendengar hal tersebut seraya berkata’di atas kepalaku. Musa Al Jazuli, Musa Al Harani, Abu MUhammad bin ‘Abd, Abu Umar, Ustman bin Marzuq , Abu Al-Karam , Majid Al Kurdi , Suwaid Annajari, Ruslan Addimasqi, yangmenundukkan kepalanya di Damaskus seraya berkata kepada
para muridnya ‘Allah memiliki mutiara yaitu orang yang minum dari lautan Al Quds dan duduk di permadani ma’rifah serta menyaksikan keMaha Agungan Rububiyah ketuhanan dan ke Maha Besaran Wahdaniyah (ketunggalan). Sifat (kemanusiaannya) lenyap saat menyaksikan keMaha Besaran Nya Eksistensinya lebur saat menyaksikan ke-WibawaanNya Maka dipakaikannya kepadanya jubah keacuhan (terhadap dunia) dan ditempatkan di puncak tangga Al-Inayah hingga beliau mencapai maqom yang telah ditentukan dan didudukkan di puncak ruh Azaly . Dia berbicara dengan hikmah dari lembaran-lembaran cahaya, bercampur dengan kepekatan
rahasiaNya. Hilang kesadarannya ketika berada di Hadirat Allah dan tidak pernah terputus denagn Allah ketika Ia kembali sadar. Berdiri dengan penuh rasa malu, berbicara dengan tawadhu’ mendekatkan diri dengan penuh kerendahan, berbicara dengan kemuliaan , baginya ucapan selamat dan salam terbaik adalah berasal dari Tuhannya. ‘Apakah di dunia ini ada orang yang memiliki ciri seperti itu ?’ tanya seseorang kepada beliau’Ada, dan Syeh Abdul Qodir pemimpin mereka’jawab beliau. Di Maroko (Maghrib) Syaikh Abu Madin (setelah mendengarkan pernyataan Syaikh Abdul Qadir ) memanjangkan lehernya dan berkata, ‘benar dan aku salah seorang dari mereka. Yaa Allah aku bersaksi kepadaMu dan kepada para MalaikatMu bahwa aku mendengar dan patuh’. Kemudian termasuk diantara mereka adalah Syaikh Abu Na’im AL-Maghribi, Syaikh Abu Umar dan Utsman bin Marwazih Al-Bathiahi, Syaikh Makarim, Syaikh Khalifah, Syaikh Uday bin Musafir.
Pada saat beliau mengucapkannya banyak orang yang melihat rombongan orang yang terbang di udara untuk menghadap beliau berdasarkan perintah Khidir as. Dan setelah mengucapkan selamat, seorang wali berkata kepada beliau, ‘eahai raja zaman, pengusas tempat, pelaksana perintah Sang Maha Pengasih, pewaris kitab Allah dan wakil RasuluLlah SAW, yang dianugerahi langit dan bumi, yang menjadikan seluruh orang pada masanya sebagai keluarganya, yang doanya dapat menurunkan hujan, dan berkahnya menghilangkan mendung, yang menjadikan kepala orang yang menghadapnya tertunduk, yang makhluk gaib hadir di hadapannya sebanyak 40 shaf, dengan 70 orang Gaib pada setiap shaf, yang ditelapak tangannya tertulis bahwa dia tidak akan mendapat makar dari Allah, dan di umurnya yang ke dua puluh para malaikat berputar di sekelilingnya serta menyampaikan kabar gembira kewalian beliau’. Pada suatu masa, air sungai dajlah meluap dan membanjiri Baghdad. Orang-orangpun mendatangi beliau memohon pertolongannya. Sambil membawa tongkatnya beliau berjalan menuju tepian sungai dan menancapkannya di batas air seraya berkata, “cukup sampai di sini” dan saat itu pula air sungai tersebut menyurut. Syaikh Abdullah
Dzayyal berkata, “suatu saat ketika berada di madrasah beliau di tahun
560 H aku melihat beliau memegang tongkat. Saat itu aku berharap aku
dapat melihat karamah yang keluar dari tongkat tersebut. Beliau kemudian memandang ke arahku sambil tersenyum lalu menancpakan tongkatnya ke tanah, seketika itu pula cahayanya menyembur dari tanah, menembus awan dan menjadikan langit terang benderang beberapa saat. Beliau kemudian mencabutnya kembali dan keadaan pun kembali seperti semula. Beliau berkata kepadaku, ‘Dayyal, bukankah ini yang engkau kehendaki’”. Syaikh Abu Taqy Muhammad bin Al-Azhar Ash-Shariifni berkata, “selama setahun penuh aku memohon kepada Allah untuk dapat melihat salah seorang dari rijal Al-Ghaib. Pada suatu malam aku bermimpi bertemu dengan seorang pria saat sedang menziarahi makam Imam Ahmad bin Hambal. Terbetik dalam hatiku bahwa beliau adalah salah seoraang rijal Al-Ghaib. Akupun terbangun dan sengan harapan dapat bertemu dengannya akupun pergi ke makam Imam Ahmad bin Hambal . akupun bertemu dengan orang yang ada di
dalam mimpiku di sana. Saat beliau keluar aku mengikutinya hingga sampai ke tepi sungai Dajjlah. Di tepian tersebut beliau menarik tepian sungai tersebut hingga keduanya hanya berjarak satu langkah dan
menyeberanginga. Aku memohon kepadanya untuk berhenti dan berbicara kepadaku. Aku bertanya, “apa mazhabmu ?”. “Aku bermazhab Hanafi, seorang muslim dan bukan musyrik”. Jawab beliau. Kemudian hatiku seakan – akan berkata, ‘pergi ke Syaikh Abdul Qadir dan ceritakan apa yang engkau alami’. Akupun mengunjungi sang Syaikh. Setibanya aku di pintu madrasah, beliau berkata dari dalam rumah tanpa membuka pintunya, ‘yaa Muhammad,
saat ini hanya dialah seorang wali yang bermazhab Hanafi di muka bumi ini’. Suatu saat beliau naik ke atas kursi tempat beliau mengajar, tidak berbicara dan tidak menyuruh pembaca kitab untuk membacakannya. Dan orang-orang yang hadir memasuki kondisi ektase dan perkara yang agung memasuki mereka. Salah seorang yang hadir bertanya dalam hati, “apa ini
?”. beliau berkata, “seorang muridku datang dengan satu langkah dari
baitul Muqaddas kemari untk bertaubat dan semua yang hadir pada saat ini dianggap sebagai tuan rumahnya. “dalam hatinya orang tersebut berkata,
“jadi siapa yang mengalami kondisi seperti ini adalah mereka yang
bertaubat ?”. pernyataan tersebut dijawab sang Syaikh, jangan engkau
berharap kepadanya. Dia datang kepadaku dan memintaku untuk mengajarinya jalan untuk mencinta”. Pernah suatu saat Syaikh Abdul Qadir berjalan di atas udara di depan banyak orang dan berkata, “Matahari selalu menyampaikan salam kepadakusetiap ia ingin terbit. Demikian pula halnya dengan hari, bulan dan tahun. Mereka –juga- menginformasikan kepadaku
tentang apa tentang apa yang terjadi. Di beberkan kepadaku Lauh
Al-MahfudzI tentang siapa yang mendapatkan kesenangan dan siapa yang mendapatkan kesusahan. Aku tenggelam dalam lautan Ilmu dan Musyahadah–Nya. Aku adalah sandaran kalian dan wakil RasuluLlah SAW di muka bumi”.
Syaikh Abdul Qadir berkata, “Setiap wali berada di bawah telapak kaki
para Nabi dan aku berada di bawah telapak kaki kakekku RasuluLlah SAW.
Semua tempat yang aku injak maka bekasnya akan emnjadi telapak kaki
Nabi.” Syaikh Abdul Qadir berkata, “Aku adalah Syaikh bagi para manusia dan jin.” Di lain kesempatan beliau berkata, “jika kalian bertanya
kepada Allah, tanyakan aku kepadaNya. Wahai penduduk bumi, dari timur hingga barat, kemarilah dan belajar dariku. Wahai penduduk Iraq, Ahwal –kondisi spiriutal- yang kumiliki seperti baju yang tergantung di rumah.
Baju manasaja yang engkau pilih akan aku pakaikan kepadamu. Hendaknya kalian menyampaikan salam atau akan aku bawakan pasukan tiada tanding.
Hai saudara, berkelanalah 1000 tahun agar engkau dapat mendengarkan perkataanku. Saudara, kewalian dan beberapa derajad spiritual ada di sini, di majlisku. Semua Nabi yang diciptakan Allah dan semua wali
menghadiri majlisku baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Yang masih hidup dengan fisik mereka sedangkan yang sudah meninggal dunia dengan rohnya. Saudara sekalian tanyakan diriku kepada Munkar dan Nakir ketika mendatangi kalian (di kubur) maka mereka akan menceritakan diriku kepada kalian.” Abu Ridho, pelayannya meriwayatkan,
dalam suatu kesempatan Syaikh Abdul Qadir berbicara tentang roh. Di
tengah penjelasan, beliau diam, duduk dan kemudian bangkit kembali seraya bersenandung, Rohku telah diciptakan dengan hikmah dalam ke-qadiman, sebelum ia mewujud, ketika ia dalam ketiadaan sekarang, bukankah suatu kebaikan setelah aku mengenal kalian lalu aku pindahkan kakiku dari jalan hawa kalian. Di lain riwayat, Abu Ridho bercerita,
“suatu hari ebliau menjelaskan tentang cinta. Tiba-tiba beliau bangkit dan diam. Lalu beliau berkata, ‘Aku tidak akan berbicara kecuali dengan 100 dinar.’ Orang-oranagpun menyerahkan kepada beliau apa yang beliau minta. Kemudian beliau memabggilku dan berkata, ‘pergilah engkau ke
pekuburan Syunuziyah dan cari seorag syaikh yang sedang bermain-main dengan kayu lalu berika emas ini kepadanya dan bawa ia kepadaku’.
Kemiudin akupun pergi dan menemukan syaikh yang beliau maksud sedang berdiri dan memain-mainkan tongkat kayu. Akupun mengucapkan salam dan
menyerahkan emas tersebut kepadanya. Dia berteriak dan jatuh pingsan.
Saat beliau sadar aku bertanya kepadanya, ‘Syaikh, Syaikh Abdul Qadir ingin bertemu denganmu’. Beliau kemudian bangkit dan menemui Syaikh Abdul Qadir. Setibanya di sana Syaikh Abdul Qadir memberikan perintah untuk menaikkannnya di kursi tempat beliau mengajar dan meminta orang
tersebut untuk menceritakan kisahnya. Dia berkata, ‘Tuanku, sewaktu aku masih muda aku adalah seorang penyanyi bagus yang dikenal banyak orang.
Tetapi setelah aku tua, tidak ada seorangpun yang memperhatikan aku. Aku pergi dari Baghdad dan berkata dalam hati, “aku tidak akan menyanyi kecuali untuk yang mati”. Saat aku mengelilingi kuburan ini, aku duduk di salah satu kuburan yang ternyata telah terbelah dan nampak kepala mayat yang ada di dalamnya. Mayat tersebut berkata kepadaku, “Mengapa engkau menyanyi untuk orang-orang mati, bernyanyilah untuk Yang Maha
Hidup sekali maka Dia akan memberikan kepadamu apa yang engkau inginkan”. Akupun jatuh pingsan, dan setelah tersadar aku berkata Tuhanku, aku persiapkan apa yang aku miliki untuk hari pertemuan
dengan-Mu, kecuali pengharapan hati dan ucapan mulutku. Memang, sudah asalnya para pengharap mengharapkan harapan dan mereka akan bersedih apabila engkau menolaknya Jika hanya golongan Muhsin yang boleh berharap
kepadaMu, lalu kepada siapa si pendosa berlindung dan melarikan diri.
Ubanku membuatku jelek di hari penghabisan dan perjumpaan denganMu, semoga engkau menyelamatkan aku dari apiku. Saat aku berdiri, pelayan anda datang membawakan emas ini”. Sambil mematahkan tongkat kayu yang
ada di tangannya dia berkata, sekarang aku bertobat kepada Allah’. Usai mendengarkan kisah tersebut, Syaikh Abdul Qadir berkata, “Yaa fuqara’ , jika kejujuran (orang ini) terhadap sesuatu yang sia-sia saja
menyebabkannya memperoleh apa yang ia inginkan, apalagi dengan para sufi yang bersungguh-sungguh dalam kesufian, ahwal dan thariqahnya”. Kemudian beliau melanjutkan, “hendaklah kalian berlaku jujur, dan bersih hati.
Tanpa keduanya, tidak mungkin seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Apakah kalian tidak mendengar firman Allah, “Jika
berbicara hendaklah kalian berkata jujur””. Saat beliau meminta 100
dinar, ada 40 orang mengantar jumlah yang sama kepada beliau. Beliau hanya mengambil dari satu oraang, dan setelah orang ini bertaubat, sisa dari uang pemberian tersebut beliau bagikan kepada orang-orang.
Peristiwa hari itu menyebabkan 5 orang meninggal dunia. Al-Kaimani,
Al-Bazaar, dan Abu Hasan Al-Ali yang dikenal dengan As-Saqazar bercerita bahwa pada hari Rabu tanggal 27 Sya’ban tahun 529 H. Syaikh Abdul Qadir bersama rombongan mengunjungi pekuburan Syunizi. Beliau berhenti di
pekuburan Syaikh HammadAd-Dabbas agak lama kemudian menlanjutkan perjalanannya dengan muka berseri-seri. Pada saat ditanya sebab lamanya beliau berhenti dan berseri-serinya muka Beliau, sang Syaikh menjawab,
“Pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 499 H aku bersama murid Syaikh Hammad mengikuti beliau keluar Baghdad. Setibanya di jembatan Yahud, beliau mendorongku sampai aku tercebur ke sungai-pada saat itu udara
sangat dingin-kemudian mereka berlalu dan meninggalkanku. Aku berkata dalam hati, “Aku berniat mandi Jum’at”. Saat itu aku mengenakan jubah sufi dan di lenganku terdapat sebuah jubah lagi yang membuatku harus
mengangkatnya agar tidak basah. Aku kemudian keluar dari air dan memeras jubah tersebut dan menyusul mereka dalam kondisi kedinginan hingga menusuk ke tulang. Melihat kondisiku, para murid bermaksud hendak menolongku namun beliau melarangnya seraya berkata, “Apa yang aku lakukan adalah untuk mengujinya, dan aku mendapatinya bagai gunung,
kokoh tak bergerak”. “Hari ini aku melihat beliau dalam kubur memakai
jubah dari cahaya bertabur permata. Di atas kepalanya terdapat mahkota
dari Yakut . di tangan kirinya terdapat gelang dari emas dan beliau
memakai dua sandal dari emas. Tapi tangan kanannya hilang. ‘Ada apa
dengan lengan ini ?’ tanya ku kepada beliau. Beliau menjawab, ‘inilah
tangan yang aku pergunakan untuk mendorongmu’. Kemudian beliau berkata, ‘maukah engkau memaafkan perbuatanku itu ?’ ‘Ya’ jawabku. ‘jika
demikian’ kata beliau, ‘mohonkan kepada Allah agar Dia mengembalikan lenganku seperti sedia kala’. Akupun memohonkan kepada Allah untuk itu dan pada saat itu 5000 wali turut memohon kepada Allah, mendukungku dari kubur mereka. Aku terus memohon kepada Allah hingga akhirnya Allah
mengembalikann lengan kanannya dan beliau menjabat tanganku dengan tangan kanan tersebut. Dengan demikian sempurnalah kebahagiaannya dan kebahagiaanku.” Ketika kabar tersebut tersebar di Baghdad para murid Syaikh Hammad beramai-ramai mendatangi sang Syaikh untuk meminta klarifikasi atas pernyataan tersebut. Setibanya di madrasah beliau, sebagai rasa hormat mereka kepada beliau, tidak ada seorangpun yang memulai pembicaraan. Beliaupun kemudian memulai pembicaraan dengan
menerangkan maksud kedatangan mereka saat itu. Kemudian beliau berkata kepada mereka, “Kalian pilih dua orang. Insya Allah melalui mereka berdua akan jelas apa yang aku ucapkan”. Mereka kemudin memilih Syaikh Yusuf Al-Hamdani RA. Yang pada saat itu ada di Baghdad, dan Syaikh Abdurrahman AL-Kurdi yang memang tinggal di Baghdad. Mereka berdua termasuk orang-orang yang dianugerahi kasyf .’Kami serahkan urusan ini kepada kalian’ kata mereka kepada kedua Syaikh tersebut. ‘Bahkan kalian
jangan beranjak dari tempat kalian berada sampai terbukti apa yang aku
ucapkan’ kata beliau kepada mereka. Kemudian beliau menghentakkan
kakinya ke tanah dan pada saat itu para sufi di luar telah berteriak
memberitahu bahwa Syaikh Yusuf Al Hamdani RA telah datang dengan
berjalan bertelanjang kaki sampai beliah masuk ke madrasah sang Syaikh.
Di sana beliau berkata, ‘Aku bersaksi bahwa Syaikh Hammad Ad-Dabbas
berkata kepadaku, “Cepatlah datangi majlis Syaikh Abdul Qadir dan
katakan pada para Syaikh yang hadir bahwa apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir adalah benar adanya’. Beliau sempat menamatkan perkataannya, Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman Al-Kurdi datang dan beliau menyatakan
pernyataan seperti yang dikatakan oleh Syaikh Yusuf Al-Hamdani RA.
Setelah mendengarken pernyataan tersebut, mereka bangkit dan memohon maaf kepada Syaikh Abdul Qadir”. Seseorang berkata kepada beliau, “Kami berpuasa seperti yang Anda lakukan, dan melaksanakan shalat sepertiyang Anda lakukan. Tapi tidak ada satupun kondisi spiritualmu yang dapat kami
lihat”. Beliau berkata, “kalian dapat bersaing denganku dalam hal
melaksanakan amal, akan tetapi kalian tidak dapat bersaing denganku
dalam hal anugerah yang diberikan kepadaku. Demi Allah, aku tidak akan makan sampai Allah berkata kepadaku, ‘Demi hak-Ku atas dirimu, makan’.
Aku juga tidak minum sampai Allah berkata kepadaku, ‘Demi hak-Ku atas dirimu, minum’. Dan aku tidak akan melakukan sesuatu kecuali berdasarkan perintah Allah”. Syaikh Abdul Qadir berkata, “Pada suatu ketika di masa mujahadahku (perjuangan) aku tertidur. Dalam tidur tersebut aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Ya Abdul Qadir, Kami tidak menciptakanmu untuk tidur. Kami telah hidupkan engkau maka jangan lupakan Kami’”. Syaikh Abu Naja Al-Baghdadi, pelayan Syaikh Abdul Qadir
meriwayatkan bahwa pernah suatu ketika hutang sang Syaikh kepada
beberapa orang telah mencapai 250 dinar, lalu datanglah oraaang yang
tidak aku kenal dan masuk tanpa ijin lalu duduk dihadapan sang Syaikh.
Dia mengeluarkan uang seraya berkata, “ini adalah pembayar hutang” kemudian ia pergi. Kemudian beliau memerintahkan agar uang tersebut dibagikan kepada yang berhak. Kemudian –kata Syaikh Abu Naja- ketika aku menanyakan siapa orang tersebut, sang Syaikh berkata, “Dia adalah yang berjalan menurut Al-Qadar”. “Siapa yang berjalan menurut Al-Qadar” tanyaku lagi. Beliau menjawab, “Dia adalah malaikat yang diutus Allah
kepada para waliNya yang memiliki hutang untuk melunasi hutang-hutang mereka”. Syaikh Uday bin Abu Barakat meriwayatkan bahwa ayahnya
meriwayatkan dari pamannya Syaikh Uday bin Musafir. Beliau berkata,
“suatu ketika saat Syaikh Abdul Qadir memberikan pengajaran, turunlah
hujan yang membuat orang-orang berpencar. Sang Syaikh menengadahkan kepalanya kep arah langit dan berkata, ‘Aku mengumpulkan mereka untukMu
dan Engkau cerai beraikan mereka seperti ini’. Seketika itu pula hujan
berhenti, tidak ada satu tetespun air yang turun di majlis tersebut
sedangkan di luar madrasah hujan tetap lebat”. Syaikh AbdulLah Al-Jaba’I meriwayatkan, “ Pada suatu hari Syaikh Abdul Qadir sedang berbicara tentang bagaimana menghilangkan ujub. Tiba-tiba Beliau memalingkan Muka Beliau kepadaku dan berkata, ‘Apabila engkau melihat sesuatu yang berasal dari Allah dan hal tersebut menggiringmu untuk melakukan kebaikan serta engkau dapat melepaskan dirimu dari (meminta) penjelasan akan hal tersebut maka engkau telah lepas dari sifat ujub’”. Syaikh orang-orang sufi, Syaikh Syihabuddin Umar As-Sahrawardi berkata, “Dulu saat aku masih muda, aku menenggelamkan diriku untuk mempelajari ilmu
kalam. Aku hafal berbagai karangan dalam bidang tersebut dan segera
menjadi seorang pakarnya. Pamanku telah memperingatkanku akan hal
tersebut namun aku tidak mempedullikannya, sampai suatu hari aku dan dia menziarahi Syaikh Abdul Qadir. Beliau berkata kepadaku, ‘’Umar, Allah SWT berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan
pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin), sebelum pembicaraan itu’. Kami adalah orang-orang yang kalbunya selalu mendapatkan bisikan dari Allah. Sekarang lihatlah posismu di hadapan Allah agar engkau dapat melihat keberkahan melihat-Nya”. “ketika kami sudah duduk bersamanya, pamanku berkata
kepada beliau, ‘Kmenakanku ini menyibukkan dirinya dengan ilmu kalam.
Aku sudah larang dia akan tetapi dia tidak mematuhiku’. Mendengar
penuturan pamanku, beliau mengulurkan tangannya yang penuh berkah ke dadaku dan berkata, ‘Kitab apa saja yang telah engkau hafal ?’. Akupun menjawab dengan menyebutkan berbagai kitab yang telah aku hafal. Demi Allah, saat beliau mengangkat tangannya dari dadaku, tidak ada satu katapun dari kitab-kitab, yang sebelumnya aku hafal di luar kepala, yang masih aku ingat. Saat itu juga Alah Ta’ala telah melupakan aku tentang berbagai masalahnya dan menanamkan dalam dadaku ilmu laduni. Aku bangkit
dari hadapannya sambil berbicara dalam bahasa hikmah. Lalu beliau
berkata kepadaku, “Umar, engkau adalah orang-orang terakhir yang
termasuk golongan orang-orang masyhur di Iraq”. Syaikh Abdul Qadir
adalah Sulthan ahl-Thariqah yang dianugerahi otoritas atas semua
eksistensi. Abu Faraj bin Hamami bercerita, “Aku banyak mendengar
cerita-cerita mustahil yang muncul dari Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
ra. Yang tidak dapat aku terima. Akan tetapi karena itulah aku ingin
sekali bertemu dengan beliau. Suatu saat, aku pergi ke Bab Al-Azij untuk
suatu keperluan. Ketika pulang aku melewati madrasahnya dan tepat pada saat itu muazin telah mengumandangkan shlalat ashar. Dalam hati aku berkata, ‘aku akan shalat ashar dan berkenalan dengan sang Syaikh’. Saat itu aku lupa bahwa aku belum berwudhu dan langsung shalat. Setelah selesai shalat, Syaikh Abdul Qadir menjumpaiku dan berkata kepadaku, ‘Anakku, jika engkau datang kepadaku dengan suatu hajat pasti akan aku kabulkan. Sayangnya sekarang engkau benar-benar lupa bahwa engkau belum
berwudhu ketika melakukan shalat’. Pengetahuan beliau terhadap sesuatu
yang tersembunyi menimbulkan kekaguman kepadaku akan kkondisi spiritual yang telah beliau capai. Sejak saat itu aku selalu mengikutinya, mencintainya dan emlayaninya. Dari keajdian tersebut aku mengetahui keluasan berkah beliau”. Al-Jaba’I berkata, “ketika mendengar kitab Haliyatul Auliya’ oleh ibnu Nashir, terbetik dalam hatiku untuk berkontemplasi, menjauhkan diri dari manusia dan menyibukkan diri beribadah. Saat shalat Ashar, aku berjama’ah bersama Syaikh Abdul Qadir.
Selesai shalat beliau melihat ke arahku dan berkata, ‘jika engkau
benar-benar ingin berkontemplasi (khalwat), maka jangan lakukan itu
sebelum engkau benar-benar menguasai agama, bergaul dengan para Syaikh dan belajar dari mereka. Saat itulah engkau boleh berkontemplasi (khalwat). Jika engkau tidak melakukan itu maka engkau akan terputus sebelum engkau menjadi ahli dalam bidang agama. Engkau juga akan merasa
bangga atas apa yang engkau miliki. Tapi ketika ada masalah agama yang
engkau tidak ketahui, engkau akan keluar dari zawiyahmu dan bertanya
kepada orang-orang tentang hal tersebut. Sebaik-baik kontemplator (orang yang berkhalwat) adalah mereka yang bagaikan lilin, amemberikan penerangn dengan cahayanya”. Syaikh Abu Abbas Al-Khidr Al-Husain Al-Maushuli meriwayatkan, “pada suatu malam, saat kami sedang berada di
madrasah Syaikh Abdul Qadir, datanglah khalifah AL-Mustanjid biLlah Abu Mudzaffar Yusuf bin Al-Imam Al-Muftaqi li amriLlah Abu AbduLlah Muhammad Ad-Dabbas. Beliau mengucapkan salam kepada sang Syaikh dan memohon
nasihatnya sambil meletakkan 10 kantung uang yang dipikul oleh 10 orang budak. Syaikh berkata, “Aku tidak membutuhkan ahrta ini”. Namun sang Imam berkeraas agar Syaikh Abdul Qadir menerimanya. Syaikh Abdul Qadir kemudian mengambil 2 kantung uang yang paling besar dan paling berat
lalu memeras keduanya dengan tangan beliau, maka mengalirlah darah.
Berkatalah Syaikh kepada Khalifah, ‘Mudzafar, engkau peras darah rakyat lalu engkau berikan kepadaku. Tidakkah engkau malu kepada Allah ?’. sang khalifahpun pigsan mendengar hal tersebut. Kemudian sang Syaikh emlanjutkan, ‘Kalau buan karena rasa hormatku kepada garis keturunannya dengan RasuluLlah SAW, akan aku biarkan darah tersebut mengalir hingga
pintu istananya’. Syaikh Abu Hasan Ali Al-Quraisy berkata, “saat aku
menghadiri salah satu majlis sang Syaikh tahun 559 H datanglah rombongan golongnan rafidah membawa dua buah keranjang tertutup dan berkata kepada
beliau, ‘Beritahu kami apa isi dua keranjang ini’. Beliau turun dari
kursi dan mengulurkan tangannya memegang salah satu keranjang tersebut dan berkata, ‘Yang ini berisi anak yang lumpuh’. Lalu beliaiu
memerintahkan puteranya Abdurrazaq membuka keranjang tersebut dan isinya seperti yang beliau ucapkan. Beliau pegang kaki anak tersebut kemudian
berkata, ‘Bankitlah dengan ijin Allah’. Seketika anak tersebut bangkit.
Kemudian beliau memegang keranjang yang lain dan berkata, “keranjang ini berisi anak yang sehat dan tidak cacat’. Ketiak keranjang tersebut dibuka, maka keluarlah seorang anak yang sehat, sang Syaikh memegang ubun-ubunnya dan berkata, ‘Duduklah’. Seketika itu pula anak tersebut menjadi lumpuh. Rombongan rafidah tersebut bertobat di hadapan beliau dan pada saat itu 3 orang meninggal dunia’. Diriwayatkan, dari Yahya bin Junah Al-Adib bahwasanya beliau berkata, “Dalam hati aku berkata”. ‘Aku
ingin menghitung berapa banyak sang Syaikh melantunkan sya’ir di dalam majlisnya dengan menggunakan benang dari pakaianku. Akupun kemudian
menghadiri majlis pengajiannya dan setiap beliau melantunkan sya’ir maka aku ikatkan benang di bawah pakaianku. Ditengah-tengah beliau bersya’ir tiba tiba beliau berkata, ‘Aku melepaskan ikatan sedang engkau mengikatnya’”. Syaikh Abu Hasan (Ibnu Syathantah) Al-Baghdadi berkata,
“Saat aku belajar kepada sang Syaikh, aku sering berjaag di malam hari
untuk melayani beliau. Pada suatu malam di bulan Shafar tahun 553 H, aku melihat beliau keluar dari ruangannya. Akupun menyodorkan tempat air untuk berwudhu kepada beliau namun beliau tidak mempedulikan tawaranku dan terus bergerak menuju pintu madrasah. Kemdian beliau memberi isyarat kepada pintu madrasah tersebut maka pintu itupun terbuka dengan
sendirinya. Kemudian beliau terus berjalan keluar sementara aku
mengikutinya dari belakang. Aku berkata dalam hatiku bahwa beliau tidak mengetahui kalau aku ikuti dari belakang. Beliau terus berjalan ke arah pintu gerbang kota Bagdad, maka beliaupun memberikan isyarat kepada pintu tersebut dan pintu itupun terbuka dengan sendirinya. Kami terus berjalan, namun tak berapa lama tibalah kami di suatu tempat semacam ribath yang sama sekali tidak aku ketahui. Di dalam ribath tersebut terdapat 6 orang yang sedang duduk, dan ketika mereka mengetahui kedatangan Syaikh Abdul Qadir maka merekapun segera menyambut beliau seraya mengucapkan salam. Aku segera pergi ke sudut bangunan tersebut
dan dari dalam bangunan terdengarlah suara dengungan dan rintihan. Tak berapa lama, suara tersebut berhenti , kemudian seorang pria masuk ke dalam ruangan yang tadi terdengar rintihan lalu keluar dengan membawa seseorang di atas pundaknya. Setelah itu seseorang yang tidak mengenakan sesuatu di kepalanya dengahn kumis yang lebat masuk dan duduk di hadapan
sang Syaikh dan kemudian mengambil dua kalimah syahadah dari beliau kemudian memotong kumis serta rambutnya. Setelah itu beliau kenakan thaqiyah (topi) di kepalanya dan memberikan nama Muhammad kepadanya serta berkat kepada yang lain, ‘Aku telah diperintahkan untuk menjadikannya sebagai ganti dari yang meninggal’. ‘Kami mendengar dan patuh’ jawab yang lain. Baliau lalu keluar dari ruangan tersebut seraya meninggalkan mereka. Setelah itu beliau berjalan dan tak lama kami tiba di pintu gerbang kota Baghdad. Pintu tersebut kembali terbuka dan
menutup dengan sendirinya setelah kami melewatinya. Demikian juga tak
berapa lama kami tiba di Madrasah kemudian memasukinya. Keesokan harinya aku mohon kepada sang Syaikh untuk menceritakan apa yang aku lihat. Maka beliaupun menjawab, “Adapun negeri yang kita datang kemarin adalah negeri Nahawand. Enam oran yang engkau lihat adalah para wali abdal dan
suara dengungan yang engkau dengar adalah wali yang ke tujuh. Dia sedang sakit dan aku hadir di sana untuk melayatinya. Adapun orang yang aku ambil syahadatnya adalah seorang nashrani dari Konstantinopel dan aku perintahkan ia untuk menjadi ganti ari si mayit. Adapun orang yang masuk dan keluar sambil menggendong jenasah adalah Abul Abbas Al-Khidhir AS yang diperintah Allah untuk mengurus jenasah wali yang wafat”. Kemudian beliau mengambil sumpahku untuk tidak menceritakan peristiwa tersebut selama beliau masih hidup. Beliau berkata, “Takutlah kamu untuk tidak
membuka rahasia ini selama aku masih hidup”. Abu Sa’id AbdulLah bin
Ahmad bin Ali Al-Baghdadi Al-Azji bercerita, “Pada tahun 537 H anak
perempuanku seorang perawan berusia 16 tahun naik ke atas atap rumahku dan kemudian hilang. Akupun pergi menghadap Syaikh Abdul Qadir dan menceritakan hal tersebut. Beliau berkata kepadaku, “Pergilah ke pegunungan Al-Karh. Duduklah di puncak ke lima dan buatlah tanda lingkaran di sekitarmu sambil berkata, ‘BismiLlaahiRrahmaanirRahiim,
atas niat Syaikh Abdul Qadir. Nanti ketika hari mulai gelap akan banyak
jin yang melewatimu. Mereka tidak akan dapat menyakitimu. Pada waktu
sahur, raja raja mereka akan lewat beserta bala tentaranya dan mereka
akan menanyakan maksud kedatanganmu. Saat itulah ceritakan kepada mereka perihal anakmu’. Akupun melaksanakan perintah tersebut. Ketika hari muali gelap, geromblan jin dengan bentuk yang sangat menakutkan namun mereka tidak dapat menyakitiku atau menggangguku. Gerombolan demi
gerombolan terus berlalu hingga waktu sahur datanglah raja mereka dengan mengendarai seekor kuda dan berdiri di luar lingkaran menghadap ke arahku. Dia berkata, ‘hai manusia apa keperluanmu’. “Syaikh Abdul Qadir mengutusku kepadamu”. Jawabku. Begitu mendengar nama Syaikh Abdul Qadir
maka raja jin tersebut turun dari kudanya mencium tanah dan duduk,
begitu pula dengan para jin lain yang menyertainya. Kemudian ia berkata,
‘apa yang terjadi pada dirimu ?’. akupun menceritakan kepada mereka aka kisah puteriku yang hilang. Setelah mendengar penuturanku, dia berkata kepada para jin, ‘Siapa yang melakukan ini’. Tidak ada satu jinpun yang mengakuinya. Lalu datanglah seorang jin bersama anakku. Sang raja berkata, ‘ini adalah pembangkang dari negeri cina’. ‘apa yang mendorongmu berani melakukan hal ini di bawah atap sang qutb ?’.
tanyanya kepada jin tersebut. Jin tersebut berkata, ‘perempuan tersebut menarik hatiku dan aku mencintainya’. Sang raja kemudian memerintahkan jin tersebut untuk dipenggal kepalanya dan menyerahkan anakku kembali.
Aku berkata kepadanya, ‘Aku belumpernah melihat jin dengan derajad tinggi sepertimu memenuhi perintah Syaikh Abdul Qadir’. Dia berkata, ‘Benar, dari rumahnya beliau memandang kepada jin pembangkang yang pada
waktu itu berada di dasar bumi.kewibawaannya membuat para pembangkang tersebut kembali ke tempat mereka. Sesungguhnya jika Allah mengangkat seorang Qutb maka Dia akan menjadikannya sebagai Qutb diantara jin dan
manusia’.
a'uudzu billaahhi minasy syaithoonir rojiim alaa inna auliya alloohhi
laa khoufun 'alaihim walaa hum yahzanuun bismillaahhir rohmaanir rohiim alhamdulillaahhi robbil 'aalamiin wal 'aaqibatu lilmuttaqiin wa laa'udwaana illa 'alaazh zhoolimiin washsholaatu wassalaamu 'alaa sayyidinaa muhammadiw wa 'alaa aalihhii wa shohbihhi ajma'iin ammaa ba'du Dengan asma Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puja-puji bagi Alloh pembina semesta alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada junjungan alam, nabi kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya, serta auliya Alloh, dan para pengikut beliau dari dahulu sampai sekarang dan pada masa yang akan datang. Maka ini sekelumit Manaqib Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Jailani qsn, memetik dari kitab Tafrikhul Khothir fii Manaqibis Syaikh Abdul Qodir dan dari kitab 'Uquudul Laili fii Manaqibil Jaili. Semoga dengan diperingati dan
dibacakan manaqib ini, yakni riwayat serta sejarah perjuangan Syekh
Abdul Qodir Jailani, senantiasa Alloh SWT melimpahkan kurnia kepada kita
sekalian, terutama kepada shohibul hajat keselamatan dan keberkahannya.
1. MANQOBAH PERTAMA: MENERANGKAN TENTANG NASAB KETURUNAN SYEKH ABDUL
QODIR JAELANI
QODIR JAELANI
NASAB DARI AYAH Sayyid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani ayahnya bernama : Abu Sholeh Janki Dausat, putra Abdullah, putra Yahya az-Zahid, putra Muhammad, putra Daud, putra Musa at-Tsani, putra Musa al-Jun, putra Abdulloh al-Mahdi, putra Hasan al-Mutsanna, cucu Nabi Muhammad saw. putra Sayyidina 'Ali Karromallohu Wajhahu.
NASAB DARI IBU Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh asSumi'i, putra Abi
Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir, putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim, putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra
Imam Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi
Tholib Karromallohu wajhah. Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani
adalah Hasani dan sekaligus Husaini.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw
waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
2. MANQOBAH KEDUA: BEBERAPA MACAM TANDA KEMULIAAN PADA WAKTU SYAIKH ABDUL QODIR DILAHIRKAN
Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir
tahun 561 Hijriyah bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun.
Beliau dikebumikan di Bagdad, Irak.
PADA MALAM BELIAU DI LAHIRKAN ADA LIMA KAROMAH (KEMULIAAN):
1. Ayah Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu Abi Sholih Musa Janki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh SAW.,
diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin, serta para wali. Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janki: "Wahai, Abi Sholih kamu akan diberi putra oleh Alloh. Putramu bakal mendapat pangkat kedudukan yang tinggi di atas pangkat kewalian sebagaimana kedudukanku diatas pangkat
kenabian. Dan anakmu ini termasuk anakku juga, kesayanganku dan
kesayangan Alloh.
2. Setelah kunjungan Rosululloh SAW, para Nabi datang menghibur ayah Syekh Abdul Qodir :
"Nanti kamu akan mempunyai putra, dan akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali selain Imam Makshum, semuanya di bawah pimpinan putramu".
3. Syekh Abdul Qodir sejak dilahirkan menolak untuk menyusu, baru menyusu setelah berbuka puasa.
4. Di belakang pundak Syekh Abdul Qodir tampak telapak kaki Rosululloh SAW,
dikala pundaknya dijadikan tangga untuk diinjak waktu Rosululloh akan
menunggang buroq pada malam Mi'raj.
5. Pada malam dilahirkan, Syekh Abdul Qodir diliputi cahaya sehingga tidak seorangpun yang mampu
melihatnya. Sedang usia ibunya waktu melahirkan ia berusia 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw
waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw
waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
3. MANQOBAH KETIGA : KECERDASAN SYEKH ABDUL QODIR DALAM WAKTU MENUNTUT
ILMU Syekh Abdul Qodir dalam menuntut ilmu berusaha mencari guru-guru yang sudah pakar dalam ilmunya. Beliau mempelajari serta memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu diantaranya disiplin ilmu syari'ah. Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasan Syekh Abdul Qodir. Beliau
belajar ilmu Fiqih dari Abil Wafa 'Ali bin 'Aqil. Dari Abi 'Ali Khotob
alKaludiani dan Abi Husein Muhammad bin Qodhi. Ditimbanya ilmu Adab dari Abi Zakaria At-Tibrizi. Ilmu Thoriqoh dipelajarinya dari Syekh Abi Khoer Hamad bin Muslim bin Darowatid Dibbas. Sementara itu, beliau terus menerus meraih pangkat yang sempurna, berkat rahmat Alloh Yang Maha Esa sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi. Dengan semangat juang yang
tinggi, disertai kebulatan tekad yang kuat beliau berusaha mengekang
serta mengendalikan hawa nafsu keinginannya. Beliau berkhalwat di Iraq dua puluh tahun lamanya, dan tidak berjumpa dengan siapapun.
اللهم
انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur
'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
4. MANQOBAH KEEMPAT : KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI SYEKH ABDUL QODIR
Akhlaq, pribadi Syekh Abduk Qodir Jaelani sangat taqwa disebabkan sangat takutnya kepada Alloh, hatinya luluh, air matanya bercucuran. Do'a permohonannya diterima Alloh. Beliau seorang dermawan berjiwa sosial, jauh dari perilaku buruk dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan
kokoh dalam mempertahankan haq, selalu gigih dan tegar dalam menghadapi kemungkaran. Beliau pantang sekali menolak orang yang meminta-minta, walau yang diminta pakaian yang sedang beliau pakai. Sifat dan watak beliau tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi pertolongan kalau bukan karena Alloh. Beliau diwarisi akhlaq Nabi Muhammad SAW.,
ketampanan wajahnya setampan Nabi Yusuf a.s. Benarnya (shiddiqnya) dalam segala hal sama dengan benarnya Sayidina Abu Bakar r.a. Adilnya, sama dengan keadilan Sayidina Umar bin Khottob r.a. Hilimnya dan kesabarannya
adalah hilimya Sayidina Utsman bin Affan r.a. Kegagahan dan
keberaniannya, berwatak keberanian Sayidina Ali bin Abi Tholib
Karromallohu wajhah.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى
كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana
bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana
bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
5. MANQOBAH KELIMA : PAKAIAN SYEKH ABDUL QODIR DAN UJIAN YANG BELIAU
TERIMA Pakaian Syekh Abdul Qodir yaitu jubah dari bulu domba yang kasar, dikepala beliau dililitkan sebuah kain. Di kala beliau berjalan walaupun jalan yang dilaluinya banyak durinya, beliau jarang beralas kaki, tidak memakai terompah apalagi sepatu. Makanannya cukup hanya makan buah-buahan dan dedaunan. Dan kebiasaan beliau, tidak tidur dan tidak minum air kecuali hanya sedikit saja, dan pernah dalam waktu yang lama,
beliau tidak makan, kemudian beliau berjumpa dengan seseorang yang
memberikan sebuah pundi-pundi berisikan sejumlah uang dirham. Sebagai pemberian hormat kepada pemberinya, beliau mengambil sebagian uang tadi untuk membeli roti dan bubur, kemudian duduklah beliau untuk memakannya.
Tiba-tiba ada sepucuk surat yang tertulis demikian :
انما جعلت الشهوات
لضعفاء عبادي ليستعينوا بها على الطاعة واما الاقوياء فما لهم الشهوات
INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU
لضعفاء عبادي ليستعينوا بها على الطاعة واما الاقوياء فما لهم الشهوات
INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU
(Sesungguhnya syahwat-syahwat itu adalah untuk hamba-hambaKU yang lemah, untuk menunjang berbuat tho'at. Adapun orang-orang yang kuat itu seharusnya tidak punya syahwat keinginan). Maka setelah membaca surat tersebut beliau tidak jadi makan. Kemudian beliau mengambial saputangannya, terus meninggalkan makan roti dan bubur tadi. Lalu beliau menghadap qiblat serta sholat dua roka'at. Setelah sholat, beliau mengerti bahwa dirinya masih diberi pertolongan oleh Alloh SWT. Dan hal itu merupakan ujian bagi beliau.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا
باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
6. MANQOBAH KEENAM : SYEKH ABDUL QODIR BERSAMA NABI KHIDHIR DI IRAQ
Pada waktu Syekh Abdul Qodir memasuki negara Iraq, beliau ditemani oleh Nabi Khidhir a.s., pada waktu itu Syekh belum kenal, bahwa itu Nabi Khidhir a.s., Syekh dijanjikan oleh Nabi Khidhir, tidak diperbolehkan mengingkari janji. Sebab kalau ingkar janji, bisa berpisah. Kemudian Nabi Khidhir a.s. berkata : "Duduklah engkau disini ! Maka duduklah Syekh pada tempat yang yang ditunjukkan oleh Nabi Khidhir a.s. selama 3 tahun. Setiap tahunnya Syekh dikunjungi oleh Nabi Khidhir a.s. sambil berkata : "Janganlah kamu meninggalkan tempat ini sebelum aku datang
kepadamu !".
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت
ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi
asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi
asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
7. MANQOBAH KETUJUH : KEBIASAAN SYEKH ABDUL QODIR SETIAP MALAM DIGUNAKAN UNTUK IBADAH SHOLAT DAN DZIKIR
Syekh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan bahwa :"Saya berkhidmat menjadi mitra dan mendampingi Syekh Abdul Qodir selama empat puluh tahun lamanya. Selama itu saya (Syekh Abu Abdillah) menyaksikan beliau bila sholat Shubuh hanya dicukupkan dengan
wudhu 'Isya, artinya beliau tidak bathal wudhu. Seusai sholat lalu Syekh masuk kamar menyendiri sampai waktu sholat Shubuh. Para pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan beliau terpaksa mereka harus menunggu sampai waktu Shubuh. Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap matapun saya tidak tidur, saya menyaksikan sejak sore hari beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya dilanjutkan
dengan zikir, lewat sepertiga malam lalu beliau membaca : ALMUHIITHUR
ROBBUSY SYAHIIDUL HASIIBUL FA'AALUL KHOLLAAQUL KHOOLIQUL BAARI`UL MUSHOWWIR. Tampak badannya bertambah kecil sampai mengecil lagi, lalu badannya berubah menjadi besar dan bertambah besar, lalu naik tinggi ke atas meninggi bertambah tinggi lagi, sampai tidak tampak dari pemandangan. Sejurus kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan pada waktu sujud sangat lama sekali. Demikianlah beliau mendirikan sholat semalam suntuk, dari dua pertiga malam harinya, lalu beliau menghadap qiblat sambil membaca do'a. Tiba-tiba terpancarlah
sinar cahaya menyoroti arah beliau dan badannya diliputi sinar cahaya
dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت
ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi
asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi
asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
8. MANQOBAH KEDELAPAN : BERLAKU BENAR DAN JUJUR ADALAH PANDANGAN HIDUP SYEKH ABDUL QODIR
Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir ditanya oleh seorang
ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan hidup ber'amal?". Beliau
menjawab: "Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta." Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata
kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai
penggembala unta." Peristiwa itu mengejutkan Syekh, dan beliau kembali pulang. Sekembali di rumahnya, beliau naik ke atap rumahnya, dan dengan mata bathinnya beliau melihat suatu majelis yang amat besar di Arafah.
Setelah itu Syekh datang menemui ibunya dan berkata : "Wahai Ibunda
tercinta, tadi sewaktu saya menggembala unta, si unta berkata padaku dengan bahasa manusia yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta', karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin
mesantren ke negeri Baghdad." Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu Baghdadlah pusat pengetahuan agama Islam. Ketika Ibunya mendengar permohonan puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua
dan suaminya, yakni Ayahanda Syekh Abdul Qodir sudah lama meninggal
dunia; timbul pertanyaan di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu
lagi dengan puteraku tercinta? Akan tetapi karena Sang Ibu adalah
seorang wanita yang bersih hati, maka ia tidak menghalangi niat mulia
Sang Putra. Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai anakku, bila memang
tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke Baghdad, ini Ibu
sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu, persis
dibawah ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu.
Namun sebelum berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar
jangan pernah kau berdusta dalam segala keadaan." Syekh Abdul Qodirpun
mempersembahkan janjinya pada Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu
berkata benar dalam segala keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah
ibu dan anak tersebut dengan hati yang amat berat. Setelah beberapa hari
kafilah berangkat, dan Syekh Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan
dengan selamat, maka tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad,
di suatu tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok.
Enam puluh orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan.
Semua perampok tadi tidak ada yang memperdulikan, menganiaya atau
bersikap bengis kepada Syekh Abdul Qodir, karena beliau nampak begitu
sederhana dan miskin. Mereka berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya
apa-apa. Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya "Hei anak
muda, apa yang kau punyai?" Kemudian Syekh menjawab :" Saya punya uang
40 dinar". "Tampang gembel gini ngaku kaya, huh,dasar!", hardik si
penyamun sambil ngeloyor pergi. Lalu si penyamun menghadap kepala rampok
sambil mengadu :" Wahai ketua , tadi ada pemuda miskin, ia mengaku
mempunyai 40 dinar, namun tidak ada satupun yang percaya." "Dasar bodoh,
bukannya kalian buktikan, malah dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!",
bentak si kepala rampok pada anak buahnya. Lalu Syekh di hadapkan kepada
pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua rampok : "Hai anak muda, apa yang
kau punyai?". Syekh Abdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang dari tadi,
bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak
bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh membuka
bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus
menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi. Melihat uang sebanyak itu, sang
kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak,
lalu bertanya pada Syekh : "Anak muda, orang lain jangankan punya uang
sebanyak ini, punya satu senpun kalau belum dipukul belum mau
menyerahkan, kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu
jujur kalau ditanya?". Syekh menjawab dengan tenang: " Aku telah
berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun.
Jika aku berbohong maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama."
Mendengar jawaban itu, sang kepala penyamun tadi bercucuranlah air
matanya, dan jatuh terduduk di kaki Syekh Abdul Qodir sambil berkata :
"Dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji pada ibumu,
betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan, sekarang
saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat dari pekerjaan hina ini."
Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya mengembalikan semua
barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan dilanjutkan
sampai ke Baghdad. Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah
pemimpinnya. Kembalilah mereka kedalam masyarakat biasa mencari nafkah
dengan halal dan jujur. Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi
murid pertamanya. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل
وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi
asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
9. MANQOBAH KESEMBILAN: SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA
MEMBERIKAN CERAMAH PENGAJIAN DI HADAPAN PARA ULAMA BAGHDAD Dalam kitab
Bahjatul Asror diterangkan bahwa pada hari selasa tanggal enam bulan
Syawal tahun 521 Hijriyah menjelang waktu dzuhur, saya melihat
kedatangan Rosululloh SAW, kata Syekh Abdul Qodir, lalu beliau bersabda
kepadaku : "Wahai anakku, mengapa kamu tidak segera memberikan pengajian
pada jama'ah pengajian itu?". Lalu Syekh Abdul Qodir mengemukakan
alasannya : "Ya Rosulalloh, bagaimana saya bisa memberikan pengajian,
sebagaimana diketahui bahwa saya ini orang ajam, sedangkan mereka para
Alim Ulama Baghdad yang akan kuhadapi, mereka sangat fasih berbahasa
Arab". "Coba buka mulutmu!", sabda Rosululloh SAW. yang ditujukan
kepadaku. Lalu saat itu pula saya membuka mulut, kemudian diludahinya
mulutku tujuh kali oleh Rosululloh SAW. Sabda beliau : "Mulai sekarang,
silakan kamu mengajar, ajaklah mereka menuju Tuhanmu dengan jalan hikmat
dan kebijaksanaan, berikan nasihat dengan tuntunan dan tutur kata yang
baik." Setelah itu beliau menghilang dari pandanganku. Setelah kejadian
itu lalu aku melaksanakan sholat Dzuhur. Tidak berapa lama kemudian saya
melihat orang-orang berdatangan dari beberapa arah, mereka
berbondong-bondong menuju madrosahku. Menghadapi kejadian ini saya
menjadi gugup, badan terasa menggigil, dagu menggeletar, gigi gemeretak,
hatiku berdebar-debar. Dan anehnya lagi mulutku terasa terkunci dan
tidak bisa berbicara. Menghadapi kebingungan ini tiba-tiba terlihat
Sayyidina Ali langsung berdiri di hadapanku sambil bertanya: "Mengapa
kamu tidak segera memulai pengajian?". Dengan penuh khidmat saya
menjawab: "Saya menjadi kaku dan gugup, tidak bisa berbicara menghadapi
orang banyak". Lalu beliau menyuruh padaku untuk membuka mulut. Setelah
mulutku dibuka agak ternganga, lalu diludahinya enam kali. Saya bertanya
kepada beliau: "Mengapa tidak tujuh kali ?". Beliau memjawab: " Karena
menghormati kepada yang lebih tinggi kedudukannya, yakni Rosululloh
SAW". Setelah itu beliau menghilang lagi dari pandanganku. Sejurus
kemudian badanku menjadi tidak kaku dan hatiku terasa lapang, tidak ada
sesuatu apapun yang mengganjal, lalu saat itu pula pengajian dibuka dan
dimulai dengan lancarnya. Pada pengajian pertama itu saya mulai
memberikan nasihat dengan pendahuluan pembahasan sebagai berikut:
ghowwasul fikri yaghusu fi bahril qolbi 'ala duroril ma'arifi
faastakhrijuhaa ilas sahilis shodri fayunaadi 'alaiha simsarut
turjumanil lisani watasytari binafaisi husnit tho'ati fi buyutin
adzinallohu anturfa'a. "Pola pikirku diibaratkan para penyelam, menyelam
ke dasar lautan hati, untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah kuperoleh
lalu aku muncul kepermukakaan tepi pantai lautan dada, lalu para pialang
melalui para penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli
dengan nilai ketaatan, ketaqwaan yang baik. Firman Alloh dalam
Al-Qur'an: Pelita itu dalam rumah-rumah (mesjid) yang sudah diijinkan
Alloh menghormatinya dan menyebut namaNYA dalam rumah itu serta
bertasbih didalamnya pagi dan petang." (Q.S. An-Nur :36). اللهم انشر
عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur
'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti
wamakaan.
10. MANQOBAH KESEPULUH : PARA ULAMA BAGHDAD BERKUMPUL DI MADROSAH SYEKH
ABDUL QODIR DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA Syekh Abu Muhammad
Al-Mufarroj meriwayatkan , pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh
Abdul Qodir, seratus orang ulama Baghdad telah berkumpul masing-masing
membawa berbagai masalah untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan
kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana kilat keluar dari
dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para ulama tadi,
spontan mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik turun,
lalu mereka berteriak dengan teriakan yang sama, baju yang mereka pakai
mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang mereka pakai,
mereka lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di
pegangnya kaki beliau, lalu masing-masing bergiliran meletakkan kaki
Syekh di atas kepala mereka. Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan
hiruk pikuk. Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim ulama itu seorang
demi seorang, dan masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu
dijawabnya dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi
tercengang serta kagum atas kepintaran dan kehebatan Syekh dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan mereka tanyakan.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi
fii kulli waqti wamakaan.
11. MANQOBAH KESEBELAS : TELAPAK KAKI NABI MUHAMMAD SAW. MEMIJAK PUNDAK
SYEKH ABDUL QODIR PADA MALAM MI'RAJ Syekh Rosyidin Al-Junaidi
meriwayatkan, pada malam Mi'raj, malaikat datang menghadap Rosululloh
SAW. sambil membawa buroq. Tampak sekali kaki buroq itu bercahaya
laksana bulan, dan paku kasut telapak kakinya bersinar seperti sinar
bintang. Dikala buroq itu dihadapkan kepada Rosululloh SAW., ia tidak
bisa diam dan kakinya bergoyang-goyang seperti sedang menari. Rosululloh
SAW. bertanya " Mengapa kamu tidak diam? Apakah kamu menolak untuk
kutunggangi?". Buroq berunjuk sembah: "Tidak, demi nyawa yang menjadi
penebusnya, saya tidak menolak, namun ada suatu permohonan, nanti pada
waktu Rosululloh SAW. akan masuk surga, jangan menunggangi yang lain
selain saya sendiri yang menjadi tunggangannya." Rosululloh SAW.
menjawab: "baik, permintaanmu akan kukabulkan ". Buroq masih mengajukan
permohonannya: "Ya Rosulalloh, saya mohon agar tangan yang mulia
memegang pundakku untuk tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu
dipegangnya pundak buroq itu oleh Rosululloh SAW. Karena gejolak rasa
gembira sehingga jasad buroq itu tidak cukup untuk menampung ruhnya,
sehingga naiklah badannya membumbung tinggi keatas setinggi empat puluh
hasta tinggi badannya. Rosululloh berdiri sebentar melihat badan buroq
itu menjadi naik keatas sehingga terpaksa Rosululloh SAW. mencari dan
memerlukan tangga. Sementara itu, sekonyong-konyong datanglah ruh
Ghoutsul A'dhom Syekh Abdul Qodir Jailani mengulurkan pundaknya sambil
berkata: "Silahkan pundakku diinjak untuk dijadikan tangga". Lalu
Rosululloh memijakkan kaki beliau pada pundak Syekh, dan ruh itu
mengantarkan telapak kaki Rosululloh SAW. untuk menunggangi buroq. Di
saat itu Rosululloh SAW. bersabda: "Telapak kakiku menginjak pundakmu,
dan telapak kakimu nanti akan menginjak pundaknya para waliyulloh.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi
fii kulli waqti wamakaan.
12. MANQOBAH KEDUA BELAS: PARA WALI MENYAKSIKAN PERINGKAT KETINGGIAN
SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan dalam kitab Roudhotun Nadhirin fii
Manaqibi As-Syaikh Abdul Qodir, pada masa periode keenam dari zaman Abi
Ali Al-Hassan As-Sirri, sampai pada masa kelahiran Syekh Abdul Qodir,
tidak ada seorang 'alim ulama, kecuali pada umumnya mereka membicarakan
tentang keagungan pangkat kewalian Syekh dan akan menginjak pundak para
waliyulloh. Para 'alim ulama itu menerima isi dari pengumuman tersebut,
kecuali seorang wali dari kota Asfahan ia menolak isi dari pengumuman
itu. Dengan adanya penolakan tentang kewalian Syekh, pada saat itu juga
gugurlah ia dari pangkat kewaliannya. Hampir tigaratus tahun lagi Syekh
Abdul Qodir akan lahir, kedudukan pangkat kewaliannya sudah masyhur
dikenal masyarakat. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل
وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi
asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
13. MANQOBAH KETIGA BELAS: KERUSAKAN ORANG-ORANG YANG MENYEBUT SYEKH
ABDUL QODIR TANPA BERWUDHU Dalam kitab Kanzil Ma'ani diriwayatkan bahwa
Syekh Abdul Qodir pada waktu pertama kali beliau menerima pangkat
kewaliannya, beliau diliputi dengan sifat Jalaliyah Alloh, yakni sifat
Keperkasaan-Kesaktian. Oleh karena itu namanya menjadi sangat sakti.
Kesaktiannya telah terbukti bagi orang yang menyebut nama Syekh Abdul
Qodir dengan bersikap secara tidak sopan, menyebut nama beliau dengan
tidak punya wudhu, akan putus lehernya. Pada waktu berjumpa dengan
Rosululloh SAW., Rosul berpesan: "Wahai Abdul Qodir, sikap perilakumu
itu jangan kau lakukan lagi, banyak yang menyebut nama Alloh dan namaku,
mereka tidak bersifat sopan". Setelah menerima amanat beliau, saat itu
juga sikap perbuatan itu beliau tinggalkan. Banyak ulama Baghdad yang
menghadap Syekh Abdul Qodir, mereka mengharapkan agar beliau melepaskan
sikap perbuatan itu, mengingat banyak yang menjadi korban, dan merasa
iba terhadap mereka. Syekh Abdul Qodir berkata :"Sesungguhnya hal ini
bukanlah keinginan saya, saya menerima sabda dari Alloh yang isinya:
"Kamu sudah mengagungkan nama-Ku, namamu juga ku agungkan". Para alim
ulama mengemukakan yang menjadi sebab nama Syekh Abdul Qodir itu sangat
sakti karena beliau selalu membaca Saefi Hizbul Yaman karangan Sayyidina
Ali Karromallohu Wajhah. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى
كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana
bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
14. MANQOBH KEEMPAT BELAS : ORANG YANG MEMBACA HADIAH (BERTAWASUL)
KEPADA SYEKH ABDUL QODIR AKAN DI HASILKAN MAKSUDNYA Diriwayatkan oleh
guru-guru yang telah mendapat kehormatan, barang siapa yang menyebut
nama Syekh Abdul Qodir dengan tidak berwudhu, Alloh akan menyempitkan
rezeqinya. Dan barang siapa yang bernazar akan membaca hadiah bagi Syekh
Abdul Qodir, harus segera dilaksanakan agar kelak jangan disebut orang
yang menantang dan dikhawatirkan akan menerima kutukan. Barangsiapa yang
bersedekah makanan yang manis-manis pada malam Jum'at lalu dibagikan
pada faqir miskin dan sebelumnya membaca hadiah bertawasul dengan
membaca fatihah kepada Syekh Abdul Qodir lalu dimohonkan karomah dan
syafa'atnya, Insya Alloh akan dihasilkan segala maksudnya dan akan
mendapat pertolongan dari Alloh. Barangsiapa yang membaca fatihah
berhadiah kepada Syekh Abdul Qodir, bagi orang tersebut akan diberi
kelapangan, dan akan dikeluarkan dari segala kesulitan dunia dan
akhirat. Barangsiapa yang menyebut nama Syekh Abdul Qodir dengan
mempunyai wudhu dengan keikhlashan serta mengagungkan dan menghormati
kepada beliau, Alloh akan melimpahkan kegembiraan pada hari itu baginya
serta akan dilebur dosanya. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا
باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana
waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
15. MANQOBAH KELIMA BELAS: NAMA SYEKH ABDUL QODIR SEPERTI ISMUL A'DZHOM
Di dalam kitab Haqoiqul-Haqoiq diriwayatkan, ada seorang perempuan
datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya: "Saya hanya
mempunyai seorang anak, kini ia hilang tenggelam kedasar laut, saya
percaya dengan penuh keyakinan bahwa Syekh bisa mengembalikan lagi anak
saya dan menghidupkan kembali, hidup seperti sedia kala, untuk hal ini
saya mohon pertolongannya". Mendengar keluhan dan permohonan perempuan
itu, Syekh berkata: "Sekarang juga pulanglah dan anakmu sekarang sudah
berada di rumahmu". Perempuan itu pulang dengan tergesa-gesa, setibanya
di rumah, anaknya itu tidak ada. Sementara itu segera ia menghadap lagi
kepada Syekh sambil menangis melapor bahwa anaknya itu tidak ada di
rumahnya. Syekh berkata: "Sekarang anakmu sudah berada di rumahmu,
sebaiknya kamu segera pulang". Perasaan rindu pada anaknya
menggebu-gebu, namun setibanya di rumah, anaknya belum juga ada. Dengan
penuh keyakinan ia tidak merasa putus asa datang lagi menghadap Syekh
sambil menangis menjerit-jerit, mohon supaya anaknya itu hidup lagi.
Sejenak kemudian Syekh menundukkan kepalanya dan tegak kembali sambil
berkata: "Sekarang tidak salah lagi, pasti anakmu saat ini juga sudah
berada di rumah". Dengan penuh harap ia pulang menuju rumahnya, dan
setibanya di rumah ternyata anaknya dengan selamat hidup kembali berkat
karomah Syekh Abdul Qodir. Menghadapi peristiwa ini, Syekh Abdul Qodir
bermunajat mengadukan halnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sambil
menumpahkan isi hatinya: "Sungguh saya merasa malu, Ya Alloh, oleh
seorang perempuan sampai tiga kali ia mengadukan hal anaknya. Apa latar
belakangnya, dan apa pula hikmah dari segala rahasia keterlambatan ini
?". Alloh menjawab: "Semua ucapan dan janjimu kepada perempuan itu,
kesemuanya itu benar tidak salah. Dan untuk diketahui pada waktu pertama
kamu mengatakan pada perempuan itu bahwa anaknya sumah berada di rumah,
waktu itu malaikat baru mengumpulkan tulang belulangnya yang berserakan,
dan untuk perkataan dan janjimu yang keduakalinya, juga tidak salah,
karena waktu itu seluruh anggota tubuhnya baru utuh kembali dan
dihidupkan, dan ketigakalinya pada waktu perempuan itu tiba di rumahnya,
si anak itu baru diangkat dari dasar laut dan dikembalikan kerumahnya."
Kemudian Syekh mengadu lagi pada Tuhan : "Ya Alloh, Engkau menciptakan
makhluk penghuni dunia yang berlimpah ruah banyaknya dan beraneka ragam
jenisnya, hal itu sangat mudah bagi-Mu, hanya sekilas lintas dan sepatah
kata saja sudah terwujud, demikian pula halnya pada waktu mengumpulkan
makhluk-Mu di Padang Mahsyar hanya dalam tempo yang singkat sudah
berkumpul, dibandingkan dengan hanya seorang anak yang saya mohonkan
sampai ia terlambat dan cukup makan waktu yang lama, apa pula hikmahnya
Ya Alloh?". Ketika itu Alloh bersabda: "Wahai Abdul Qodir, kamu jangan
merasa sakit hati, sekarang kamu silakan minta pasti Kuberi". Dengan
spontan Syekh merebahkan kepalanya bersujud syukur sambil berkata:
"Engkau Kholiq pencipta semua makhluq, dan saya makhluk yang diciptakan
oleh-Mu, semuanya juga pemberian-Mu, rasa syukur yang tiada terhingga
saya ucapkan atas segala anugerah-Mu yang kuterima". Lalu Alloh memberi
hadiah kehormatan kepada Syekh dan bersabda: "Barang siapa melihatmu
pada hari Jum'at, ia akan Ku-jadikan wali, dan kalau kamu melihat
ketanah tentu akan jadi emas". Syekh berkata lagi: "Ya Alloh, semua
anugerah pemberian-MU itu rasanya kurang bermanfaat bagiku, saya mohon
karunia-Mu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah saya meninggal
dunia". Alloh bersabda: "Namamu dibuat seperti nama-Ku pada imbalan
pahalanya. Aarang siapa Barang menyebut namamu, pahalanya sama dengan
orang yang menyebut nama-KU". اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana
waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan.
16. MANQOBAH KEENAMBELAS: SYEKH ABDUL QODIR MENGHIDUPKAN ORANG YANG
SUDAH MATI DALAM KUBUR Dalam kitab Asrorut Tholibin diriwayatkan Syekh
Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, beliau bertemu dengan
seorang umat Islam sedang hangat bersilat lidah, berdebat dengan seorang
umat Nasrani. Setelah beliau mengadakan penelitian dan pemeriksaan yang
seksama apa yang menjadi sebab sehingga terjadi perdebatan yang sengit
itu, kata seorang Muslim: "Sebenarnya kami sedang membanggakan Nabi kami
masing-masing, siapa di antara Nabi kami yang paling baik, dan saya
berkata padanya Nabi Muhammad-lah Nabi yang paling utama". Kata orang
Nasrani: "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna". Syekh bertanya kepada
orang Nasrani: "Apa yang menjadi dasar dan apa pula dalilnya kamu
mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna dari Nabi lainnya". Lalu
orang Nasrani itu menjawab: "Nabi Isa mempunyai keistimewaan, beliu
menghidupkan kembali orang yang sudah mati". Syekh melanjutkan lagi
pertanyaannya: "Apakah kamu tahu aku ini bukan Nabi, aku hanya sekedar
pengikut dan penganut agama Nabi Muhammad SAW?". Kata orang Nasrani: "Ya
benar, saya tahu". Lebih jauh Syekh berkata lagi: "Kalau kiranya aku
bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, apakah kamu bersedia
untuk percaya dan beriman kepada agama Nabi Muhammad SAW ?". "Baik, saya
mau beriman kepada agama Islam", jawab orang Nasrani itu. "Kalau begitu,
mari kita mencari kuburan". Setelah mereka menemukan sebuah kuburan dan
kebetulan kuburan itu sudah tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu
Syekh mengulangi lagi pertanyaannya: "Nabi Isa kalau akan menghidupkan
orang yang sudah mati bagaimana caranya ?". Orang Nasrani menjawab:
"Beliau cukup mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangun kamu dengan Izin
Alloh)". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik !", kata
Syekh, lalu beliau menghadap pada kuburan tadi sambil mengucapkan: "QUM
BIIDZNII (Bangun kamu dengan izinku)". Mendengar ucapan itu orang
Nasrani tercengang keheranan, belum habis herannya, kuburan terbelah
dua, keluar mayat dari dalamnya. Mayat itu keluar sambil bernyanyi.
Konon pada waktu hidupnya mayat itu seorang penyanyi. Menyaksikan
peristiwa aneh tersebut, ketika itu juga, orang Nasrani berubah
keyakinannya dan beriman masuk agama Islam. اللهم انشر عليه رحمة
ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohummansyur 'alaihi rohmataw
waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
17. MANQOBAH KE TUJUH BELAS : SYEKH ABDUL QODIR MEREBUT RUH DARI MALAKUL
MAUT Abu Abas Ahmad Rifa'i meriwayatkan , ada seorang pelayan Syekh
Abdul Qodir meninggal dunia, kemudian isterinya datang menghadap beliau
mengadukan halnya sambil menangis. Maka terbitlah belas kasihan dalam
hati beliau karena ratap tangis itu. Lalu pada sore harinya terbanglah
beliau ke angkasa mengejar malaikat maut yang sedang kelangit membawa
keranjang maknawi penuh berisi ruh-ruh manusia dan baru selesai tugasnya
mencabut nyawa orang pada hari itu. Kemudian beliau meminta kepada
malaikat maut supaya menyerahkan kepada beliau nyawa muridnya atau
mengembalikan nyawa tersebut pada badannya semula. Permintaan itu
ditolak oleh malaikat maut. Karena penolakan itu, beliau merebut dan
menarik keranjang maknawi, maka tumpahlah semua nyawa yang ada dalam
keranjang, nyawa-nyawa itu pun kembali ke jasadnya masing-masing.
Menghadapi peristiwa ini malaikat dengan segera mengadukan halnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa : "Ya Alloh, Engkau mengetahui tentang kekasih-Mu
dan wali-Mu Abdul Qodir. Alloh bersabda : "Memang benar, Abdul Qodir itu
kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya tidak kamu berikan, akibatnya
seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu menyesal karena kamu tidak
memberikannya. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت
ومكان allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana waamiddana bi asrorihi
fii kulli waqti wamakaan.
18. MANQOBAH KE DELAPAN BELAS: BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BAYI
PEREMPUAN MENJADI BAYI LAKI-LAKI Syekh Hawad Al-Qodiri meriwayatkan, ada
seorang laki-laki datang menghadap Syekh Abdul Qodir dengan permohonan
ingin memperoleh anak laki-laki karena Syekh tempat berlindungnya orang
banyak, dan do'anya selalu di terima Alloh SWT. Kata Syekh :
"Permohonanmu itu wajar-wajar saja, nanti juga kamu akan memperoleh anak
laki-laki". Mendengar pernyataan yang menggembirakan itu setiap hari ia
selalu hadir di madrosah majelis ta'lim Syekh Abdul Qodir. Beberapa hari
kemudian isterinya melahirkan anak bayi perempuan, lalu dengan segera ia
membawa bayi itu menghadap Syekh, sambil menyerahkan bayinya ia berkata
diiringi keluhan: "Dari dahulu saya selalu mengharap ingin memperoleh
anak lelaki, namun kenyataannya kini bayi perempuan, bukan bayi
laki-laki". Kata Syekh : "Segera balut burit bayimu itu dan bawa pulang,
nanti juga kamu akan memperoleh bayi laki-laki". Kemudian dibalutnya
bayi itu dengan pemburitan lalu diemban dibawa pulang. Setibanya di
rumah lalu dibuka pembebat bayinya, dan dengan diliputi rasa bahagia si
mungil bayi itu menjadi bayi laki-laki berkat karomah Syekh Abdul Qodir
dan seijin Alloh Yang Maha Kuasa. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana
waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan.
19. MANQOBAH KESEMBILAN BELAS : DISELAMATKANNYA ORANG YANG FASIQ KARENA
MENJAWAB SYEKH ABDUL QODIR KEPADA MALAIKAT MUNKAR NAKIR Diceritakan pada
zaman Syekh Abdul Qodir ada orang yang fasiq, tetapi sangat
mahabbahmencintai Syekh Abdul Qodir. Setelah orang itu meninggal,
kemudian di dalam kubur ditanya oleh Malaikat Munkar Nakir. Jawaban
orang tersebut hanyalah Abdul Qodir. Kemudian datanglah sebuah jawaban
dari Alloh: "Wahai Munkar Nakir, orang itu memang betul-betul fasiq, dan
harus disiksa, tetapi karena dia sangat mahabbah mencintai kepada
kekasih-Ku maka diampuni oleh-Ku. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohummansyur 'alaihi rohmataw
waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
20. MANQOBAH KEDUAPULUH : SEEKOR BURUNG PIPIT TERBANG DIATAS KEPALA
SYEKH ABDUL QODIR, LALU JATUH DAN MATI Sebagian dari karomah Syekh Abdul
Qodir sedang berwudhu, tiba-tiba beliau dikotori oleh seekor burung
pipit yang sedang terbang diatas kepala beliau, kemudian Syekh
mengangkat kepala dan dilihatnya burung pipit itu, maka jatuhlah burung
itu dan mati. Kemudian pakaian yang sedang beliau pakai yang dikotori
tadi lalu dicucinya dan disedekahkan sebab kematian seekor burung pipit,
beliau berkata : "Kalau sekiranya kami berdosa karena matinya seekor
burung pipit, maka kain ini sebagai kifaratnya". اللهم انشر عليه
رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohummansyur 'alaihi
rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi fii kulli waqti
wamakaan.
21. MANQOBAH KEDUA PULUH SATU : SYEKH ABDUL QODIR MENGUSAP BURUNG ELANG
YANG TERPUTUS KEPALANYA DAN TERBANG KEMBALI Diriwayatkan sebagian dari
karomah Syekh Abdul Qodir, pada suatu hari Syekh Abdul Qodir sedang
mengadakan pengajian di hadapan murid-muridnya di madrosah yang beliau
pimpin. Waktu itu keadaan cuaca sangat buruk angin berhembus dengan
kencangnya, tiba-tiba muncul seekor burung elang melewati atap madrosah
dengan suara yang keras hingar bingar mengganggu orang yang hadir
dimajelis pengajian, maka beliau berkata : "Wahai angin, potonglah
kepalanya !". Lalu angin bertiup dengan kencangnya memotong kepala
burung elang sehingga terpisah dari badannya dan jatuh dihadapan Syekh.
Kemudian beliau turun dari kursinya mengambil bangkai burung elang itu
dan meletakkannya di atas tangan beliau, diusapnya burung itu dengan
membaca : بسم الله الرحمن الرحيم tiba-tiba burung elang hidup kembali
kemudian terbang lagi dengan ijin Alloh SWT, dan hal ini disaksikan oleh
segenap jama'ah pengajian. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا
باسرره فى كل وقت ومكان allohummansyur 'alaihi rohmatau waridhwana
waamiddana bi asrorihi fii kulli waqti wamakaan.
22. MANQOBAH KE DUA PULUH DUA : SYEKH ABDUL QODIR TIAP TAHUN MEMBEBASKAN
HAMBA SAHAYA DARI PERBUDAKAN, SERTA NILAI BUSANA Pada sebagian kitab
manaqib meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir tiap hari raya sudah
menjadi tradisi beliau membeli beberapa hamba sahaya untu dimerdekakan
dari belenggu perbudakan. Setelah dimerdekakan demi membina kemantapan
lebih lanjut Syekh mewusulkan mereka kepada Alloh SWT. Syekh Abdul Qodir
bila berpakaian, beliau memakai pakaian yang serba indah, bagus dan
mahal harganya. Nilai kainnya harga perkilonya (0, 6888 M) seharga 10
dinar, dan tutup kepalanya seharga 70 ribu dinar. Terompahnya untuk alas
kaki yang beliau pakai bertaburan intan berlian dan jamrud. Paku
terompahnya terbuat dari perak, namun pakaian yang serba mewah dan indah
itu bila ada orang yang memerlukannya saat itu juga beliau berikan.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohummansyur 'alaihi rohmataw waridlwaanaa wa amiddanaa bi asrorihhi
fii kulli waqti wamakaan.
23. MANQOBAH YANG KEDUA PULUH TIGA : SYEKH ABDUL QODIR MENERIMA MAKANAN
YANG TURUN DARI LANGIT Diriwayatkan, pada waktu Syekh Abdul Qodir sedang
berkhalwat selama empat puluh hari lamanya, beliau bermaksud demgan niat
yang kuat, yaitu tidak akan minum dan makan berupa makanan dunia,
terkecuali kalau makanan itu turun dari langit, dan air untuk minum pada
waktu berbuka puasa. Tinggal dua puluh hari lagi menuju hari yang
keempat puluh, terbukalah langit-langit atap rumahnya. Dikala itu datang
seorang laki-laki membawa wadah tempat buah-buahan yang dipegang dengan
kedua belah tangannya yang berisikan aneka ragam buah-buahan yang langka
adanya, rupanya bagus serta mengagumkan mata. Lalu dihidangkan kepada
Syekh, beliau berkata : "Ini makanan dari mana?" Sang pembawa tadi
menjawab :"Ini dari alam malakut dan jamuan ini untuk Syekh". Syekh
menjawab : "Jauhkan wadah itu dari pandanganku, karena emas dan perak
diharamkan oleh Rosululloh SAW". kemudian wadah yang terbuat dari emas
dan perak itu dibawa kembali. Pada waktu akan berbuka puasa datang
berkunjung malaikat sambil berkata : "Wahai Abdul Qodir, ini jamuan dari
Alloh SWT". Disodorkan baki yang penuh diisi makanan, lalu beliau terima
dan beliau makan bersama-sama dengan para pelayannya. اللهم انشر
عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur
'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti
wamakaan.
24. MANQOBAH KEDUA PULUH EMPAT : MASYARAKAT YANG MENDERITA PENYAKIT
THO'UNKOLERA SEMBUH DENGAN RUMPUT DAN AIR MADROSAH SYEKH Para ulama
meriwayatkan, pernah terjadi pada zaman Syekh Abdul Qodir telah
berjangkit wabah penyakit tho'un kolera sehingga ratusan ribu orang
yang meninggal dunia. Berduyun-duyun masyarakat datang minta pertolongan
kepada Syekh, beliau mengumukan kepada masyarakat : "Barang siapa yang
memakan rerumputan yang tumbuh di sekitar madrosahku, Alloh akan
menyembuhkan penyakit yang diderita masyarakat". Karena terlalu banyak
yang sakit dan rerumputan sebagai obat penangkal tidak cukup malah sudah
habis, lalu Syekh mengumumkan lagi : "Barang siapa yang meminum air
madrosahku akan disembuhkan Alloh SWT." Mendengar pengumuman itu, para
penderita penyakit, mereka beramai-ramai minum air yang ada di sekitar
madrosah Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali, sehat
wal'afiat. Penyakit tho'un yang mengganas segera lenyap. اللهم انشر
عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur
'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti
wamakaan.
25. MANQOBAH KEDUA PULUH LIMA : TULANG BELULANG AYAM HIDUP KEMBALI
BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan, ada seorang perempuan
datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengantarkan anaknya untuk berguru
pada Syekh, untuk mempelajari ilmu suluk, Syekh memerintahkan agar si
anak harus belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan
ditempatkan di ruang kholwat. Beberapa hari kemudian si ibu selaku
orangtua murid datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu
menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian
masuk keruang Syekh dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan
daging ayam yang sudah bersih. Ibu itu berkata :"Menurut penglihatan
saya Tuan Syekh makan dengan makanan yang serba enak. Sedang anak saya
badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering,
untuk hal itu apa maknanya sehingga ada perbedaan?". Mendengar
pertanyaan itu lalu Syekh meletakkan tangannya di atas tulang-belulang
ayam sambil bekata : قومي باذن الله تعالى الذي يحي العظام وهي رميم
QUUMII BI IDZNILLAHI TA'ALA ALLADZI YUHYIL 'IDZOMA WA HIYA ROMIIM
(berdirilah dengan idzin Alloh yang menghidupkan tulang belulang yang
sudah hancur). Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali
sambil berkokok : لا اله الا الله محمد رسول الله الشيخ عبد القادر ولي
الله (Tidak ada Tuhan selain Alloh, Muhammad utusan Alloh, Syekh Abdul
Qodir kekasih Alloh). Syekh berkata pula kepada orang tua anak itu :
"Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya
asal yang halal". Ibu itu merasa malu oleh Syekh dan mohon maaf atas
prasangka yang buruk. Dengan keyakinan yang bulat, ibu itu menyerahkan
anaknya kepada Syekh untuk dididik. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw
waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
26. MANQOBAH KEDUAPULUH ENAM: ANJING PENJAGA ISTAL SYEKH ABDUL QODIR
MEMBUNUH SEEKOR HARIMAU Diriwayatkan, bahwa Syekh Ahmad Zandah bila
berkunjung bersilaturrohmi kepada para waliyulloh, ia selalu menunggang
seekor harimau, dan bagi pribumi yang dikunjunginya harus menyediakan
seekor sapi untuk pangan harimaunya. Pada waktu ia berkunjung kepada
Syekh Abdul Qodir, dimintanya seekor sapi yang digunakan sebagai penarik
timba air setiap harinya, karena kebetulan sapi itu yang dilihatnya.
Sementara harimau sedang mengintai sapi yang menjadi mangsanya, tidak
diketahui sebelumnya bahwa di situ ada seekor anjing galak penjaga istal
kuda kepunyaan Syekh, tiba-tiba anjing itu menyerang, menerkam harimau
dan digigitnya hingga mati. Ahmad Zandah terkejut, timbul perasaan malu
pada dirinya, dengan merendahkan diri dan sikap hormat segera ia
menghadap Syekh lalu mencium tangan beliau. اللهم انشر عليه رحمة
ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw
waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
27. MANQOBAH KE DUAPULUH TUJUH : SYEKH ABDU QODIR MEMBELI EMPAT PULUH
EKOR KUDA UNTUK CADANGAN OBAT ORANG SAKIT Diriwayatkan, ada seseorang
yang bertempat tinggal di suatu tempat agak jauh dari kota baghdad.
Terbetik berita yang sampai kepadanya tentang kemasyhuran Syekh Abdul
Qodir, ia bermaksud akan berziarah berkunjung ke rumah Syekh karena
terdorong rasa mahabbah. Setiba di kota Baghdad, ia tercengang
keheran-heranan melihat bangunan istal kuda kepunyaan Syekh sangat megah
dan bagus, papan lantai istalnya dibuat dari emas dan perak,pelananya
dibuat dari sutra dewangga yang indah warnanya, kudanya ada 40 ekor
semuanya bagus dan mulus sehingga kebagusannya tidak ada tolok
bandingannya. Terlintas dalam hatinya prasangka yang kurang baik,
bisikkan hatinya berbicara: "Konon dikatakan orang ia seorang wali,
tetapi mengapa kenyataannya jauh berbeda sekali ?. Ia seorang penggemar
pencinta dunia. di mana ada seorang wali yang cenderung mencintai dunia
?. Sikap prilaku semacam begini tidak pantas diberikan gelar waliyulloh
(Kekasih Alloh)". Semula ia ingin bertemu dengan Syekh. seketika itu
juga dibatalkan niatnya tadi, lalu ia bertamu kepada seseorang di kota
itu. Selang beberapa hari kemudian ia jatuh sakit, dan penyakitnya
sangat parah, tidak ada seorang dokterpun di kota itu yang mampu
mengobati penyakitnya. Kebetulan ada seorang ulama ahli hikmah, ia
memberi petunjuk, katanya: "Menurut diagnosa penyakitnya itu sangat
canggih, sulit untuk bisa sembuh, kecuali kalau diobati dengan terapi
hati kuda sebanyak empat puluh hati kuda, baru bisa sembuh, dengan
persyaratan kudanya harus memiliki, mempunyai sifat dan bentuk khas
tertentu." Di antara mereka ada yang memperhatikan, dan menyarankan
segera menghubungi Syekh, "Karena beliaulah yang memiliki beberapa ekor
kuda dan mempunyai sifat bentuk khas yang diperlukan itu. Mintalah
kepada beliau pertolongan dan bantuannya. Beliau seorang dermawan dan
suka memberi pertolongan." Di waktu mereka menghadap Syekh, dengan suka
rela beliau mengabulkan permintaan mereka, setiap harinya disembelih
seekor kuda untuk diambil hatinya, sehingga kuda yang empat puluh ekor
itu habis semuanya. Dengan pengobatan empat puluh hati kuda, sembuhlah
orang itu dari penyakitnya, ia sembuh sehat seperti sedia kala. Dengan
rasa syukur yang tiada hentinya diiringi rasa malu, ia datang menghadap
Syekh untuk mohon ampunannya. Syekh berkata: "Untuk dikatahui olehmu,
bahwa sejumlah ekor kuda yang ku beli itu sebenarnya cadangan dan bagian
untukmu, karena aku tahu bahwa kamu akan mendapat musibah menderita
penyakit parah yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh
kerat hati kuda. Aku tahu maksudmu, semula kamu datang berziarah
kepadaku semata-mata didorong rasa cinta kepadaku, namun waktu itu kamu
berprasangka buruk, dan kau tidak tahu hal yang sebenarnya sehingga kamu
bertamu kepada orang lain." Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa
banyak bersalah dan segera ia bertobat, lalu Syekh meluruskan dan
memantapkan keyakinannya. اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره
فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana
waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
28. MANQOBAH KEDUA PULUH DELAPAN : JIN DAN SYETAN DIBAWAH KEKUASAAN
SYEKH ABDUL QODIR Diriwayatkan, pada waktu Nabi Sulaiman a.s. memusatkan
perhatian pada renungannya, terlintas dalam hati beliau kekhawatiran
terhadap ummat nanti di akhir zaman. Kekhawatiran dari gangguan jin dan
kenakalan syaithan yang demikian jahatnya dengan perbuatan yang tidak
sopan. Tiba-tiba terdengar suara dari alam ghaib, sabda Alloh : "Kamu
jangan khawatir, sebab nanti akan lahir Nabi penghabisan yaitu Muhammad
SAW. Diantara salah seorang anak cucunya ada yang bernama Abdul Qodir,
ia akan diberi kekuasaan menguasai jin dan syethan, tidak ada jin dan
syetan yang tidak tunduk kepadanya." اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا
وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw
waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
29. MANQOBAH KEDUA PULUH SEMBILAN : MENGAMPUNINYA RAJA JIN KEPADA ORANG
YANG TELAH MEMBUNUH ANAKNYA
Ulama Baghdad meriwayatkan, bahwa di Baghdad
ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para
santri-santrinya berziarah ke pemakaman. Di tengah perjalanan ia
menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya ular itu
dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam
sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap. Para
santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka
berusaha mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba
gurunya muncul kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan
segera menghampiri gurunya sambil menanyakan kejadian yang dialaminya.
Kemudian diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya:
"Tadi waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu
aku dibawa menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan
aku dihadapkan kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang
berdiri di atas singgasana mahligai kerajaannya. Dihadapannya membujur
sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya. Kepala
mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya. Sejurus kemudian sang
raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku: "Siapa orang yang
kau bawa itu?". Para pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah
membunuh putera tuanku raja". Lalu raja jin menatap tajam padaku dengan
muka marah. Wajahnya merah padam, dengan geramnya raja jin menghardikku:
"Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak berdosa? Bukankah kamu lebih
tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu katanya seorang ulama' yang
mengetahui masalah-masalah hukum?!", Dia berkata dengan suara lantang
muka berang menakutkan. Segera aku menjawab menolak tuduhan itu:
"Perkara membunuh anakmu aku tolak, apalagi yang namanya membunuh,
bertemu mukapun aku belum pernah." Raja jin menjawab :"Kamu tidak bisa
menolak, ini buktinya, para saksinya juga banyak!". Lalu dengan tegas
tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong, itu fitnah
semata!". Para saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang
melekat diujung tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang
ada ditongkatmu?". Aku menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular
yang kubunuh". Raja jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang
paling bodoh. Kalau kamu tidak tahu ular itu anakku!". Dikala itu, aku
bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit
terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya. Raja jin melirik
kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia ini sudah
mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera
memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!". Setelah jatuh keputusan,
aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan
dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba
muncul seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti!
Sekali-kali jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir",
sambil matanya menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata:
"Coba apa jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena
membunuh muridnya?". Raja jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena
aku menghormati dan memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni,
dan kamu bebas dari hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi
imam sholat untuk menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan
istighfar mohon diampuni dosanya". Setelah selesai menyembahyangkan,
pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan diantarkan
ketempat semula tadi". اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى
كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana
bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
c
30. MANQOBAH KETIGA PULUH : BERKAT KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR BISA
MENOLAK GANGGUAN JIN DAN ORANG JAHAT
Syekh Jalal al-Bukhori
meriwayatkan, barangsiapa
diganggu/kemasukan jin supaya
dibacakan ketelinga orang itu
bacaan
ﻳﺎ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻘﺎﺩﺭ
ﺍﻟﺠﻴﻼﻧﻲ
"Ya hadhrotas Syaikh Quthubul
'alamiin Muhyiddin Abdul Qodir al-
Jailaniy".
Insya Alloh ia akan
sembuh. Dan barangsiapa merasa
takut dari gangguan orang jahat
atau musuh, maka ambil
segenggam tanah hitam dan baca
nama Syekh Abdul Qodir pada
tanah itu lalu sebarkan kearah
yang ditakuti, insya Alloh akan
terpelihara dari kejahatan.
Barang siapa yang mendapat
kesusahan hidup, lalu ia
bertawassul kepada Syekh Abdul
Qodir, Alloh akan mengganti
kesusahan dengan kesenangan,
dan kesulitan dengan
kemudahan.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
31. MANQOBAH KETIGA PULUH SATU : SYEKH ABDUL QODIR BERZIARAH KE MAKAM ROSULULLOH SAW DAN MENCIUM TANGAN BELIAU
Pada waktu Syekh Abdul Qodir
berziarah ke pusara Rosululloh
SAW. di Madinah Munawwaroh,
setibanya di Madinah langsung
beliau masuk ke ruang pusara
Rosululloh SAW. yaitu "ruang yang
mulia" (hujroh syarifah).
Selama empat puluh hari beliau
berdiri di hadapan pusara
Rosululloh SAW.
Kedua tangannya
diletakkan pada dadanya sambil
bermunajat mengharap rahmat-Nya, menumpahkan isi hati
nuraninya dengan makna bait
dibawah ini :
ﺫﻧﻮﺑﻲ ﻛﻤﻮﺝ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﻛﺜﺮ
***
ﻛﻤﺜﻞ ﺟﺒﺎﻝ ﺍﻟﺸﻢ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﻛﺒﺮ
ﻭﻟﻜﻨﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﺍﺫﺍ ﻋﻔﺎ
***
ﺟﻨﺎﺡ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﻌﻮﺽ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﺻﻐﺮ
dzunubi kamaujil bahri bal hiya
aktsaru
kamitslil jibalis Syummi bal hiya
akbaru
walakinnaha 'indal karimi idza
'afaa
janahum minal bu'uudhi bal hiya
ashghoru
"Besar dosaku seperti gulungan
ombak dilaut bahkan lebih banyak. Tinggi setinggi puncak gunung syam
bahkan lebih tinggi lagi. Namun bila daku Kau ampuni, ringan dosaku seringan sayap
nyamuk, kecil bahkan sekecil amat sangat".
Lalu beliau meneruskan munajat
pengharapannya dengan bait dibawah ini:
ﻓﻲ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﺒﻌﺪ ﺭﻭ ﺣﻲ ﻛﻨﺖ ﺍﺭﺳﻠﻬﺎ
***
ﺗﻘﺒﻞ ﺍﻻﺭﺽ ﻋﻨﻲ ﻭ ﻫﻲ ﻧﺎﺋﺒﺘﻲ
ﻭﻫﺬﻩ ﻧﻮﺑﺔ ﺍﻻﺷﺒﺎﺡ ﻗﺪﺣﻀﺮﺕ
***
ﻓﺎﻣﺪﺩ ﻳﻤﻴﻨﻚ ﻛﻲ ﺗﺤﻈﻰ ﺑﻪ ﺷﻔﺘﻲ
fii halatil bu'di ruuhii kuntu
ursiluhaa
tuqobbilul ardho 'anni wahya
naibaatii
wahadzihi naubatul asybaahi qod
hadhorot famdud yamiinaka kai
tuhzho bihaa syafatii
"Kala jauh dari kekasih, kau utus roh pengganti diri, ulurkan tanganmu kini kasih, kan kukecup sepuas hati untuk terima syafaat kekasih".
Selesai beliau meluapkan isi hati
nuraninya, tangan Rosululloh SAW.
yang mulia terulur keluar lalu
dipegang, diciumnya sepuas hati,
dan diletakkan pada ubun-ubun
kepala Syekh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
32. MANQOBAH KETIGA PULUH DUA: SYEKH ABDUL QODIR BERBUKA PUASA DI RUMAH MURID-MURIDNYA PADA SATU WAKTU YANG BERSAMAAN
Diriwayatkan pada suatu hari
di bulan Romadhon, Syekh Abdul
Qodir diundang berbuka puasa
oleh murid-muridnya sebanyak
tujuh puluh orang di rumahnya
masing-masing. Mereka
berkeinginan agar Syekh berbuka
puasa dirumahnya. Mereka tidak
mengetahui bahwa diantara
mereka masing-masing
mengundang Syekh untuk
berbuka puasa pada waktu yang
bersamaan.
Tiba waktunya berbuka puasa
bertepatan Syekh berbuka puasa
di rumah beliau, detik itu pula
rumah muridnya yang tujuhpuluh
orang itu masing-masing
dikunjunginya dan berbuka puasa
tepat dalam waktu yang
bersamaan.
Peristiwa ini di kota Baghdad
sudah masyhur terkenal
di kalangan masyarakat, dan
sudah menjadi bibir masyarakat
dalam setiap pembicaraan dan
pertemuan.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
33. MANQOBAH KETIGAPULUH TIGA : MENYELAMATKAN SEORANG PEREMPUAN MURIDNYA
SYEKH ABDUL QODIR DARI KHIANATNYA SEORANG LELAKI FASIK Diriwayatkan, di
kota Baghdad ada seorang wanita rupawan wajahnya cantik dam manis sedap
dipandang mata. Sebelum ia masuk jama'ah murid Syekh Abdul Qodir, ada
seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna susila. Dia menaruh cinta
mengharap pada wanita itu, namun cintanya tidak dibalas. Cintanya
bertepuk sebelah tangan. Si lelaki jahat itu berusaha mencari jalan
untuk melaksanakan niat jahatnya itu. Pada suatu hari, wanita itu
berangkat menuju sebuah gua pada suatu gunung untuk berkholwat, beruzlah
yakni mengasingkan diri dengan tujuan ibadah. Tidak diketahui
sebelumnya, bahwa ia sedan diintai dan diikuti dari belakang oleh
silelaki perayu wanita itu. Ketika wanita itu tiba dan akan masuk
kedalam gua, silelaki jahat itu berusaha dengan sekuat tenaga akan masuk
kedalam gua memperkosa kehormatan wanita itu. Sebaliknya, sang wanita
berusaha menghindar dari nafsu angkara murka kejahatan silelaki itu
sambil berteriak-teriak memanggil-manggil nama Syekh Abdul Qodir: "Ya
Syekh Tsaqolein, Ya Ghoutsal A'dhom, Ya Syekh Abdul Qodir, tolonglah
saya!", demikian ratap wanita bertawassul dan beristighotsah minta
pertolongan. Di kala itu Syekh sedang mengambil air wudhu untuk
melaksanakan sholat di madrosah, lalu dilepas bakiaknya. Sepasang bakiak
itu dipegang Syekh lalu dilemparkan kearah gua dan tepat sekali mengenai
sasaran kepala lelaki jahat itu, di kala laki-laki jahat itu akan
melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul, menampar
laki-laki itu dengan pukulan-pukulan yang mematikan. Dan seketika itu
juga ia mati. Sang wanita segera mengambil sepasang bakiak milik Syekh,
gurunya. Kemudian ia mengucapkan terimakasih atas pertolongannya, lalu
bakiak itu diserahkan sambil melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada
Syekh dan juga kepada khalayak yang mengerumuninya. اللهم انشر عليه
رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi
rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
34. MANQOBAH KETIGA PULUH EMPAT: SYEKH ABDUL QODIR MEMBERIKAN
PERTOLONGAN KEPADA SEORANG WALI YANG TELAH DILEPAS PANGKAT KEWALIANNYA
Diriwayatkan, pada zaman Syekh Abdul Qodir, ada seorang wali yang telah
dilepas pangkat kewaliannya. Ia minta pertolongan kepada rekan-rekannya
sesama wali memohon kepada Alloh SWT. agar ia dapat diangkat kembali
mendapatkan pangkat kewaliannya. Wali rekannya itu berkata : "Saya sudah
berusaha berdo'a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat diangkat kembali
pangkat kewalianmu, bahkan menurut anggapan saya persoalan ini tidak
diterima oleh Alloh SWT., dan saya dianjurkan sebaiknya meminta
pertolongan dan syafa'at Syekh, supaya beliau berdo'a memohon kepada
Alloh SWT. agar dapat dikembalikan pangkat kewalianmu itu". Kemudian
Syekh dapat menerima usulan mereka, lalu beliau berdo'a, sementara itu
datang sabda Alloh: "Sudah banyak para wali yang berdo'a mereka mohon
supaya dikembalikan lagi pangkat seorang wali yang sudah dicopot itu.
Untuk hal ini kamu jangan minta syafaat baginya". Mendengar sabda itu
lalu Syekh mengambil sajadah berangkat menuju suatu lapangan. Pada waktu
beliau akan melangkahkan kaki, terdengar ada yang memanggil dari alam
ghaib : "Wahai Ghoutsul A'dhom Abdul Qodir, bagi orang itu dan seribu
orang yang senasib dengan dia, Ku ampuni dosanya". Dan langkah kaki yang
kedua terdengar lagi suara yang bersabda: "Bagi orang itu dan duaribu
orang yang senasib dengan dia". Dan pada waktu akan memijakkan langkah
kaki yang ketiga kembali terdengar: "Bagi dia dan tigaribu orang yang
senasib dengan dia, dosanya Ku ampuni, disebabkan karena pangkat
kewalianmu dan kedudukanmu". Syekh mengucapkan terimakasih kepada Alloh
SWT. atas anugerah yang telah diterima. Berkat karomah dan syafaat
Syekh, wali yang dilepas pangkatnya itu dapat diterima kembali.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi
fii kulli waqti wamakaan.
Diriwayatkan, pada suatu hari
Syekh Ahmad Kanji sedang
mengambil air wudhu, terlintas
dalam hatinya bahwa Thorekat
Syekh Abdul Qodir itu lebih
disukai daripada thorekat-thorekat lainnya. Gurunya yaitu
Syekh Abi Ishaq Maghribi
mengetahui pula apa yang
terlintas dalam hati muridnya, lalu
beliau bertanya : "Apakah kamu
mengetahui tentang kedudukan
Syekh Abdul Qodir?".
Dijawab oleh
Syekh Ahmad Kanji : "Saya tidak
tahu".
Lalu gurunya menjelaskan:
"Perlu diketahui bahwa Syekh
Abdul Qodir itu memiliki duabelas
sifat-sifat kemuliaan. Kalau lautan
dijadikan tintanya, dan
pepohonan dijadikan penanya,
manusia, malaikat, dan jin sebagai
penulisnya, maka tidak akan
mampu menuliskan sifat-sifat
jatidiri yang dimiliki beliau itu".
Mendengar penjelasan dari
gurunya itu, ia makin bertambah
mahabbah kecintaannya kepada
Syekh Abdul Qodir, hatinya
berbisik : "Salah satu harapanku
jangan dahulu aku meninggal
sebelum aku mendalami dan
mengamalkan thoriqohnya".
Kemudian dengan kemauan yang
keras berangkatlah ia menuju
kota Baghdad, setibanya disebuah
gunung di wilayah Ajmir, dibawah
gunung mengalir sungai, lalu ia
mengambil air wudhu untuk
bersembahyang serta beristirahat
di tempat itu. Angin bertiup sepoi-sepoi basah mengipasi badan
yang letih sehingga ia terlena dan
tertidur dengan nyenyaknya.
Didalam keadaan tidur ia
bermimpi dikunjungi Syekh Abdul
Qodir. Beliau membawa mahkota
merah dan sorban hijau, Syekh
Ahmad Kanji berdiri menghormati
kedatangan beliau.
"Mari kesini
lebih dekat lagi", kata beliau
sambil mengenakan mahkota
merah dan sorban hijau di atas
kepala Syekh Ahmad Kanji, dan
berkata :"Wahai Ahmad Kanji,
sekarang kamu sudah menjadi
muridku, dan menjadi anakku dan
menjadi Rijalulloh ( Pahlawan
Alloh )". Lalu beliau menghilang
dan bangunlah Syekh Ahmad
Kanji dari tidurnya, mahkota dan
sorban sudah melekat terpakai
di atas kepalanya, lalu ia bersujud
syukur atas nikmat Alloh yang
telah diterimanya.
Kemudian ia pulang kembali
kepada gurunya sambil
memperlihatkan mahkota merah
dan sorban hijau hadiah
pelantikan dari Syekh Abdul Qodir,
dan menceritakan tentang
peristiwa yang telah dialaminya.
Gurunya berkata : "Wahai Ahmad
Kanji, mahkota dan sorban itu
adalah suatu hirqoh kemuliaan
dan keberkahan bagimu, dan
kamu sangat dikasihi Syekh Abdul
Qodir. Sekarang berdirilah tegak,
dan kamu telah menjadi wali yang
utama".
Dengan mengharap
keberkahannya, Syekh Abi Ishaq
Maghribi memakai mahkota dan
sorban itu di kepalanya, lalu
diserahkan kembali kepada Syekh
Ahmad Kanji.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
36. MANQOBAH KETIGA PULUH ENAM : SYEKH AHMAD KANJI MENJUNJUNG KAYU BAKAR DIATAS KEPALANYA
Syekh Ahmad Kanji pekerjaannya
adalah mencari kayu bakar untuk
memasak roti bagi faqir-faqir.
Setelah mengenakan mahkota
dari Syekh Abdul Qodir, gurunya
berkata : "Sekarang engkau tidak
layak mencari kayu bakar, sebab
kepalamu telah dimahkotai
dengan mahkota yang mulia". Lalu
Syekh Ahmad Kanji memohon ijin
dari gurunya untuk mencari kayu
bakar.
Ujar gurunya: "Ya kalau
kamu ngotot, silakan saja".
Iapun berangkat ke gunung
memgumpulkan kayu bakar dan
diikat. Waktu akan diangkat
kekepalanya, kayu bakar itu
melayang diatas kepala Syekh
Ahmad Kanji kira-kira sehasta dari
kepalanya. Lantas Syekh Ahmad
Kanji pulang kepada gurunya.
Ikatan kayu bakar terus melayang
mengikuti Syekh Ahmad.
Setibanya di tempat gurunya yaitu
Syekh Abi Ishaq Maghribi,
gurunya berkata : "Nah, Syekh
Ahmad, tadi kataku bagaimana,
kepalamu tidak pantas dipakai
membawa kayu bakar, sebab
sudah ditempati mahkota dan
sorban yang mulia. Sejak kini,
sudahlah jangan mencari kayu
bakar. Engkau oleh Sayyid Abdul
Qodir sudah ditunjukkan dalam
pangkat Rijalulloh".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
37. MANQOBAH KETIGA PULUHTUJUH : BERKAT DO'A SYEKH ABDUL QODIR SEORANG PEREMPUAN MEMPUNYAI TUJUH ANAK LAKI-LAKI
Dalam kitab Muntakhob Jawahiril
Qolaid diriwayatkan, ada seorang
perempuan datang menghadap
Syekh Abdul Qodir, maksudnya ia
mohon do'a restu dan karomah
Syekh agar ia dikaruniai seorang
anak yang menjadi dambaan hati
buah pelerai lara.
Lalu Syaikh
melihat tulisannya di Lauhil
Mahfudz, ternyata bagi
perempuan itu tidak ada tulisan
akan mempunyai anak.
Disaat itu
pula Syekh berdo'a kepada Alloh
Yang Maha Berkuasa agar
perempuan itu diberi dua orang
anak.
Selesai beliau berdo'a
terdengar sabda Alloh :
"Bukankah kamu sudah melihat di
Lauhil Mahfudz bahwa seorang
anakpun tidak ada tulisannya bagi
perempuan itu, dan sekarang
malah kamu minta dua orang
anak ?".
Syekh berkata lagi : "Saya
mohon tiga anak".
Dikala itu
datang lagi sabda Alloh : "Kamu
sudah melihat di Lauhil Mahfudz
ia tidak ada lukisannya seorang
anakpun, kini kamu minta tiga
anak".
Syekh berkata lagi: "Ya Alloh
saya mohon empat orang anak".
Demikian seterusnya permohonan
Syekh bertambah meningkat
sampai pada permohonan tujuh
orang anak.
Pada waktu sampai
batas tujuh orang anak, datang
sabda Alloh: "Sekarang sudah
cukup, jangan lebih dari tujuh,
dan permohonan itu Ku-terima".
Atas anugerah karunia itu lalu
beliau bersujud syukur kepada
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala.
Kemudian Syekh mencomot
segumpal tanah, dan sedikit dari
tanah itu diberikan kepada
perempuan itu. Dengan
mengharap barokahnya lalu
perempuan itu membuat liontin
mata kalung dari tanah itu yang
dilapisi perak.
Beberapa hari kemudian
perempuan itu hamil, dan sampai
masa sembilan bulan ia
melahirkan bayi kembar siam
tujuh bayi laki-laki semuanya
dalam keadaan sehat dan selamat.
Kian hari bayi itu menjadi besar
dan meningkat menjadi anak-
anak dewasa. Beberapa tahun
kemudian, keyakinan perempuan
itu menjadi berubah.
Tercetus dalam bisikan hati
perempuan itu prasangka buruk
terhadap Syekh. Ia berkata sambil
memegang perhiasan liontin mata
kalung yang dipakai: "Untuk apa
gunanya tanah ini tiap hari selalu
bergantung di bawah leherku,
sekarang aku sudah punya anak,
untuk apalagi kalung ini kupakai,
tidak ada gunanya". Seusai ia
berkata dalam hati nuraninya
dengan spontanitas ketujuh
anaknya itu mati.
Melihat kejadian yang tidak
terduga itu, segera perempuan itu
berangkat menghadap Syekh
sambil menangis tersedu-sedu
dan bertobat mohon
ampunannya karena jauh
sebelumnya sudah berprasangka
buruk kepada Syekh.
Menerima pengaduan dan
keluhan itu, Syekh berkata
"Sekarang juga kamu cepat
pulang, dan apa yang menjadi
niat dan harapanmu itu akan
diterima juga nanti".
Setibanya
dirumah dengan penuh cemas
ternyata anaknya yang sudah
mati, semuanya hidup kembali.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
38. MANQOBAH KETIGAPULUH DELAPAN : SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI SIKSAAN MALAIKAT MUNKAR WA NAKIR
Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir mempunyai murid yang bodoh dan buta agama, namun ia
menaruh cinta, rindu, kepada gurunya yaitu Syekh Abdul Qodir.
Pada waktu ia mati ditanya dialam
kubur oleh malaikat Munkar Nakir:
"Apa agamamu, siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu ?". Si mayat
menjawab : "Saya tidak tahu, yang
saya ketahui hanya guruku Syekh
Abdul Qodir, beliaulah yang sangat kucintai".
Mayat itu selalu
memanggil-manggil Syekh Abdul Qodir, sehingga malaikat Munkar Nakir merasa bingung menghadapi kejadian ini, lalu hal
ini diajukan kepada Alloh SWT: "Ya Alloh, Engkau Maha Mengetahui tentang jawaban mayat hamba-MU ini, untuk hal itu saya serahkan kepada-Mu".
Alloh
bersabda : "Beri siksaan dia sebagaimana mestinya".
Pada waktu malaikat Munkar Nakir akan melaksanakan siksaan
sebagaimana perintah Alloh SWT, tiba-tiba Syekh Abdul Qodir
muncul sambil berkata : "Wahai
malaikat Munkar Nakir, mayat muridku jangan disiksa karena
dia waktu hidupnya termasuk orang yang bodoh, dan tidak tahu
tentang agama, yang dia ketahui hanyalah aku ini". Lalu Syekh
melanjutkan pembicaraannya :
"Akulah yang yang akan memberi
jawaban terhadap segala pertanyaan yang kalian akan tanyakan, nah sekarang mau
menanyakan masalah apa ?".
Untuk kedua kalinya kejadian ini malaikat Munkar Nakir bertambah bingung dan dengan segera
dilaporkan kepada Alloh SWT.
Alloh bersabda sebagaimana tadi :
"Siksa dia sebagaimana
mestinya !".
Setelah malaikat itu
menerima perintah dari Alloh lalu diambilnya godam, ketika mayat akan disiksa, tiba-tiba Syekh menghadang dan menggagalkan
serta merebut godam dari tangan malaikat Munkar Nakir lalu
dilemparkan, beliau berkata :
"Semuanya minggir! Demi
panasnya kecintaanku yang
membara dalam batinku kepada Alloh, siapapun juga tidak ada yang menandingiku. Ingat, kalau mayat muridku disiksa, surga dan
neraka semuanya akan kubakar
( artinya dalam surga tidak akan
senang dan dineraka tidak akan
susah )".
Ketika itu datang sabda Alloh :
"Sekarang Ku ampuni dosa mayat
orang itu, jangan kamu siksa, disebabkan karena kekasihku Abdul Qodir. Aku menanggung
rindu padanya, dan lebarkan pula
kubur mayat orang itu!".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
39. MANQOBAH KETIGAPULUH SEMBILAN : SETIAP DATANG TAHUN BARU TAHUN ITU MEMBERI TAHU KEPADA SYEKH ABDUL QODIR PERISTIWA YANG AKAN TERJADI PADA TAHUN INI
Di dalam kitab Bahjatul Asror
meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir suatu saat beliau terbang melayang-layang diatas ribuan
manusia pada jamaah majelis pengajian yang beliau pimpin.
Beliau berkata : "Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam padaku, dan
menginformasikan segala kejadian atau peristiwa yang akan
terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan senantiasa memberi salam padaku dan menceritakan
peristiwa apapun yang akan terjadi pada bulan itu. Demikian setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam padaku dan memberitahukan masukan peristiwa yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Kemuliaan Tuhan orang-orang yang akan mendapat kecelakaan dan kebahagiaan semuanya itu diajukan kepadaku. Pandangan mataku ada di lauhil mahfudz, dan aku tenggelam
dalam lautan ilmunya Alloh dan dalam lautan musyahadah-Nya. Akulah yang menjadi hujjah Alloh bagimu. Akulah yang menjadi pengganti dan penerus Rosululloh SAW. Akulah yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya,
demikian pula jin ada gurunya, dan aku adalah guru semuanya".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
40. MANQOBAH KEEMPATPULUH : SYEKH ABDUL QODIR DIBERI BUKU, DAFTAR UNTUK MENCATAT MURID-MURIDNYA SAMPAI HARI KIAMAT
Di dalam kitab Bahjatul Asror
diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pernah berkata: "Aku diberi sebuah buku luasnya sepanjang
mata memandang untuk menuliskan dan mencatat nama-nama muridku sampai hari
kiamat. Semua jumlah catatan murid dan ikhwanku itu telah
Alloh berikan padaku dan telah menjadi milikku. Aku pernah
bertanya kepada malaikat Malik penjaga pintu neraka: "Apakah ada padamu murid ataupun ikhwanku?" Malaikat Malik menjawab "Tidak ada dalam
neraka".
Syekh berkata: "Aku bersumpah demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan,
sesungguhnya tanganku terhadap murid-muridku seperti langit menutupi bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk dan salah, maka akulah yang baik dan
benar. Dan aku bersumpah demi
Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, dua telapak kakiku tidak akan bergeser setapakpun di hadapan Tuhan, terkecuali sudah mendapat keputusan
bahwa aku bersama murid-muridku berangkat masuk surga".
Lebih lanjut beliau berkata:
"Senantiasa tanganku ini tidak akan lepas dari kepala murid-muridku, walaupun aku sedang berada di Timur (masyriq) dan
muridku berada dibarat (Maghrib)
, lalu muridku itu terlihat dan tersingkap auratnya maka tanganku akan segera menutupinya. Demi Dzat Kemuliaan dan Keagungan Tuhan, pada hari
kiamat nanti aku akan berdiri tegak di hadapan pintu gerbang neraka, sekali lagi aku tidak akan bergeser dan berdiri tegak
sebelum semua muridku sudah masuk ke surga, karena Alloh Yang Maha Kuasa telah menjanjikan
padaku bahwa murid-muridku tidak akan dimasukkan kedalam
neraka. Barang siapa yang berguru serta cinta/ mahabbah padaku pasti aku menghadap (menaruh perhatian) padanya. Dan malaikat Munkar Nakir telah berjanji
padaku bahwa mereka tidak akan
menakut-nakuti, atau
menimbulkan rasa kaget/terkejut pada murid-muridku".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
41. MANQOBAH KE EMPATPULUH SATU: SALAH SEORANG MURID ABDUL QODIR TIDAK MERASA LAPAR DAN HAUS SETELAH MENGHISAP JARI TANGAN SYEKH ABDUL QODIR
Syekh Arif Abu Muhammad Syawir As-Sibti berkata: "Pada suatu hari saya berangkat menuju Baghdad berziarah kepada Syekh Abdul Qodir, lalu saya membantu beliau beberapa hari lamanya. Pada waktu saya akan pulang, lebih dahulu saya menghadap guruku Syekh untuk mohon diri. Beliau berkata padaku: "Silahkan kamu pergi, aku do'akan semoga kamu selamat di perjalanan dan selamat sampai di tempat tujuan."
Kemudian beliau mengulurkan tangannya menyuruh padaku supaya jari tangannya dihisap. Lalu kuhisap jari tangan beliau itu. Beliau berwasiat kepadaku: "Agar nanti di perjalanan jangan meminta-minta." Setelah saya pamit, berangkatlah saya menuju mesir.
Berkat karomah Syekh, di perjalanan saya tidak pernah merasa lapar atau haus, juga tidak mengurangi kekuatan fisik, dengan selamat tidak kurang suatu apapun sampailah saya di kampung halaman".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
42. MANQOBAH KE EMPAT PULUH DUA : SYEKH SON'ANI KARENA TIDAK TAAT KEPADA SYEKH ABDUL QODIR NASIBNYA MENJADI PENGGEMBALA BABI
Pada waktu Syekh Abdul Qodir menerima sabda Rosululloh saw, bahwa telapak kaki beliau bakal memijak pundak-pundak para waliyulloh, sabda Rosululloh itu diumumkan dan disebarkan kepada seluru para wali, baik yang hadir maupun yang tidak hadir/raib.
Mendengar pengumuman itu, mereka para waliyulloh menghadap syekh, dan mereka meletakkan kaki beliau di atas pundaknya masing-masing karena menghormati dan mengagungkannya, kecuali sorang wali namanya Syekh Son'ani, ia berkata: "Saya juga cinta mahabbah kepada Syekh, tetapi untuk diinjak pundakku nanti dahulu, dan rasanya tidak perlu."
Ucapan Syekh Son'ani itu terdengar oleh Syekh, dan beliau berkata: "Telapak kakiku akan menginjak pundaknya si penggembala babi".
Tidak berapa lama kemudian, Syekh Son'ani berangkat berziarah menuju kota Mekkah diiringi sampai ratusan santri-santrinya. Takdir tidak bisa ditolak, demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa berlaku bagi hambanya.
Pada waktu Syekh Son'ani berjalan melewati sebuah kampung yang penduduknya mayoritas menganut agama nasroni, kebetulan ia melihat sebuah kedai, penjual warung itu seorang perempuan beragama nasroni penjual minuman keras. Keistimewaan perempuan itu pandai menarik para pembeli karena wajahnya cantik tiada bandingnya, badannya mulus dan mantap, mendebarkan hati para pemuda. Konon tiada seorang lelakipun yang tidak terpikat olehnya.
Demikian pula Syekh Son'ani, melihat kecantikan perempuan itu terpesona sehingga luluh hatinya, hilang rasa malu pada dirinya, wibawanya jatuh di hadapan santri-santri pengiringnya, sehingga dengan senang hati ia rela menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan perempuan itu. Dengan suka rela serta sungguh-sungguh ia mau bekerja, dan pekerjaan apapun ia kerjakan demi untuk menyenangkan perempuan cantik itu.
Pada suatu hari perempuan itu menyuruh Syekh Son'ani menggembalakan babi piaraannya, memangku anak babi yang masih kecil agar jangan sampai terinjak induknya. Ia tidak merasa hina disuruh menggembala babi itu, malah merasa bangga dan gembira diperintah kekasihnya itu.
Melihat kejadian itu, seluruh santri-santri pengiringnya itu mereka pulang meninggalkan gurunya, karena secara menyolok Syekh Son'ani gurunya itu telah mencemarkan dan menodai agama. Yang masih tinggal dua orang, yaitu Syekh Fariduddin dan Syekh Mahmud Maghribi. Kedua santri itu berunding mencari jalan pemecahan musibah yang menimpa pada gurunya. Hasil perumusannya mereka berpendapat bahwa: "Musibah ini harus diperbaiki dari sumbernya dan ditelusuri sebab akibatnya, kemungkinan karena tidak adanya loyalitas murid terhadap gurunya dan kata bertuah yang dikatakan Syekh Abdul Qodir kepada Syekh Son'ani, maka untuk hal ini saya akan menghadap yang mulia Syekh". Kata Syekh Fariduddn: "Kamu Syekh Mahmud tinggal di sini."
Kemudian Syekh Fariduddin berangkat menuju kota Baghdad, setibanya di kota itu lalu ia mencari pekerjaan berat dan hina, akhirnya terpaksa pekerjaan itu diterima dan dikerjakan, yaitu membuang kotoran dari kakus.
Pada suatu hari Syekh mengetahui dan menyaksikan Syekh Fariduddin sedang bekerja berat yaitu sedang menjunjung wadah yang penuh dengan kotoran dan pada saat itu turunlah hujan dengan derasnya sehingga wadah kotoran itu penuh dengan air hujan melimpah dan membasahi badan Syekh Fariduddin.
Memperhatikan beban berat yang dipikul Syekh Fariduddin, Syekh merasa iba hatinya, lalu beliau memanggil Syekh Fariduddin dan menanyakan namanya.
Setelah Syekh Fariduddin memperkenalkan diri, dan ia juga teman Syekh Son'ani, Syekh bertanya lagi: "Kamu sebenarnya mau apa? Dan silahkan mau minta apa?".
Dijawab oleh Syekh Fariduddin: "Kiranya yang bertanya lebih arif bijaksana, lebih mengetahui maksud saya sebenarnya".
Syekh berkata: "Kamu mendapat maqom, yakni kedudukan yang lebih tinggi, dan juga gurumu kuampuni".
Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku".
Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu".
Bertepatan dengan saat memberi ampun, detik itu pula Syekh Son'ani siuman sadar kembali dari kelalaiannya, lalu ia membaca istighfar, dan ketika itu juga hatinya menjadi berubah tertanam dan berkembang perasaan cinta, rindu mahabbah pada Syekh, dan segera ia berangkat menuju kota Baghdad dengan kebulatan tekad yang kuat akan bertobat kepada Syekh. Demikian pula tidak kurang pentingnya perempuan cantik yang beragama nasroni itu dan juga kekasih Syekh Son'ani ikut terbawa bersama Syekh Son'ani berziarah dengan keyakinan yang kuat akan masuk agama islam berikrar di hadapan Syekh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
43. MANQOBAH KE EMPAT PULUH TIGA SYEKH ABDUL QODIR DUDUK DI ATAS SEJADAH MELAYANG-LAYANG DI ATAS SUNGAI DAJLAH
Syekh Sahal bin Abdullah At-Tastari di kala mukasyafah berkata: "Pada suatu hari masyarakat Baghdad merasa kehilangan Syekh Abdul Qodir, mereka sibuk mencari di mana Syekh itu berada. Setelah diadakan pencarian yang seksama, diketemukan beliau sedang duduk di atas air sungai Dajlah, beliau dikerumuni berbagai jenis ikan menciumi tangan dan kaki beliau".
Kata Syekh Sahal: "Saya tidak merasa bosan melihat keajaiban beraneka jenis ikan dengan nuansa beraneka warna dan dengan gerakan gaya yang berbeda pula, sehingga tidak terasa sampai datang waktu dzuhur. Di kala itu saya melihat sajadah warnanya hijau disulam dengan benang emas dan perak bermotifkan tulisan dua baris, baris pertama:
'ALAA INNA AULIYAA ALLOOHI LA KHOFUN 'ALAIHIM WALAAHUM YAHZANUN
(Sesungguhnya para kekasih Alloh itu mereka tidak merasa takut dan bagi mereka tidak merasa sedih duka nestapa).
Dan baris kedua dengan tulisan:
SALAAMUN 'ALAIKUM AHLAL BAITI INNAHU HAMIIDUN MAJIID
(Keselamatan dan kesejahteraan tetap bagimu sekalian wahai Ahli Bait Nabawi, sesungguhnya Alloh Maha Terpuji, Maha Agung).
Sajadah itu terhampar melayang di atas sungai Dajlah, lalu Syekh duduk di atas sajadah itu.
Tidak lama kemudian datang rombongan kawula muda rata-rata tubuhnya tegap semampai, wajahnya tampan, ganteng ceria penuh wibawa mengiringkan seorang pria yang kegantengan dan kharismanya melebihi dari yang lainnya. Di hadapan mereka terhampar sejadah, dengan serempak mereka berdiri menghormati Syekh dengan sopan santun dan rasa khidmat seolah-olah mereka terkendali dengan kewibawaan beliau. Lalu Syekh berdiri untuk melaksanakan sholat berjama'ah, beliau menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum, termasuk para wali Baghdad.
Di kala Syekh mengucapkan takbir, para malaikat pemangku 'arasy dengan serempak pula mengucapkan takbir. Di waktu membaca tasbih, seluruh malaikat yang di langit mengikuti membaca tasbih. Pada waktu beliau membaca tahmid keluar dari mulut Syekh sinar cahaya memancar menjulang ke atas.
Seusai melaksanakan sholat, lalu beliau membaca do'a:
ALLOHUMA INNII AS ALUKA BIHAQQI JADDIL NABIYYIKA WAKHIYAROTIKA MIN KHOLKIKA ALLA TAQBADO RUUHA MURIIDII WA MURIIDATAN LII ILLA 'ALAA TOOBATI
(Ya Alloh, aku mohon pada-Mu dengan bertawassul pada kakek moyangku Nabi Muhammad saw pilihan-Mu dan makhluk-Mu. Semoga Engkau Ya Alloh, jangan merenggut nyawa muridku baik pria maupun wanita sebelum mereka itu bertobat lebih dahulu pada-Mu).
Seluruh Malaikat membaca amin atas doa itu, demikian pula seluruh kaum muslimin yang hadir. Di kala itu datang hatif dari alam gaib, firman Alloh: "Wahai Abdul Qodir, bergembiralah, karena doamu telah Ku terima".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
44. MANQOBAH KE EMPATPULUH EMPAT : BERKAT SYAFAAT SYEKH ABDUL QODIR, WALI YANG MARDUD (DITOLAK) DAPAT DITERIMA KEMBALI MENJADI WAI MAQBUL (DITERIMA)
Diriwayatkan dalam kitab Malfudhul Ghoyyatsiyyah pada zaman Syekh Abdul Qodir ada seorang wali yang dikeluarkan, dilepas oleh Alloh dari pangkatkewaliannya.
Umumnya masyarakat telah mengetahui tentang ditolaknya wali tersebut oleh Alloh, telah tercatat dari daftar waliyulloh. Namun ia berusaha dengan sekuat tenaga, dengan didukung oleh semangat juang tinggi, minta bantuan dan syafaat rekaan-rekannya.
Sebanyak tiga ratus enam puluh wali, merasakan rasa solidaritas mengajukan permohonan kepada Alloh agar ia dapat diangkat kembali dan diterima disisi-Nya.
Merasakan nasib malang yang diderita rekannya itu, seluruh wali yang tiga ratus enampuluh orang itu mereka bersama-sama bermunajat mengadukan halnya, berdo’a memohon kepada Alloh supaya rekannya wali yang dilepas itu diangkat kembali menjadi waliyulloh. Namun dari seluruh permohonan mereka itu, tidakada seorangpun do’anya yang diterima Alloh.
Maka untuk meyakinkan lagi para waliyyulloh itu masing-masing melihat ketentuan suratan yang tertulis di Lauhil Mahfudz, ternyata tampak dengan jelas tertulis bahwa wali rekannya itu sudah disatukan dengan kelompok orang-orang celaka.
Atas kesepakatan bersama dianjurkan supaya ia dengan segera menghadap Syekh Abdul Qodir untuk memohon syafaatnya. Lalu dengan merendahkan diri ia menghadap Syekh, beliau berkata: “Mari sini lebih dekat lagi, sesungguhnya Alloh telah mencopot pangkat kewalianmu. Mudah-mudahan aku bisa mengusahakan, dan menjadikan agar kamu dapat diterima kembali menjadi waliyulloh dengan ijin Alloh".
Kemudian Syekh berdo’a kepada Alloh, mohon supaya wali yang ditolak itu dapat diangkat kembali, diterima menjadi waliyulloh.
Di kala itu datang hatif dari Yang Maha Kuasa: “Wahai Abdul Qodir, ada tiga ratus enam puluh orang wali mereka berdo’a minta pertolongan untuk wali yang Ku tolak itu, dan tidak seorang pun do’a permohonannya yang Ku terima, sebab wali itu telah tertulis di Lohmahfud termasuk orang yang celaka”.
Syekh menjawab: ”Ya Alloh, apa halangannya, Engkau Maha Kuasa, siapa yang ditolak, Engkau dapat menolaknya, demikian pula siapa yang diterima Engkau bisa saja menerimanya, dan mengapa lidahku Engkau jadikan supaya aku bisa menyanggupi orang, bahwa ia dapat diterima bila Engkau telah memutuskan dan menjadikan orang itu ditolak”.
Kemudian dating hatip, Alloh bersabda: ”Wahai Abdul Qodir, sekarang silahkan siapa yang dianggap olehmu ditolak akan Ku tolak, dan Aku serahkan padamu dengan tugas untuk mengangkat dan memberhentikan dari pangkat kewalian”.
Lalu syekh berkata kepada wali mardud itu: ”Segera kamu membersihkan diri, mandi tobat, karena kedudukanmu sekarang sudah di angkat kembali menjadi waliyyulloh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
45. MANQOBAH KEEMPAT PULUH LIMA: SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI API DUNIA DAN AKHIRAT
Syekh Miyan Udhmatulloh dari golongan Imam Ulama Arifin berkata: "Di negeriku Burhaniyun, saya bertetangga dengan seorang kaya. Ia beragama Hindu penyembah api (agni), namun ia sangat rindu cinta kepada Syekh Abdul Qodir. Setiap tahun diundang para pejabat pemerintah, para ulama, dan tidak terkecuali para fakir miskin untuk berpesta bersuka ria, makan bersama di rumahnya. Untuk lebih semarak lagi, rumahnya dihiasi dengan dekorasi yang beraneka ragam wama keindahannya, ditaburi dengan bunga-bunga yang harum semerbak serta minyak yang harum mewangi. Tujuan diadakan pesta itu semata-mata terdorong rasa cinta mahabah kepada Syekh, malah ia merasa bangga mengaku menjadi muridnya. Rupanya ajal telah tiba baginya, dan setiap jiwa harus merasakan mati. Pada waktu mati, keluarganya merawat mayat itu sesuai dengan keyakinannya, yaitu tata cara agama Hindu, si mayat harus dibakar. Timbul keanehan, di luar kebiasaan sosok mayat itu tidak hangus terbakar menjadi abu, bahkan sehelai rambutpun tidak lenyap dimakan api. Akhirnya keluarganya sepakat bahwa mayat itu lebih baik dihanyutkan ke sungai. Menghadapi kejadian ini, di negeri tersebut berdiam seorang wali. Pada malam harinya ia bermimpi dikunjungi Syekh. Beliau berpesan: "Mayat orang Hindu yang te·rapung-apung dihanyutkan air itu ialah muridku, dan ia telah diberi nama Sa‘dulIah, supaya ia segera diangkat dari sungai dan dikubur sebagaimana mestinya menurut kewajiban dan ketentuan agama Islam, karena ia seorang muslim. Mengapa sosok mayat itu tidak lenyap dimakan api sehingga api tidak mempan untuk membakarnya? Hal ini tiada lain karena Alloh telah berjanji padaku bahwa Alloh tidak akan membakar murid-muridku baik dari api dunia maupun api neraka.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
46. MANQOBAH KEEMPAT PULUH ENAM : KEBERADAAN, PERWUJUDAN, SYEKH ABDUL QODIR ADALAH WUJUD NABI MUHAMMAD SAW
Syekh Abdul Qodir berkata: "Haadzal Wujuud Wujuudu Jaddi La WujuuduAbdul Qodir (Keberadaan/perwujudanku ini adalah wujud kakek moyangku Nabi Muhammad SAW. bukan wujud Abdul Qodir)".
Para ulama meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Syekh berangkat pulang menuju rumah beliau. Di belakang beliau diikuti sang putra Abdul Jabbar. Sesampainya di rumah, Abdul Jabbar tidak melihat bahwa ayahnya itu berada di rumah, lalu ditanyakan kepada ibunya, "Tadi saya berjalan mengikuti ayah ke sini, pada waktu sampai di ambang pintu, saya tidak melihat ayah masuk ke dalam rumah".
Ibunya berkata: "Sebenamya ayahmu itu sudah lima belas hari tidak pulang-pulang ke rumah".
Lalu Abdul Jabbar berangkat menuju tempat berkhalwat ayahnya, terlihat pintunya terkunci, ia berkeyakinan pasti ayahnya itu ada di ruang khalwat. Di ambang pintu ruang khalwat lama ia menunggu sampai tengah malam.
Pada pertengahan malam, baru pintu ruang khalwat itu dibuka oleh Syekh sambil beliau berkata: "Menurut penglihatan orang banyak, ayah berangkat menuju rumah, padahal masuk ke ruang khalwat ini, sama seperti penglihatanmu tadi".
Kemudian Abdul Jabbar bertanya kepada ayahnya: "Rosululloh bila beliau qodo hajat atau buang air kecil, seketika itu juga bumi menghisapnya sehingga tidak ada bekasnya. Keringatnya harum semerbak seharum minyak kasturi, dan lalat pun enggan hinggap pada badan beliau. Semua yang saya sebut terbukti khususiah, keistimewaan itu sekarang ada pada ayah".
Syekh menjawab "Sesungguhnya Abdul Qodir telah fana secara konstan pada kelestarian diri kakek moyangnya, Nabi Muhammad SAW."
Lalu Abdul Jabbar berkata lagi: "Nabi Muhammad bila beliau berjalan biasanya dipayungi awan berarak, rasanya tidak ada salahnya ayah juga kalau berjalan dipayungi awan ?".
Beliau menjawab: "Hal itu sengaja kita tinggalkan, jangan sampai nanti disangka menjadi Nabi".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
47. MANQOBAH KEEMPAT PULUH TUJUH: SYEKH ABDUL QODIR DIGODA SYETAN
Diriwayatkan, bahwa pada suatu hari syetan menghadap Syekh Abdul Qodir, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa buroq dari Alloh dan mengundangnya untuk menghadap Alloh di langit tertinggi. Syekh segera menjawab bahwa si pembicara tiada lain syetan si iblis, karena baik buroq maupun Jibril tiada akan turun ke dunia selain turun kepada Nabi Muhammad SAW.
Syetan masih punya cara lain, katanya : "Baik Abdul Qodir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu".
"Enyahlah !", bentak Syekh, "Jangan kau goda aku, dan bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Alloh, aku selamat dari perangkapmu".
Ketika Syekh sedang di rimba belantara, tanpa makan dan minum untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Syekh meredakan dahaganya dengan curahan hujan itu. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: "Akulah Tuhanmu, kini kuhalalkan bagimu segala yang haram".
Syekh berkata: "Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk".
Sosok itupun berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: "Dengan ilmumu dan rahmat Alloh, engkau selamat dari tipuanku, padahal aku telah menggoda dan menyesatkan tujuh puluh orang yang sedang menuntut ilmu Ketauhidan".
Lalu muridnya bertanya tentang kesigapan Syekh dalam mengenal bahwa ia syetan. Jawaban beliau dengan pernyataan yang menghalalkan segala yang haram yang membuatnya tahu. sebab peryataan semacam itu tentu bukan dari Alloh.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
48. MANKQOBAH KEEMPAT PULUH DELAPAN : SYEKH ABDUL QODIR MENAMPAR SYETAN
Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir didatangi syetan, sosok tubuhnya buruk menjijikan, pakaiannya compang-camping dan badannya bau busuk, lalu ia berucap: "Saya datang jauh-jauh untuk menghadapmu semata-mata dengan maksud menjadi pelayan Syekh. Semoga saya dapat diterima".
Permintaannya itu diacuhkan Syekh, lalu ditampar mukanya, seketika itu juga ia menghilang tanpa bekas. Saat muncul lagi, ia membawa obor yang menyala, maksudnya ingin membakar Syekh. Lalu beliau mengambil pedang dan ketika akan dilepas, ia kabur terbirit-birit. Tidak lama kemudian ia datang lagi sambil menangis pura-pura minta ampun tidak akan menggoda lagi, padahal diam-diam ia memperlihatkan peralatan untuk menggoda manusia. Syekh berkata: "Enyah kamu !. Berkali-kali kamu datang lagi menggodaku, dan aku tidak akan terpedaya dengan rayuan gombalmu".
Lalu dengan cepat beliau merampas alat-alat itu dari tangan syetan dan diredamnya. Akibat kegagalan usahanya, syetan itu kabur.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
49. MANKOBAH KEEMPAT PULUH SEMBILAN : RAJA BAGHDAD MEMBERI HADIAH UANG KEPADA SYEKH ABDUL QODIR, UANG ITU BERUBAH MENJADI DARAH
Diriwayatkan, raja Baghdad yang bernama Yusup bin Abi Mudhoffar memberi hadiah kepada Syekh Abdul Qodir berupa sepuluh pundi-pundi uang yang diantarkan oleh sepuluh kawula pengawalnya, namun hadiah itu tidak diterima Syekh. Akhirnya raja itu sendiri terjun datang kepada Syekh sambil berkata: "Saya sengaja datang ke sini untuk memberi hadiah bagi Syekh berupa sepuluh pundi uang, jangan sampai tidak diterima".
Lalu Syekh mengambil dua pundi sambil dipijit-pijit pundi uang itu dengan tangan beliau, tiba-tiba terpancarlah darah dari pundi uang itu mengalir keluar.
Syekh berkata: "Coba lihat pundi itu isinya bukan uang melainkan darah manusia melulu, hasil dari pemerasan manusia terhadap manusia, bagaimana mungkin saya harus menerima hadiah ini?".
Menyaksikan kejadian itu, sang raja merasa malu tersipu-sipu.
Syekh berkata: "Dengan adanya peristiwa ini, demi dzat keagungan Alloh, kalau sekiranya nasab keturunannya, silsilahnya tidak sampai menyambung kepada Rosululloh SAW. pasti darah ini akan mengalir menjadi sungai, dan darah itu nantinya akan mengalir ke rumahnya".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
50. MANQOBAH KELIMA PULUH : SYEKH ABDUL QODIR DIMINTA MEMBERIKAN BUAH APEL OLEH RAJA BAGHDAD BUKAN PADA MUSIM BERBUAH
Diriwayatkan, pada suatu hari raja Baghdad datang berkunjung kerumah Syekh Abdul Qodir dengan maksud meminta karomah beliau untuk ketentraman hatinya.
Syekh berkata: "Kiranya apa saja yang perlu saya bantu ?".
Dijawab oleh sang raja, "Saya minta buah apel". Sedangkan pada waktu itu, buah apel belum musimnya berbuah. Lalu tangan beliau diangkat ke atas, pada waktu diturunkan kembali tangannya menggenggam buah apel, yang sebuah diberikan kepada raja, dan yang sebelah lagi dibelah oleh beliau sendiri.
Pada waktu sang raja membelah dan mengupas apel ternyata di dalamnya penuh dengan ulat-ulat (belatung) yang menjijikan.
Lalu raja bertanya, "Mengapa buah apel ini penuh dengan belatung ?", Syekh menjawab "Yah, karena buah itu telah dipegang oleh tangan kotor kedurhakaan".
Mendengar penjelasan dari Syekh, raja terkejut lalu dibacanya istighfar, kemudian ia bertobat di hadapan Syekh. Untuk perkembangan selanjutnya, raja Bagdad itu menjadi mitra Syekh sampai ia mangkat.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
51. MANQOBAH KELIMA PULUH SATU : WASIAT SYEKH ABDUL QODIR KEPADA PUTRANYA ABDUL ROZAK
Syekh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak. Beberapa wasiatnya di antaranya:
"Wahai anakku, semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahNya bagimu dan segenap kaum muslimin. Wahai Ananda, ayah berwasiat
bertakwalah kepada Alloh,
pegang syara’ dan laksanakan dengan sebaik-baiknya dan pelihara pula batas-batas agama. Ketahuilah bahwa thorekatku dibangun berdasarkan al-Qur'an dan sunnah Rosululloh SAW.
Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan jalan kebaikan.
Kamu jangan bersikap tegar hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan, serta musibah yang dihadapimu.
Hendaknya kamu bersikap suka mengampuni kesalahan orang lain, dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin.
Jaga dan pelihara olehmu kehormatan guru-guru,
dan berbuat baiklah jika kamu bertemu dengan orang lain,
beri nasihat yang baik bagi orang-orang besar tingkat kedudukannya, demikian pula bagi masyarakat kecil di bawahmu.
Jangan dibiasakan suka berbantah-bantahan dengan orang lain, kecuali dalam masalah agama.
Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan secara agama berupa ketidak butuhan akan ciptaan, semisal diri.
Tasawuf dicapai lewat kelaparan dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan pribadi yang bersikap tidak banyak bicara apalagi besar mulut.
Jika kamu berhadapan dengan orang miskin, jangan berpintar diri. Jangan dimulai dengan ilmu, sebab unjuk ilmu membuatnya tak senang, dan ia akan jauh darimu. Sebaliknya, hendaklah dimulai dengan kasih sayang, bersikap lembut karena kelembutan membuatnya senang dan lebih dekat padamu.
Tasawuf itu dibangun di atas kerangka landasan yang kokoh pada delapan hal yakni :
1) kedermawanan;
2) rido / pasrah, merasa senang menghadapi kegetiran qodo dan qodar;
3) sabar;
4) isyarat /memberi petunjuk;
5) mengembara / melanglangbuana;
6) berbusana wool/bulu;
7) pelintas rimba belantara / rimbawan; dan
8) fakir / bersahaja, sederhana.
Kedelapan nilai moral itu telah dimiliki oleh:
1) kedermawanan Nabi Ibrahim as;
2) keridoan, kepasrahan Nabi Ishak as;
3) kesabaran Nabi Ayub as;
4) isyaratnya Nabi Zakaria as;
5) berlanglangbuana seperti Nabi Yusuf as;
6) berbusana wool seperti Nabi Yahya as;
7) rimbawannya Nabi Isa as; dan
8) kefakiran, kesederhanaan Nabi Muhammad SAW.
Bila kamu berkumpul bersama-sama dengan orang kaya, perlihatkan kegagahan dan keberanianmu, namun sebaliknya perlihatkan kerendahan hati bila kamu berkumpul dan bergaul dengan orang miskin.
Hendaknya kamu mengikhlaskan diri dalam setiap laku perbuatan, dan kegiatan.
Seharusnya bermudawamah dzikrullah, artinya tiada putus-putusnya mengingat Alloh.
Kamu jangan berprasangka buruk kepada Alloh dalam segala situasi dan kondisi apapun. Demikian pula harus berserah diri kepada Alloh dalam segala tindak perbuatan.
Jangan menggantungkan diri kepada orang lain, percayalah kepada kemampuan dirimu sendiri, baik terhadap keluarga maupun teman sejawat.
Layani, dan selalu perhatikan para fakir miskin, terutama dalam tiga hal yakni: pertama, bersikap tawadu (merendahkan diri);
kedua berbudi pekerti yang baik dan mulia, dan
ketiga, kebeningan hati, dan mengekang hawa nafsu, agar kelak kamu menjadi hidup.
Perhatikan olehmu, bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang berbudi·pekerti yang luhur. Dan amal yang paling utama, ialah memelihara hati dari melirik kepada yang lain, selain hanya kepada Alloh saja.
Bila kamu bergaul bersama orang miskin berwasiatlah dengan jalan kebenaran dan kesabaran.
Tentang masalah dunia, kiranya cukup bagimu dua hal :
pertama bergaul dengan orang miskin,
kedua menghormati wali.
Selain dari pada Alloh, segala sesuatu itu jangan dipandang cukup,
menyerang di bawahmu adalah pengecut, berlagak gagah terhadap sesama, adalah lemah, dan berlaku sombong kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, menunjukkan ketidaksopanan.
Ketahuilah, bahwa Tasawuf dan fakir merupakan dwi tunggal kebenaran yang hakiki, bukan bercanda atau main-main. Oleh karena itu jangan dicampur dengan bercanda.
Sekianlah wasiat ayahanda padamu. Semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya padamu dan pada murid-muridku atau siapapun yang mendengar wasiat yang disampaikan ini, semoga dapat mengamalkannya dengan diiringi keagungan dan syafaat jungjungan kita Nabi Muhammad SAW., Amin Ya Robbal ‘alamin".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
52. MANQOBAH KE LIMA PULUH DUA: PRAKTEK SHOLAT HAJAT DAN TAWASUL KEPADA SYEKH ABDUL QODIR
Dalam kitab Bahjatul Asror, Syekh Abdul Qodlr Jaelani menerangkan: "Barang siapa yang bertawasul minta pertolongan kepadaku dalam kesusahan hidup, akan dihilangkan kesusahan itu. Barang siapa memanggil namaku (istigosah) dalam kesulitan akan diberi kegembiraan. Dan barang siapa yang bertawasul kepadaku untuk keperluan hidup akan dihasilkan maksudnya".
Barang siapa yang sholat sunat Hajat dua rokaat. pada tiap rokaat setelah membaca Fatihah lalu membaca surat lkhlas sebanyak sebelas kali, jadi dalam dua rokaat itu sebanyak dua puluh dua kali surat al-ikhlas.
Setelah mengucapkan salam terakhir, lalu bersujud dan mengucapkan do’a permohonan:
1. Minta diampuni dari segala dosa kesalahan;
2. Mengucapkan rasa terima kasih atas nikmat yang telah diterima;
3. Memohon semoga dihasilkan segala maksud/ cita-cita yang baik.
Setelah usai berdoa lalu berdiri menghadap ke kota Bagdad, dari kita menghadap ke arah barat daya, lalu langkahkan kaki selangkah-selangkah, dan pada setiap langkah disebut maksudnya dan disebut pula nama Syekh Abdul Qodir Jaelani, Insya Allah akan dihasilkan maksudnya.
Bacaan tiap langkah :
Langkah ke-l :
يا شيخ محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Syekh Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-2 :
يا سيد محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Sayyida Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-3 :
يا مولانا محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Maulana MuhyiddinAbduI Qodir Jailani"
Langkah ke-4 :
يا مخدوم محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Makhduma Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-5 :
يا خاوجه محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Khowajah Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-6 :
يا شاه محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Syaah Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-7 :
يا درس محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Darrisa Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-8 :
يا قطب محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Qutba Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-9 :
يا سلطان محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Sulthona Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani"
Langkah ke-10 :
٠ يا غوث محي الدّين عبد القادر الجيلاني:
"Ya, Gaotsa Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani "
Langkahke-ll :
يا سيّد السادات محي الدّين عبد القادر الجيلاني
"Ya, Sayyidas Saadaati Muhyiddin Abdul Qodir Jaelani" ·
Lalu ditutup dengan doa :
أللهم لك الكل و بك الكل ومنك الكل و إليك الكل وأنت الكل و كل الكل برحمتك يا أرحم الرحمين
Allohumma lakal kullu, wa bikal kullu, wa minkal kullu, wa ilaikalkullu, wa antal kullu, wa kullul kulli, birohmatika ya, arhamarrohimiin.
Kemudian membaca:
يا عبيد الله أغثني بإذن الله ويا شيخ الثقلين أغثني و أمددني في قضاء حواءجي
Ya ubaidalloh agisnii bi idznilah wa yasyaikhos sakolain agisnii waamdidniifi qo doi hawaaiji.
*Dalam praktek melangkah hendaknya disesuaikan dengan situasi tempat.
Sholat sunnat Hajat ini sebaiknya dilaksanakan setiap malam sebelum tidur atau setelah sholat Isya, yang diawali sholat Lisyukril Wudu (sholat sunnat Tohur), sholat Mutlak, sholat Istikhoroh, lalu sholat sunnat Hajat seperti di atas.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
53. MANQOBAH KELIMA PULUH TIGA: SYEKH ABDUL QODIR WAFAT
Menjelang akhir hayat Syekh, malaikat Izroil datang mengunjungi Syekh di kala matahari akan terbenam ke peraduannya. Malaikat Izroil itu datang membawa surat dari Alloh SWT. Buat Syekh dengan alamat sebagai berikut:
يصل هذا المكتوب من المحب الى المحبوب
"Yashilu Hadzal Maktuubu Minal Muhibbi Ilal Mahbubi (Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada wali yang dikasihi)". Kemudian surat tersebut diterima oleh putranya yang bernama Sayyid Abdul Wahab.
Setelah diterima, masuklah dia bersama malaikat Izroil, sebelum surat dihaturkan kepada Syekh, beliau sudah mengerti bahwasanya beliau akan pindah ke alam 'uluwi, alam tinggi yakni meninggal dunia.
Syekh berkata kepada putra-putranya: "Jangan terlalu dekat, supaya menggeser agak jauh, karena lahiriahnya aku bersama-sama dengan kamu, sedang batiniahnya aku bersama dengan selain kamu, dan supaya diperluas ruang ini, karena hadir selain daripadamu, tunjukkan sopan santunmu.
Siang dan malam harinya, tak henti-hentinya beliau mengucapkan:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته غفر الله لي ولكم تاب الله عليّ وعليكم بسم الله غير مودعين
"Wa 'alaikus Salam Warahmatullahi wabarakatuh Gofarollohu Lii Walakum, Taa-ballahu alaiyya wa alaikum. Bismillahi gaeri Muu-di-'ina".
Dan membaca:
وادخلوا في صفّ الأول أذا أجيء عليكم رفقا رفقا وعليكم السلام أجيء إليكم
" Wadkhuluu fi shaffi-l awwali. Idzan ajii-u Ilaikum. Rifqon Rifqon Wa 'alaikumussalaam Ajiu Ilaikum".
Dan dibaca:
قفوا اتاه الحقّ وسكرة الموت
"Qifuu Ataa—hul Haqqu Wa Sakaratul Mauti".
Beliau berpesan: "Jangan ada yang menanyakan apapun kepadaku, karena aku sedang bolak-balik dalam lautan ilmunya Alloh", lalu dibacakan :
إستعنت بلاإله إله إلا الله سبحانه وتعالى والمحي اللذي لا يخش الفوت سبحان من تعزز بالقدرة و قهر عباده بالموت لاإله إلا الله
لاإله إله إلا الله سبحانه وتعالى والمحي اللذي لا يخش الفوت سبحان من تعزز بالقدرة و قهر عباده بالموت لاإله إلا الله محمد رسول الله تعزز تعزز الله الله الله...........
"Ista'antu Bi Laa ilaaha illallohu, Subhanahuu Wata'ala Wal Muhyil-ladzi Laa Yakhsyal Fautu. Subhaana Man taaz-zaza Bil Qudrati Waqahri ’Ibaa-dahu Bil Mauti La Ilaa-ha Illallohu, Subhaa-nahu Wata'alaa Walhayyil-ladzi La Yakhsal gautsu, Subhaana Man taaz-zaza Bil Qudrotika Waqohri 'ibaa-dahu Bil Mauti Laa i1aa-ha illallohu Muhammadur Rosulullohil Taaz-zaza. Ta‘az-zaza, Allohu, Allohu, Allohu".
Terdengar suaranya nyaring, lalu suara lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah. Ridwanallahu ‘Anhu.
Syekh wafat pada malam Senin ba‘da lsya. pada tanggal 11 Rabi'u1Akhir tahun 561 Hijriyah (1166 Masehi ) pada usia 91 tahun.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
54. MANQOBAH KELIMAPULUH EMPAT : SYEKH ABDUL QODIR BERTEMU DENGAN WALI PEMBIMBING SYEKH HAMAD WALI BESAR PADA ZAMANNYA BELIAU
Selama belajar di Bagdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, beliau mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, beliau cepat menguasai ilmu pada masa itu. Beliau membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi kerinduan rohaniah yang mendalam dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan dalam masa mudanya tenggelam dalam belajar. Beliau gemar mujahadah yakni penyaksian langsung akan segala kekuasaan dan keadilan Alloh melalui mata hatinya.
Beliau sering berpuasa dan tidak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makan. Di Bagdad beliau sering menjumpai orang-orang yang berpikir secara rohaniah dan bergaul dengan mereka.
Dalam masa pencarian inilah beliau bertemu dengan Syekh Hamad, seorang penjual sirup yang merupakan wali besar pada zamannya. Lambat laun wali ini menjadi pembimbing rohani Syekh Abdul Qodir. Syekh Hamad adalah seorang wali yang sangat keras, karenanya diperlakukan sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon Ghaots ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan rohaninya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
55. MANQOBAH KELIMA PULUH LIMA : SYEKH ABDUL QODIR DENGAN LATIHAN-LATIHAN ROHANINYA
Setelah menyelesaikan studinya, beliau kian keras terhadap dirinya. Beliau mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada sholat dan membaca al-Qur‘an. Sholat demikian menyita waktunya sehingga beliau sering sholat Subuh tanpa berwudu lagi karena belum batal.
Diriwayatkan pula, beliau kerap kali tamat membaca al-Qur'an dalam satu malam. Selama latihan rohaninya ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga beliau tidak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, beliau berkeliling padang pasir. Akhirnya beliau tinggalkan Bagdad dan menetap di Syutsar, l2 hari perjalanan dari Bagdad.
Selama sebelas tahun beliau menutup diri dari keramaian dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Beliau menerima Nur yang dicarinya. Dari sifat kehewanannya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
56. MANKOBAH KELIMA PULUH ENAM: SYEKH ABDUL QODIR MELAKSANAKAN KEGIATAN IBADAHNYA DAN WIRID YANG BELIAU BACA
Diriwayatkan, para ulama menerangkan bahwa Syekh Abdul Qodir mempunyai murid yang tetap sebanyak enam puluh orang. Mereka belajar tiap hari, bagi mereka yang tidak mempunyai pena Syekh memberi hadiah baginya, dan mereka yang ingin mempunyai sejarah silsilah guru, beliau sendiri yang menulisnya. Apabila beliau batal dari wudu, beliau melaksanakan mandi wajib pengganti wudu. Pernah terjadi pada suatu malam beliau menderita sakit perut, sampai lima puluh kalau beliau bolak-balik pergi ke kakus untuk qodo hajat, dan setiap balik itu selalu beliau melaksanakan mandi wajib. Adakalanya beliau langsung sendiri pergi ke pasar berbelanja untuk makanan fakir miskin, hal ini kalau terlihat pelayannya sedang istirahat. Syekh tidak merasa canggung bekerja seperti menumbuk, memasak makanan lalu membagikannya kepada fakir miskin. Syekh sangat menghormati para penziarah yang datang berkunjung kepada beliau. Jarang sekali beliau makan daging atau makan makanan yang serba enak dan mewah. Pribadi beliau sangat tawadu, ikhlas lillahi ta’ala. Beliau sering berbelanja ke pasar untuk memenuhi keperluan dan permintaan keinginan anak-anak. Karomah beliau jarang diperlihatkan atau dipamerkan kepada umum, malah seringkali disembunyikan. Pernah beliau berkata: "Barang siapa yang memperlihatkan, memamerkan karomah, tiada lain ia hanya mengharapkan duniawiyahnya saja, kecuali kalau diperintah Alloh, atau karena motivasi hikmah". Pada setiap hari beliau melaksanakan sholat sunnat seribu rokaat banyaknya, yang dibaca surat Mujammil, Surat Rohman. Bila membaca surat Al-lkhlas sekurang-kurangnya dibaca seratus kali. Setiap melaksanakan sholat fardu diakhiri dengan khatarn al-Qur'an. Tiap malam beliau membaca Asma Arbainiyyah enam ratus kali banyaknya, demikian pula pada siang harinya. Seusai sholat Duha, sholat Asar, dan ba’da sholat Tahajud beliau membaea doa Saefi, lalu beliau membaca Sholawat Kubro, Asmaul Husna. Asmaun Nabawi, dan setiap bacaan sebanyak seribu kali. *** اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan. ***
57. MANQOBAH KELIMA PULUH TUJUH : SYEKH NAQSYABANDI MENERIMA TALKIN ZIKIR ISMUDZAT DARI SYEKH ABDUL QODIR
Syekh Abdullah Al Balko meriwayatkan dalam kitab Khawariqul Ahtab Fi Ma'rifatil Akhtob pada bab kedua puluh lima: "Saya menerima berita dari Khowajaki Sarmasat, ia mendengar pembicaraan guru-guru (para Syekh Kamilin) yang bertempat tinggal di negara Bukhori, mereka menceritakan bahwa Syekh Abdul Qodir Ghaotsal 'Adhom pada suatu hari beliau berdiri diatas pagu, loteng sebuah rumah menghadap ke arah kawasan Bukhoro. Di sana beliau bersama-sama dengan jamaah ikhwan, beliau mencium wangi kemuliaan, lalu Syekh berkata: "Nanti sepeninggalku, pada masa seratus lima puluh tujuh tahun yang akan datang, akan lahir seorang anak lelaki Qolandi Muhamadi, nama lengkapnya Syekh Bahauddin Muhammad An-Naqsyabandi. Dia akan memperoleh limpahan nikmat keistimewaanku", dan hal ini terbukti seperti apa yang dikatakan Syekh.
Diriwayatkan pula, pada waktu Syekh Naqsyabandi setelah beliau menerima baiat pentalkinan dari gurunya As-Sayyid Amir Kulal, gurunya memerintahkan kepada Syekh Naqsyabandi agar thorekatnya itu dihayati dengan sungguh-sungguh, dengan menguatkan ingatannya kepada lsmul 'Adhom. Dirasakan oleh beliau bahwa Ismu Dzat itu masih labil, belum mantap dalam hatinya, sehingga timbul rasa cemas, lalu berangkatlah menuju suatu lapangan, kebetulan di sana beliau bertemu dengan Nabi Khidir a.s. Setelah disambut dengan ucapan salam, Nabi Khidir a.s. berkata: "Wahai Bahauddin, sesungguhnya Ismu Dzat itu telah sampai padaku, telah kuperoleh dari Syekh Abdul Qodir, oleh karena itu saya anjurkan padamu agar kami bertawajjuh rabithoh kepada Syekh Abdul Qodir untuk memperoleh keberkahannya".
Pada malam harinya, Syekh Bahauddin mimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir, langsung beliau memberi isyarat dengan jari tangan kanannya ke arah dada Syekh Bahauddin, lalu beliau mencap mentalkin lsmul 'Adhom itu pada hatinya. Setelah ditalkin, terasa kemantapan dan bisa menghayati sesuatu yang dicemaskan tadi. Keesokan harinya telah dikenal di kalangan masyarakat di tempat itu hal yang telah dialami Syekh Bahauddin, lalu mereka menanyakannya. Syekh Bahauddin menjawab: "Sesungguhnya ini suatu pelimpahan dari segala kelimpahan suatu inayah, pada malam keberkahan itu, saya telah memperoleh limpahan kenikmatan dari Gaotsal 'Adhom dan pada malam itu saya melihat bertambahnya peningkatan kondisi mental kerohanianku".
Pada masa itu telah mashur di kalangan masyarakat dan para wali bahwa Syekh Bahauddin telah dicap Ismudzat pada hatinya oleh Syekh Abdul Qodir. Demikian pula halnya Syekh Abdul Qodir mencap, mentalkin lsmul 'Adhom (Ismu Dzat) pada hati murid-muridnya.
Kemudian banyak para wali yang datang berkunjung kepada Syekh Bahauddin, mereka menanyakan tentang pandangannya atas perkataan Syekh Abdul Qodir: "Qodamii ‘Alaa Roqobati Kulli Waliyulloh". Syekh Bahauddin menjawab "Sesungguhnya menurut pandanganku beliau itu bukan hanya sekedar memijak pundak, tapi "’Alaa ‘aeni au ’alaa Bashirotti (Memijak pada mataku atau pada mata hati nuraniku)".
***
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
DOA MANQOBAH
ilà hadlroti sulthònul auliyå-i wa qudwatil ashfiyà-i quthbir robànì wal ghoutsush shomadànì sayyidì assayyid 'abdul qòdir aljailànì
-alfàtihah-
allòhhumma sholli wa sallim 'alà sayyidinà wa habìbìna wa syafi'ìnà wa maulànà muhammadiw wa 'alà àlihhì wa ashhàbihhì ajma'ìna.
-àmìn-
allòhhumma bi asmà-ikal husnà wa bi-asmà-i nabiyyikal mushthofà wa bi-asma-i waliyyika 'abdul qòdiril mujtabà thohhhir qulùbanà ming kulli washfiy yubà'idunà 'ang musyàhhadatika wa mahabbatika wa amitnà 'alàs sunnati wal jamà'ati wa syarrih bihhà shudùronà wa yassir bihhà umùronà wa farij bihhà hhumùmanà waksyif bihhà ghumù manà waghfir bihhà dzunùbanà waqdli bihhà duyùnanà wa ashlih bihhà ahwàlanà wa balligh bihhà åmàlanà wa taqobal bihhà taubatanaa waghshil bihhà haubatanà wangshur bihhà hujjatanà waj 'alnà bihhà minal muttabi'ìna lisyarì'ati nabiyyikal muttashifìna bimahabbatihhìl muhtadìna bihhadyihhì wa sìrotihhì wa taffanà bihhà 'alà sunnatihhì wa là tahrimnà fadl-la syafà'atihhì wahsyurnà fì zumrotihhì wa atbà'ihhìl ghurril muhajjalìna wa asy-yà'ihhis sàbiqìna wa ash-hàbihhil yamìni yå arhamar ròhimìna.
***
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata :
Hai pemuda…! Nasihatilah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum kamu
menasihati orang lain. Janganlah engkau berlebih-lebihan dalam
menasihati orang lain sedangkan dalam dirimu sendiri masih bersemayam
sesuatu yang engkau perlu perbaiki Celakalah engkau…! Sekiranya engkau
tahu bagaimana membersihkan orang lain, sedangkan engkau buta untuk
membersihkan dirimu sendiri. Bagaimana seorang yang buta dapat memimpin
orang lain.
Sebenarnya membaca penggalan _Nasihat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani _
di atas, bikin merinding duluan. Untuk itu ini sebagai penegasan, kalo
saya tidak mencoba meberi nasihat kepada anda sekalian, yang saya tulis
ini adalah semata-mata Nasihat dari _Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
untuk kita
semua, khususnya saya pribadi yang masih banyak berbuat dosa dan salah.
Semoga bermanfaat dan menjadi renungan kita semua untuk bisa menjadi
orang yang lebih baik lagi...aamiin.
TUNDUKKAN NAFSUMU SEBELUM ENGKAU DITUNDUKKANNYA.
(disampaikan di Madrasah al-Ma’murah,hari Ahad pagi,3 Syawal 545 H)
Sesungguhnya, siapa yang ingin memperbaiki dirinya, maka hendaklah dia
berlatih memerangi nafsunya, sehingga dirinya bebas daripada cengkaman
nafsu kerana seluruh nafsu itu mengajak kepada kejahatan.
Hai pemuda…! Nasihatilah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum kamu
menasihati orang lain. Janganlah engkau berlebih-lebihan dalam
menasihati orang lain sedangkan dalam dirimu sendiri masih bersemayam
sesuatu yang engkau perlu perbaiki Celakalah engkau…! Sekiranya engkau
tahu bagaimana membersihkan orang lain, sedangkan engkau buta untuk
membersihkan dirimu sendiri. Bagaimana seorang yang buta dapat memimpin
orang lain.
“Wahai hati…! Wahai roh…! Wahai manusia..! Wahai jin…! Wahai orang-orang
yang berharap kepada Maha Raja..! Marilah kita ketuk pintu Maha Raja.
Bersegeralah kamu kepada-NYA dengan tapak hatimu, dengan tapak takwa dan
tauhid kamu, makrifat dan kewarakan kamu yang tinggi, kezuhudan kamu di
dunia, di akhirat dan didalam sesuatu selain daripada yang berkaitan
secara langsung dengan Tuhanmu”.
SEGERA MENCAPAI PINTU TAUBAT
(Ahad,10 Syawal 545 H)
Sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, maka hendaklah dia
mencapainya, kerana sesungguhnya ia tidak mengetahui, bila pintu itu
akan tertutup baginya”
Wahai pemuda. “Bertaubatlah kamu. Bukankah kamu telah melihat, bahawa
Allah akan menguji kamu dengan berbagai dugaan hingga kamu bertaubat…?
Sementara engkau tidak berfikir, mlahan engkau bertahan dalam
kederhakaanmu itu.
_Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
berkata : “Tetaplah engkau untuk sentiasa redha dengan Allah, dalam
keadaan petaka atau sengsara, dalam keadaan miskin atau kaya, dalam
keadaan susah atau senang, dalam keadaan sihat atau sakit, dalam keadaan
buruk atau baik, ketika memperoleh yang engkau kehendaki atau tidak. Aku
tidak tahu ubat apa yang sesuai untukmu, selain daripada menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah yang Al-Haq. Jika dia menetapkan sesuatu
yangmerugikan kamu, janganlah kamu benci kepada-NYA serta jangan pula
kamu menjauhkan diri daripadanya.Kerana semua itu adalah ujian dan
cubaan terhadapmu.
-jika sedar dan berubah,pasti Allah menukarkan kegelisahmu dengan
ketenangan dan jiwamu akan menjadi tenang,tenteram dalam mentauhidkan-Nya.
Jika Al-Haq menghendaki agar hambanya menjadi baik, maka Dia akan
memberikan Hidayah, mengajar mereka, mengawasi mereka, menerangi mereka,
memberikan kesempatan kepada mereka, mendekatkan mereka kepada-Nya dan
memberikan sinar kedalam hati mereka.
Celakalah kamu, kamu membaca dan menghafal sunnah Rasulullah, tetapi
kamu tidak mengamalkannya. Engkau menyuruh manusia mengerjakan kebaikan
sedangkan engkau sendiri tidak melakukannya.
Seperti Firman Allah SWT dalam surah Al-Shaf ayat 3 yang bermaksud :
“Sebesar-besar kebencian Allah, ialah bahawa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan”
Sesiapa yang telah beramal sehingga kemudian mereka mencapai satu
kedudukan(maqam) dimana tiada lagi perintah ataupun larangan. Tidak
henti-henti mereka menyendiri(khalwat) bersama ALLAH. Kerana
meninggalkan ibadah-ibadah wajib, bermakna seorang itu telah jatuh
Zindiq. Tidak ada kewajipan yang gugur dari seseorang, walau dalam
keadaan bagaimana juapun dia, atau apa pun tahap dan maqamnya.
Wahai kaumku, Ambillah nasihat dari Al-Quran itu dengan mengamalkannya,
bukan dengan mendiskusi, memperdebat, atau menseminarkannya.
“Tidak akan ada kebahagiaan di hatimu, apabila disana bersemayam sesuatu
selain Allah, bahkan seandainya kamu sujud selama seribu tahun diatas
bara api sekalipun, sementara hatimu kepada selain Allah, maka hal itu
tidak bermanfaat kepadamu.
Hati..! Hatilah yang beriman…! Hatilah yang mengesakan Allah…! Hatilah
yang memurnikan aqidah..! Hatilah yang ikhlas…! Hatilah yang bertakwa…!
Hatilah yang memelihara diri daripada yang Haram dan Syubhat…! Hatilah
yang yakin…! Hatilah yang zuhud…! Hatilah yang arif…! Hatilah yang
beramal…! Hatilah yang memimpin seluruh tubuh manusia, sementara seluruh
anggota adalah anggota pasukan dan pengikutnya. Oleh itu, jika kamu
ingin menyucapkan LAILA HAILLALLAH, maka lebih dulu hendaklah kamu
ucapkan dengan hatimu, kemudian kamu iringinya dengan lidah.
Jihad Batin – Lebih berat dari jihad zahir kerana jihad batin adalah
satu jihad yang berterusan. Bermaksud memutuskan semua kehendak dan
dorongan hawa nafsu untuk melakukan perkara-perkara yang terlarang serta
mengekang keinginan terhadapnya.
Wahai hamba…! Setiap yang engkau pandang sebagai kebaikan dan engkau
mencintainya, maka cintamu itu adalah bukan cinta yang sejati. Engkau
sedang terpedaya. Cinta yang hakiki adalah cinta yang tidak berubah,
iaitu cinta kepada Allah, yakni cinta yang engkau lihat dengan dua mata
hatimu, iaitu cinta para Al-Shiddiqin Ruhaniyyin. Mereka tidam menyintai
dengan keimanan mereka, tetapi dengan keyakinan dan mata hati mereka.
Terbukalah hijab yang menyelubungi mata hati mereka, sehingga mereka
mampu melihat apa yang ada di alam ghaib, melihat sesuatu yang tidak
mungkin bagi mereka untuk menjelaskannya.
Seorang yang berzuhud dan berada pada tahap permulaan, mesti
menghindarkan diri daripada semua manusia dan orang-orang fasiq yang
melakukan maksiat. Tetapi setelah mencapai tahap kesempurnaan, dia tidak
akan menghindarkan,diri bahkan dia akan mencari mereka kerana penawar
mereka itu ada padanya. Kerana apabila seseorang itu telah mengenal
Allah, dia tidak akan menghindar dari sesuatu apapun dan tidak akan
takut selain daripada Allah. Barangsiapa yang sudah sempurna ma’rifatnya
kepada Allah, maka ma’rifat itulah yang akan menjadi pemandu baginya.
Seseorang bertanya kepada Syeikh bagaimana untuk mengeluarkan cinta
kepada dunia.
“Hendaklah engkau melihat dengan kedua-dua mata hatimu kepada cacat-cela
dunia ini. Perangilah hawa nafsumu hingga ia menjadi tenang. Jika
nafsumu telah tenang, maka engkau akan mampu melihat cacat-cela dunia
ini dan kamu akan bersikap zuhud terhadap dunia ini. Ketenangan itu akan
wujud jika engkau memandang dari hati dan menyesuaikannya dengan bisikan
batinmu.
“Jika engkau menginginkan kema’rifatan kepada Allah, maka engkau
redhalah dengan qada dan qadar-Nya, dan janganlah engkau jadikan nafsu,
syahwat, perangai, dan keinginanmu sebagai sekutu bagi-Nya dalam
kedua-dua hal tersebut.”
Ketahuilah bahawa para guru amal dan guru ilmu akan menunjukkan engkau
jalan menuju Allah. Langkah tahap pertama ialah dengan perkataan, dan
pada tahap kedua ialah dengan mengamalkannya. Dengan cara ini, engkau
akan bertemu dengan Allah.
Beramallah engkau kepadanya dan janganlah engkau mengharapkan pahala
yang banyak. Beramallah dengan tujuan untuk mencapai dan meraih
keredhaannya serta kedekata kepadanya. Pahala adalah keredhaan-Nya
kepadamu dan kedekatanmu kepada-Nya dunia dan akhirat.
Peringkat pertama ialah engkau belajar kepada makhluk berkenaan hokum.
Kemudian pada peringkat kedua hendaklah engkau belajar dari Khaliq
mengenai ilmu Ladunni, Yakni ilmu-ilmu yang khusus untuk hati dan batin.
Oleh itu carilah guru yang mursyid, kerana engkau tidak dapat belajar
tanpa guru.
Barangsiapa di antara kamu yang ingin menghidupkan hatinya, maka
hendaklah dia membiasakan berzikir kepada Allah didalam hatinya itu dan
hendaklah dia merasakan ketenteraman bersama-Nya.Wahai hamba…!
Berzikirlah engkau kepada Allah dengan hatimu sebanyak seribu kali dan
dengan lisanmu sekali.
Berzikir yang dilakukan hanya dengan lisan tanpa menggunakan hati, tidak
memberikan kemuliaan kepadamu. Zikir adalah zikir hati dan zikir batin,
kemudian zikir lisan. Berzikirlah kamu kepada-Nya, sehingga zikir itu
melebur dosa-dosamu, dengan demikian engkau tidak menanggung dosa sama
sekali.
Ketahuilah…! Bahawa taubat itu adalah pusat kekuasaan dan menyesali
segala perbuatan. Tanggalkanlah baju kederhakaanmu itu dengan taubat
yang tulus ikhlas. Jika engkau bertaubat, hendaklah taubat itu lahir
dari hatimu, bertaubatlah engkau zahir dan batin.
Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah,
patuhilah selalu kepada Allah dan Rasul- Nya, jangan melanggar. Junjung
tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia. Sucikanlah Dia senantiasa
dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya.
Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun. Bersabarlah
selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. Beristiqomahlah.
Berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah. Bekerjasamalah
dalam ketaatan dan jangan berpecah-belah. Saling mencintailah dan jangan
saling mendendam. Jauhilah kejahatan dan jangan ternoda
olehnya.Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu, jangan
menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu, jangan berpaling dari- Nya.
Segeralah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu dalam
memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang mahupun malam, (jika kamu
berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia,
terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di syurga, bertemu Allah,
menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di syurga dan tinggal di
dalamnya untuk selamanya, mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria
dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, dan melodi-melodi
hamba-hamba sahaya wanita, dengan kurnia-kurnia lainnya, termuliakan
bersama para nabi, para shiddiq, para syahid, dan para shaleh di syurga
yang tinggi.
_ _
_Nasihat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani_
Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala
hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak
lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang
menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan
kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua
ini - berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya,
menonjolkan diri, dan kerananya, mengeluarkan bau busuk.
Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan memerhatikan kebusukannya,
dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu pula kau berlaku terhadap
dunia, bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari segala
kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau
aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bahagianmu menghampirimu
segera, dan kau menikmatinya.
Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya:
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan
kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia,
untuk Kami uji mereka dengannya, dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan lebih
kekal." (QS.20 -Thaaha :131)
_Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani_ berkata :
Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk kahwin, padahal kau
fakir dan miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan
berharaplah senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu
berkeinginan seperti itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di
dalam hatimu, niscaya Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan
keinginan itu darimu) atau dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu
itu, dengan mengurniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di
dunia dan akhirat.
Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mahu bersyukur, kerana kesabaranmu
dan keredhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya kesucian dan
kekuatanmu.
Dan Allah berjanji untuk senantiasa menambah kurnia-Nya atas orang-orang
yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya :
"Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (QS.Ibrahim: 7)
Maka bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada
perintah-perintah-Nya. Redhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan
berharaplah akan redha dan kurnia-Nya.
Sungguh Allah sendiri telah berfirman:
"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka
tanpa batas." (QS. Az Zumar : 10)
Assalamaualaikum Wr. Wb.
Pada kesempatan sebelumnya saya pernah menulis tentang _6 Wasiat
Sayyidina Umar bin Khattab ra.
Jika belum membaca silahkan dibaca terlebih dahulu.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi sebuah_kisah yang cukup
mengharukan Umar bin Khattab
dengan salah satu putranya Abu Syahamah. _Umar bin Khattab ra.
adalah salah seorang khalifah yang terkenal dengan ketegasannya dalam
memimpin, Beliau tidak pernah memandang bulu ketika hukum-hukum Allah
haru dijalankan, termasuk keluarganya sendiri.
Sayyidina Umar mempunyai beberapa orang anak laki-laki, di antaranya
ialah Abdul Rahman bin Umar. Ia juga terkenal dengan panggilan Abu
Syahamah.
Suatu hari Abu Syahamah diuji oleh Allah dengan satu penyakit yang
dideritainya selama kira-kira setahun. Berkat kesabaran dan usahanya
akhirnya penyakit tersebut dapat disembuhkan. Sebagai rasa syukur dan
tanda gembira terlepas dari ujian Allah ini, Abu Syahamah yang sudah
lama tidak keluar rumah itu, menghadiri majlis jamuan besar-besaran di
sebuah rumah perkampungan Yahudi atas jemputan kawan-kawannya yang juga
terdiri daripada kaum Yahudi. Abu Syahamah dan kawan-kawannya berpesta
sehingga lupa kepada larangan Allah dengan meminum arak sehingga mabuk.
Dalam keadaan mabuk itu, Abu Syahamah pulang melintasi pagar kaum Bani
Najjar. Dia melihat seorang perempuan Bani Najjar sedang berbaring, lalu
mendekatinya dengan maksud untuk memperkosanya. Ketika perempuan itu
mengetahui maksud buruk dari Abu Syahamah tersebut, dia berusaha untuk
melarikan diri sehingga berhasil mencakar muka dan merobek baju Abu
Syahamah. Malangnya dia tetap saja tidak berdaya menahan Abu Syahamah
yang sudah dikuasai oleh syaitan. Akhirnya terjadilah pemerkosaan tersebut.
Akibat pemerkosaan tersebut perempuan itu hamil. Setelah sampai masanya
anak yang dikandung oleh perempuan itu pun lahir, lalu anak tersebut
dibawa ke Masjid Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam untuk mengadap
Amirul Mukminin untuk mengadukan hal kejadian yang menimpa dirinya.
Kebetulan yang menjabat sebagai khalifah pada waktu itu ialah Sayyidina
Umar ibnu Khattab.
"Wahai Amirul Mukminin, ambillah anak ini kerana engkaulah yang lebih
bertanggungjawab untuk memeliharanya daripada aku."
Mendengar kenyataan tersebut, _Sayyidina Umar bin Khattab ra.
merasa terkejut dan heran. Perempuan itu berkata lagi: "Anak kecil ini
adalah keturunan darah daging anak tuan yang bernama Abu Syahamah."
Sayyidina Umar bertanya: "Dengan jalan halal atau haram?"
Perempuan itu dengan berani menjawab: "Ya Amirul Mukminin, Demi Allah
yang nyawaku di tanganNya, dari pihak aku anak ini adalah halal dan dari
pihak Abu Syahamah, anak ini haram." Sayyidina Umar semakin kebingungan
dan tidak mengerti maksud perempuan Bani Najjar ini lalu menyuruh
perempuan ini berterus terang.
Perempuan itu pun menceritakan kepada Sayyidina Umar peristiwa yang
menimpa dirinya sehingga melahirkan anak itu. Sayyidina Umar mendengar
pengakuan perempuan itu sehingga meneteskan air mata. Kemudian Sayyidina
Umar menegaskan: "Wahai perempuan jariyah (jariyah adalah panggilan
budak perempuan bagi orang Arab), ceritakanlah perkara yang sebenarnya
supaya aku dapat menghukum perkara kamu ini dengan sebenar-benarnya dan
seadil-adilnya."
Perempuan itu menjawab: "Ya Amirul Mukminin, penjelasan apa yang tuan
kehendaki daripadaku? Demi Allah!, Sesungguhnya aku tidak berdusta dan
aku sanggup bersumpah di hadapan mushaf al-Qur'an."
Lalu Sayyidina Umar mengambil mushaf al-Qur'an dan perempuan itu pun
bersumpah dari surah al-Baqarah hingga surah Yassiin. Kemudian bertegas
lagi: "Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya anak ini adalah dari darah
daging anakmu Abu Syahamah." Kemudian Sayyidina Umar berkata: "Wahai
jariyah! Demi Allah engkau telah berkata benar." Kemudian beliau
berpaling kepada para sahabat, katanya "Wahai sekalian sahabat
Rasulullah, aku berharap kamu semua tetap di sini sehingga aku kembali."
Tak lama kemudian Sayyidina Umar datang lagi sambil membawa uang dan
kain untuk diberikan kepada perempuan malang itu: "Wahai jariyah,
ambillah uang sebanyak tiga puluh dinar dan sepuluh helai kain ini dan
halalkanlah perbuatan anakku terhadapmu di dunia ini dan jika masih ada
yang kurang, maka ambillah sewaktu berhadapan dengan Allah nanti."
Perempuan itu pun mengambil uang dan kain yang diberikan oleh Sayyidina
Umar lalu pulang ke rumah bersama-sama dengan anaknya.
Setelah perempuan itu pulang _Sayyidina Umar bin Khattab ra.
berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Wahai sekalian sahabat Rasulullah,
tetaplah kamu di sini sehingga aku kembali."
Sayyidina Umar terus pergi menemui anaknya Abu Syahamah yang ketika itu
sedang menghadapi hidangan makanan. Setelah mengucap salam dia pun
berkata: "Wahai anakku, kesinilah dan marilah kita makan sama-sama.
Tidakku sangka inilah hari terakhirmu untuk kehidupan dunia."
Mendengar perkataan ayahnya itu, Abu Syahamah terkejut seraya berkata,
"Wahai ayahku, siapakah yang memberitahu bahawa inilah hari terakhir
bekalanku untuk kehidupan dunia? Bukankah wahyu itu telah putus setelah
wafatnya Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam."
Kata Sayyidina Umar: "Wahai anakku, berkata benarlah sesungguhnya Allah
Maha Melihat dan Dia tidak dapat dilihat dengan pandangan mata dan
Dialah Maha Luas Penglihatannya." Sambung Sayyidina Umar lagi: "Masih
ingatkah engkau, hari dimana engkau pergi ke satu majlis di perkampungan
Yahudi dan mereka telah memberikan kamu minum arak sehingga kamu mabuk?
Kemudian dalam keadaan mabuk kamu pulang melintasi perkampungan Bani
Najjar di mana engkau bertemu dengan seorang perempuan lalu
memperkosanya? Berkata benarlah anakku, kalau tidak engkau akan binasa."
Abu Syahamah mendengar kenyataan ayahnya itu dengan perasaan malu sambil
diam membisu. Dengan perlahan beliau membuat pengakuan: "Memang benar
aku lakukan hal itu, tapi aku telah menyesal di atas perbuatanku itu."
Sayyidina Umar menegaskan: "Tiada guna bagimu menyesal setelah berbuat
suatu kerugian. Sesungguhnya engkau adalah anak Amirul Mukminin tiada
seorang pun yang berkuasa mengambil tindakan ke atas dirimu, tetapi
engkau telah memalukan aku di hadapan sahabat Rasulullah Sallallahu
'Alaihi Wasallam."
Kemudian Sayyidina Umar memegang tangan Abu Syahamah lalu membawa ke
tempat para sahabat yang sudah sekian lama menunggu.
"Mengapa ayahanda melakukan ini?" Tanya Abu Syahamah.
"Kerana aku mau tunaikan hak Allah semasa di dunia supaya aku dapat
lepas daripada dituntut di akhirat kelak," jawab _Sayyidina Umar bin
Khattab ra.
Abu Syahamah dengan cemas merayu: "Wahai ayahandaku, aku mohon dengan
nama Allah, tunaikanlah hak Allah itu di tempat ini, jangan malukan aku
di hadapan sahabat Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam."
Jawab Sayyidina Umar: "Engkau telah membuat malu dirimu sendiri dan
engkau telah menjatuhkan nama baik ayahmu."
Ketika sampai di hadapan para sahabat mereka pun bertanya: "Siapakah di
belakangmu wahai Amirul Mukminin?" Jawab Sayyidina Umar: "Wahai
sahabatku, sesungguhnya di belakang aku ini adalah anakku sendiri dan
dia telah mengaku segala perbuatannya, benarlah perempuan yang
menyampaikan khabar tadi."
Kemudian Sayyidina Umar memerintah budaknya (hambanya): "Wahai Muflih,
pukullah anakku Abu Syahamah, pukulah dia dengan rotan dia sehingga dia
merasa sakit, jangan kasihani dia, setelah itu kamu aku merdekakan
kerana Allah."
Muflih agak keberatan untuk melakukannya kerana khuatir tindakannya itu
akan memberi mudharat kepada Abu Syahamah, tetapi terpaksa mengalah
apabila diperintah oleh Sayyidina Umar. Tatkala dia memukul Abu Syahamah
sebanyak sepuluh kali, kedengaranlah Abu Syahamah dalam kesakitan:
"Wahai ayahandaku, rasanya seperti api yang menyala pada jasadku."
Jawab Sayyidina Umar: "Wahai anakku, jasad ayahmu ini terasa lebih panas
dari jasadmu."
Kemudian Sayyidina Umar memerintah Muflih memukul sebanyak sepuluh rotan
lagi. Berkata Abu Syahamah: "Wahai ayahandaku, tinggalkanlah aku supaya
aku dapat mengambil sedikit kesenangan."
Jawab sayyidina Umar: "Seandainya ahli neraka dapat menuntut kesenangan,
maka aku pasti akan berikan kepadamu kesenangan."
Setelah itu Sayyidina Umar menyuruh Muflih memukul Abu Syahamah sebanyak
sepuluh rotan lagi. Abu Syahamah merayu: "Wahai ayahandaku aku mohon
kepadamu dengan nama Allah, tinggalkanlah aku supaya aku dapat bertaubat."
Jawab Sayyidina Umar dengan pilu: "Wahai anakandaku, apabila selesai aku
menjalankan hak Allah, jika engkau hendak bertaubat pun maka
bertaubatlah dan jika engkau hendak melakukan dosa itu lagi pun maka
lakukanlah dan engkau akan dipukul seperti ini lagi."
Selanjutnya Sayyidina Umar menyuruh Muflih memukul Abu Syahamah sebanyak
sepuluh kali lagi.
Abu Syahamah terus merayu: "Wahai ayahandaku, dengan nama Allah aku
mohon kepadamu berilah aku minum seteguk air."
Sayyidina Umar menjawab dengan tegas: "Wahai anakandaku, seandainya ahli
neraka dapat meminta air untuk diminum, maka aku akan berikan padamu air
minum."
Perintah Sayyidina Umar diteruskan dengan meminta Muflih memukul lagi
sebanyak sepuluh rotan. Abu Syahamah mohon dia dikasihani: "Wahai
ayahandaku, dengan nama Allah aku mohon kepadamu kasihanilah aku." Sayyid
ina Umar dengan sayu menjawab: "Wahai anakandaku, kalau aku kasihankan
kamu di dunia, maka engkau tidak akan dikasihani di akhirat."
Sayyidina Umar selanjutnya memerintahkan Muflih memukul lagi sebanyak
sepuluh kali sabetan. Abu Syahamah dengan nada yang lemah berkata:
"Wahai ayahandaku, tak kasihankah ayahanda melihat keadaan aku begini
sebelum aku mati?"
Sayyidina Umar menjawab: "Wahai anakandaku, aku akan heran kepadamu
sekiranya engkau masih hidup dan jika engkau mati kita akan berjumpa di
akhirat nanti." Sayyidina Umar terus memerintahkan Muflih memukul lagi
sebanyak sepuluh rotan. Dalam keadan semakin lemah Abu Syahamah berkata;
"Wahai ayahandaku, rasanya seperti sudah sampai ajalku....."
Sayyidina Umar dengan perasaan sedih berkata: "Wahai anakandaku, jika
engkau bertemu Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam, sampaikan salamku
kepadanya, katakan bahawa ayahandamu memukul dirimu sehingga kau mati."
Di saat yang semakin hiba ini Sayyidina Umar terus menyuruh Abu Muflih
memukul lagi sebanyak sepuluh kali rotan. Setelah itu Abu Syahamah
dengan kudrat yang semakin lemah berusaha memohon simpati kepada para
hadirin: "Wahai sekalian sahabat Rasulullah, mengapa kamu tidak meminta
pada ayahandaku supaya memaafkan aku saja?"
Kemudian salah seorang sahabat pun menghampiri Sayyidina Umar dan
berkata: "Wahai Amirul Mukminin, hentikanlah pukulan atas anakmu itu dan
kasihanilah dia." Sayyidina Umar dengan tegas berkata: "Wahai sekalian
sahabat Rasulullah, apakah kamu tidak membaca ayat Allah dalam surah
an-Nuur ayat 2 yang tafsirnya: "Jangan kamu dipengaruhi kasihan belas
pada keduanya dalam menjalankan hukum Allah." Mendengar penjelasan
Sayyidina Umar itu, sahabat Rasulullah pun diam tidak membantah,
sementara itu Sayyidina Umar terus memerintah Muflih memukul sepuluh
sebatan lagi. Akhirnya Abu Syahamah mengangkat kepala dan mengucapkan
salam dengan suara yang sangat kuat sebagai salam perpisahan yang tidak
akan berjumpa lagi sehingga hari kiamat.
Kemudian berkata Sayyidina Umar: "Wahai Muflih, pukullah lagi sebagai
menunaikan hak Allah." Muflih pun meneruskan pukulan untuk ke seratus
kalinya.
"Wahai Muflih, cukuplah pukulanmu itu," perintah Sayyidina Umar apabila
melihat anaknya tidak bergerak lagi. Setelah itu Sayyidina Umar
mengisytiharkan: "Wahai sekalian umat Islam, bahawasanya anakku Abu
Syahamah telah pergi menemui Allah." Mendengar pengumuman itu ramailah
umat Islam datang ke masjid sehingga masjid menjadi sesak. Ada di antara
mereka sedih dan terharu, malah ramai yang menangis melihat peristiwa
tersebut.
Menurut sumber lain, daripada Kitab Sirah Umar bin al-Khattab
al-Khalifatul Rasyid umumnya masyarakat berpendapat kematian Abu
Syahamah adalah disebabkan oleh pukulan rotan ayahnya sendiri Sayyidina
Umar Radhiallah 'Anhu. Setelah selesai jenazah Abu Syahamah dikebumikan,
pada malamnya Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhuma bermimpi bertemu dengan
Rasulullah Sallalllahu 'Alaihi Wasallam yang wajah baginda seperti bulan
purnama, berpakaian putih dan Abu Syahamah duduk di hadapan baginda
dengan berpakaian hijau. Setelah itu Rasululah Sallallahu 'Alaihi
Wasallam berkata: "Wahai anak bapa saudaraku, sampaikan salamku pada
Umar dan beritahu kerpadanya bahawa Allah telah membalas setiap
kebajikannya kerana tidak menyepelekan hak Allah dan suatu kebahagiaan
baginya sebab Allah telah menyediakan baginya beberapa mahligai dan
beberapa bilik di dalam Jannatun Na'im. Bahawa sesungguhnya Abu Syahamah
telah sampai pada tingkatan orang-orang yang benar di sisi Allah Yang
Maha Kuasa.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Sayyid Abdul Qadir dilahirkan di Naif, di kawasan daerah Jailan, Persia.
Ia dilahirkan pada bulan Ramadhan 470 H, kurang lebih bertepatan dengan
tahun 1077. Ayahnya bernama Abi Shalih Abd Allah Janki Dusti, seorang
yang taat kepada Allah dan mempunyai garis keturunan dengan Hasan RA.
Ibunya adalah Umm al-Khayr Fatimah binti Abi Abd Allah al-Sawma’i
yangbergaris keturunan dengan Husain RA.
Tidak mengherankan jika bayi calon sufi ini sejak lahir sudah memiliki
keunikan tersendiri. Menurut penuturan ibunya, bayi Abdul Qadir selama
bulan suci Ramadhan tidak pernah menyusu pada siang hari. Ia baru
menyusu bila waktu maghrib telah tiba. Tumbuh dan menetap di kota
kelahirannya hingga berusia delapan belas tahun, ia kemudian menimba
ilmu di Baghdad dan menetap di kota ini hingga wafat. Selanjutnya Jailan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari nama atau jati diri tokoh
sufi ini, yakni Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani.
Pendidikan agama yang pertama digoreskan pada diri syaikh sufi ini
adalah kecintaan pada Al-Qur’an. Belajar membaca Al-Qur’an dan mendalami
kandungannya pada Abu al-Wafa Ali ibn Aqli dan Abu al-Khattab Mahfuz
al-Kalwadzani. Kedua ulama ini berasal dari kalangan Mazhab Hambali.
Syaikh Abdul Qadir mempelajari hadits Nabi dari beberapa ulama hadits
terkenal pada zamannya. Salah satunya adalah Abu Ghalib Muhammad ibn
al-Hasan al-Balaqalani. Adapun pendalaman ilmu fiqihnya dilakukan pada
ulama fiqih Mazhab Hambali, seperti Abu Sa’d al-Mukharrami. Sedangkan
bidang bahasa dan sastra dipelajari dari Abu Zakarya ibn Ali al-Tibrizi.
Sementara itu, di bidang tasawuf diambilnya dari Hammad al-Dabbas.
Syaikh mulai memimpin majelis ilmu di Madrasah Abu Sa’d al-Mukharrami di
Baghdad sejak Syawal 521 H. Sejak itu namanya harum sebagai seorang sufi
yang zuhud. Majelis yang diselenggarakan di madrasah ini penuh sesak
dengan pengunjung yang haus mencari ilmu dan pencerahan ruhani. Madrasah
itu pun diperluas, namun tetap tidak dapat menampung hadirin. Akhirnya
majelis atau forum ilmiah itu diadakan di beberapa masjid di luar kota
Baghdad. Setiap Syaikh datang memberikan nasihat, yang hadir bisa
mencapai tujuh puluh ribu orang. Syaikh menjadi sufi yang menyejukkan
umat dan menjadi sumber mata air ruhani yang terus memancarkan kehidupan
batin.
Murid-murid Syaikh dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan. Pertama,
mereka yang hanya datang untuk mengikuti forum pengajian yang
dibimbingnya. Golongan ini tidak terusmenerus hidup bersama Syaikh.
Kedua, mereka yang hidup bersama Syaikh dalam waktu yang cukup lama.
Golongan ini menjalani kehidupan intelektual dan keruhanian di bawah
bimbingan Syaikh.
Syaikh mendapat beberapa gelar kehormatan. Pertama, di belakang namanya
sering dilengkapi dengan sebutan Muhyl al-Din wa al-Sunnah. Sebutan ini
secara bahasa berarti tokoh yang menghidupkan agama dan Sunnah Nabi.
Melekat dengan gelar tersebut beliau juga mendapat gelar kehormatan
Mumit al-Bid’ah, yakni tokoh yang gigih menghapuskan bid’ah atau
penyimpangan di dalam agama dari berbagai perbuatan yang tidak sejalan
dengan Sunnah Nabi.
Syaikh mendapat gelar kehormatan al-Imam al-Zahid, pemimpin yang
bersikap zuhud dalam kehidupan dunia. Gelar ini mencerminkan reputasinya
sebagai tokoh sufi yang memandang dunia dan kehidupan ini sebagai modal
untuk meningkatkan kualitas ruhani, meraih nilai keabadian, dan
mendapatkan kehidupan ukhrawi. Dunia bukan tujuan pokok dalam hidup,
bukan ujung dalam perjalanan dan bukan pula segalanya. Syaikh berkata,
“layanilah Tuhanmu dengan sepenuh hati, dunia akan melayanimu.”
Syaikh sering dipanggil dengan gelar kehormatan al-Arif al-Qudwah.
Secara bahasa gelar ini berarti seorang yang patut menjadi teladan.
Gelar ini mencerminkan tingkat kesufian Syaikh yang sudah mencapai maqam
Arif bi Allah, yakni posisi sangat mengenal Tuhannya. Syaikh juga
mendapatkan gelar kehormatan Sultan al-Awliya’, pemimpin para wali.
Sebelum tahun 521 H, atau sebelum beliau berusia 51 tahun, beliau belum
menampakkan dirinya kepada khalayak ramai dan tidak perpikir untuk
menikah, karena menurutnya berkeluarga akan menghambat seseorang dalam
perjalanan menuju Allah. Setelah berusia 51 tahun beliau mengikuti
sunnah Nabi Muhammad SAW menikah dengan empat orang wanita yang baik dan
taat kepadanya. Dari perkawinan tersebut beliau dikaruniai anak sebanyak
empat puluh sembilan orang; laki-laki sebanyak dua puluh tujuh dan
lainnya wanita.
Empat orang putranya menjadi orang-orang yang terkenal karena pelajaran
dan ilmunya. Mereka itu adalah: Syaikh Abdul Wahhab, putra sulung. Ia
mempunyai ilmu yang luas dan dalam. Ia diberi kewenangan menjaga
madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Setelah ayahnya wafat, dialah yang
memberikan ajaran dan fatwa tentang syariat Islam. Ia memegang suatu
jabatan di dalam negara dan menjadi seorang yang sangat terkenal. Putra
berikutnya adalah Syaikh Isa, seorang guru hadits dan ahli fiqih yang
agung. Ia adalah seorang pengarang puisi dan juru penerang yang baik, di
samping seorang penulis buku-buku sufisme. Ia tinggal dan wafat di
Mesir. Berikutnya, Syaikh Abdul Razzaq, seorang alim dan hafizh hadist.
Seperti halnya ayahnya, ia juga terkenal dengan kejujuran dan kebenaran
serta di dalam kesufian dan popularitasnya di Baghdad.
Keempat adalah Syaikh Musa, seorang alim ulama yang ulung. Ia pindah ke
Damaskus dan meninggal dunia di sana. Melalui Syaikh Isa, tujuh puluh
ajaran ayahnya dalam buku Futuhul Ghaib sampai kepada kita. Sedangkan
Abdul Wahab adalah sumber dua ajaran terakhir dalam buku itu. Ia hadir
ketika ayahnya terbaring sakit, sebelum kembali ke Rahmatullah.
Adapun Syaikh Musa, ada dinyatakan di akhir buku itu, di dalam ajaran
ketujuhpuluh sembilan dan kedelapan puluh. Dalam dua ajaran terakhir,
ada disebutkan dua putranya yang hadir ketika ayahnya akan berpulang,
yaitu Abdul Razzaq (nomor tiga) dan Abdul Aziz.
Setelah Wali Allah ini tutup usia pada 10 Rabiul Akhir 561 H dalam usia
91 tahun, anak-anak dan murid-muridnya mendirikan suatu organisasi yang
bertujuan menanamkan ruh ke-Islaman yang sejati dan membetulkan
ajaran-ajaran Islam di tengahtengah umat manusia. Organisasi ini disebut
‘Thariqah Qadiriyyah’, yang hingga hari ini terkenal dengan keteguhannya
di dalam memegang syariat Islam. Thariqah inipun telah memberikan andil
yang besar kepada Islam. Ada tiga ajaran dan nasehatnya yang terkenal di
seluruh dunia, yang paling agung adalah Futuhul Ghaib, yang kedua Fathul
Rabbani, yaitu kumpulan enam puluh delapan ajaran yang disusun pada
545-546 H. Sedangkan, yang ketiga adalah qashidah atau puisi yang
menceritakan peranan dan keberadaan Aulia Allah, yang menurut istilah
sufisme dinamakan Qasidatul Ghautsiyyah.
Kumpulan Karomah Syaikh Abdul Qodir Jailani Ra
Syaikh Yahya at-Tikriti berkata, “Ketika Syaikh Musa bin Hamman az-Zuli
singgah di baghdad dalam perjalanan hajinya, aku bersama ayahku menemani
beliau bertemu Syaikh Abdul Qodir al-Jiili. Dihadapan sang Syaikh,
Syaikh Musa menunjukkan penghormatan dan ada yg belum pernah aku lihat
beliau lakukan kepada orang lain. Setelah kami selesai dan keluar,
ayahku berkata kepada beliau, “Belum pernah aku melihat Anda memberikan
penghormatan sedemikian besar sebagaimana yang Anda lakukan kepada
Syaikh Abdul Qodir”. Beliau menjawab, “Syaikh Abdul Qodir adalah manusia
terbaik pada saat ini. Saat ini beliau adalah sultan para wali dan
pemimpin para aarif. Bagaimana mungkin aku tidak bersopan santun kepada
orang yg disantuni oleh para malaikat langit””
Pemimpin para Syaikh, Syaikh Abdul Latif bin Syaikh Abil Barakat Ismail
bin Ahmad an-Naisaburi berkata, “Tahun 590 H di damaskus, aku mendengar
Syaikh Arsalan berkata, “Telah dikatakan bahwa Syaikh Abdul Qodir
merupakan pancaran Ilahi dan salah seorang afrad. Beliau berbicara
dengan hikmah dan diserahkan kepadanya otoritas atas semesta untuk
mengambil, menolak, memberi, dan menerima. Beliau adalah wakil
Rosulullah saw””
Syaikh sufi, Syaikh Syihabuddin Umar as-Sahrawardi berkata, “Pada tahun
506 H, aku bersama pamanku Syaikh Abi Najib Abdul Qahir as-Sahrawardi
menghadap Syaikh Abdul Qodir Jailani. Aku melihat pamanku bersikap
sangat santun dan penuh hormat, duduk diam dihadapannya tanpa suara.
Ketika kami pulang, aku bertanya kepadanya tentang kelakuannya itu.
Beliau berkata, “Bagaimana mungkin aku tidak bersikap seperti itu kepada
orang yg sempurna, satu-satunya di semesta pada saat ini. Kemudian,
bagaimana aku tidak bersikap seperti itu kepada dia yg diberikan
otoritas untuk memegang dan melepaskan kalbu dan kondisi spiritualku
serta kalbu dan kondisi spiritual para wali”
Syaikh Abu Muhammad (sumber lain menyatakan beliau adalah Syaikh
Muhammad asy-Syambaki) berkata, “Syaikh kami Syaikh Abu Bakara al-Hawwar
sering menyebut2 Syaikh Abdul Qodir dan berkata, “Akan muncul di iraq di
pertengahan abad ke lima. Dan orang2 menceritakan keistimewaan2nya.
Bukan berarti ilmuku mendahului apa yg aku dengar. Kemudian tersingkap
di hadapanku maqam2 para wali dan beliau berada di tingkat pertama.
Setelah itu disingkapkan kepadaku maqam2 para muqarrab (orang2 yg dekat)
dan aku mendapati beliau berada di puncaknya. Akhirnya disingkapkan
kepadaku tingkatan golongan kasyf dan mendapati beliau paling agung
diantara mereka. ALLAH akan menampakkan kepadanya gambaran yg tidak akan
ditampakkan kecuali kepada golongan shiddiq dan para ulama ALLAH.
Beliaulah yg perkataan dan perbuatannya dijadikan panutan. Dengan
berkahnya ALLAH berkenan mengangkat banyak hamba-NYA kederajad yg
tinggi. Dialah yg akan dibanggakan oleh ALLAH kepada seluruh umat pada
hari kiamat. Ridha ALLAH atas dirinya dan semoga berkahnya mendatangkan
manfaat bagi kita semua di dunia dan di akhirat.
Mari Kita Hadiahkan Bacaan Surat Al-Fatihah Untuk Beliau.. ALFATIHAH...
DIALOG SYEKH ABDUL QADIR JAILANI RA DAN MALAIKAT MAUT
Dalam ceramah di akhir bulan Rajab 546 H di Madrasah, Syekh Abdul Qadir
Jailani menuturkan: Imam Junaid Al-Baghdadi rahimahullah sering kali
mengatakan : “Apa yang dapat kuperbuat terhadap diriku? Aku ini hanya
seorang hamba dan milik Majikanku.” Dia telah menyerahkan dirinya kepada
Allah, tidak memiliki pilihan lain selain terhadap-Nya dan tidak
mengusik-Nya. Junaid telah rela dengan apa pun yang ditakdirkan
kepadanya. Hatinya telah menjadi baik dan nafsunya telah tenang. Dia
telah mengamalkan firman Allah Azza wa Jalla, “Sesungguhnya pelindungku
adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) dan Dia
melindungi orang-orang yang saleh.” (QS Al-‘Araf: 196) Pada suatu malam,
aku mengingat kematian, dan aku menangis dari awal malam hingga waktu
sahur tiba. Aku berdoa, “Ya Tuhanku, aku mohon kepadamu agar malaikat
mautt tidak mencabut nyawaku, tapi Engkau sendiri yang mencabutnya. ”
Kemudian, aku tertidur, lalu aku bermimpi melihat seorang tua yang
mengagumkan dan menawan. Dia kemudian masuk dari arah pintu, dan aku
bertanya kepadanya: “Siapakah engkau?” Lalu, dia menjawab, “Aku malaikat
maut.” Aku katakan kepadanya, “Aku telah meminta kepada Allah agar Dia
sendiri yang mencabut nyawaku, bukan engkau yang akan mencabutnya.”
Malaikat itu balik bertanya, “Lalu mengapa engkau meminta hal itu? Apa
dosaku? Aku hanyalah hamba yang mengikuti perintah. Aku diperintahkan
bersikap lemah lembut terhadap suatu kaum dan bersikap kasar kepada kaum
yang lainnya.” Kemudian, dia memelukku dan menangis, maka aku pun
menangis bersamanya. Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata : “Betapa
banyak hati yang terbakar oleh kecintaan kepada dunia, padahal di
dadanya ada Al-Quran. Sementara, banyak orang saleh yang selalu bangun
malam mendirikan shalat malam, beramar makruf nahi munkar. Tangan mereka
itu terbelenggu oleh sikap wara’ sehingga meninggalkan dunia, dan
keinginan mereka mencari Tuhan mereka begitu kuat. Maka, infakkan harta
kalian kepada mereka itu. Sebab, di kemudian hari mereka itu akan
mendapatkan kekuasaan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.” ---Dikutip dari
kitab Fath Rabbani.
Kisah Syech Abdul Qodir Al Jaelani dan Iblis
Suatu hari _Shaikh Abdul Qadir al Jaelani_ dan beberapa murid-muridnya
sedang dalam perjalanan di padang pasir dengan telanjang kaki. Saat itu
bulan Ramadhan dan padang pasirnya panas. Beliau mengatakan, "Aku sangat
haus dan luar biasa lelahnya. Murid-muridku berjalan di depanku.
Tiba-tiba awan muncul di atas kami, seperti sebuah payung yang
melindungi kami dari panasnya matahari. Di depan kami muncul mata air
yang memancar dan sebuah pohon kurma yang sarat dengan buah yang masak.
Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan
berdiri berlawanan dengan arah matahari.
Dia berkata, "Wahai para murid Abdul Qadir, aku adalah Tuhan kalian.
Makan dan minumlah karena telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku
haramkan bagi orang lain!" Murid-muridku yang berada di depanku berlari
ke arah mata air itu untuk meminumnya, dan ke arah pohon kurma untuk
dimakannya. Aku berteriak kepada mereka untuk berhenti, dan aku putar
kepalaku ke arah suara itu dan berteriak, "Aku berlindung kepada Allah
dari godaan syaitan yang terkutuk!"
"Awan, sinar, mata air dan pohon kurma semuanya hilang. Iblis berdiri
dihadapan kami dalam rupanya yang paling buruk. Dia bertanya, "Bagaimana
kamu tahu bahwa itu aku?" Aku katakan pada Iblis yang terkutuk yang
telah dikeluarkan Allah dari rahmatNya bahwa firman Allah bukan dalam
bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga ataupun datang dari luar.
Lebih lagi aku tahu bahwa hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua.
Allah tidak akan mengubahnya ataupun membuat yang haram menjadi halal
bagi siapa yang dikasihiNya.
Mendengar ini, Iblis berusaha menggodanya lagi dengan memujinya, "Wahai
Abdul Qadir," katanya, "Aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan
tipuan ini. Pengetahuanmu begitu luar dan kebijakanmu lebih besar
daripada nabi-nabi itu!" Kemudian menunjuk kepada murid-muridku dia
melanjutkan, "Hanya sekian banyak orang-orang bodoh saja yang menjadi
pengikutmu? Seluruh dunia harusnya mengikutimu, karena kamu sebaik
seorang nabi."
Aku mengatakan, "Aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui. Karena bukanlah pengetahuanku ataupun
kebijakanku yang menyelematkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat
dari Tuhanku."
Abdul Qadir Al-Jailani
Biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani termuat dalam kitab Adz Dzail
'Ala Thabaqil Hanabilah I301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al
Hambali. Tetapi, buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang
ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Akan tetapi
kalau meninggi-ninggikan derajat beliau berada di atas Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam, maka hal ini merupakan suatu kekeliruan.
Karena Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah rasul yang
paling mulia di antara para nabi dan rasul yang derajatnya tidak akan
pernah bisa dilampaui di sisi Allah oleh manusia siapapun.
Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do'a mereka. Berkeyakinan
bahwa do'a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan
perantaraannya. Ini juga merupakan kesesatan.
Menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai perantara tidak ada
syari'atnya dan ini sangat diharamkan. Apalagi kalau ada yang berdo'a
kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do'a merupakan
salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh diberikan kepada selain Allah.
Allah melarang makhluknya berdo'a kepada selainNya. Allah berfirman,
yang artinya:
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah)
Allah." (QS. Al Jin:18)
Kelahirannya
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang 'alim di Baghdad yang lahir
pada tahun 490471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga
di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau
juga Al Jiliy.
Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan
meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa
orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra' dan
juga Abu Sa'ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul
dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.
Pemahamannya
Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini
pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus
sunnah mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki
karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat kedustaan
atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah,
perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya.
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah,
"Dia (Allah) di arah atas, berada di atas 'ArsyNya, meliputi seluruh
kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu. "Kemudian beliau
menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits, lalu berkata, "Sepantasnya
menetapkan sifat istiwa' (Allah berada di atas 'ArsyNya) tanpa takwil
(menyimpangkan kepada makna lain). Dan hal itu merupakan istiwa' dzat
Allah di atas 'Arsy.
Dakwahnya
Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah
daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya
kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau mengelola sekolah ini dengan
sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada
orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah
tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak
orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau.
Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai
berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan
lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz
Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu
Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
Wafatnya
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9
Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Pendapat ulama
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah
menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa
kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat
perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk
menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan
buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu."
Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para
syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan
dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri' Abul Hasan Asy
Syathnufi Al Mishri (orang Mesir) mengumpulkan kisah-kisah dan
keutamaan-keutamaan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid
kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar
(kebohongannya). Cukuplah seorang itu dikatakan berdusta, jika dia
menceritakan segala yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab
ini, tetapi hatiku tidak tenteram untuk meriwayatkan apa yang ada di
dalamnya, kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari kitab
selain ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang
tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh (dari agama dan
akal), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil
tidak terbatas. Semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syaikh Abdul
Qadir Al Jailani. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja'far al Adfawi
telah menyebutkan bahwa Asy Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas
kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini."
Ibnu Rajab juga berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki
pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan
ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al
Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga
mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan
perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari
majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya,
ia berpegang pada sunnah. "
Imam Adz Dzahabi mengatakan, "intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan
terhadap sebagian perkataannya, dan Allah menjanjikan (ampunan atas
kesalahan-kesalahan orang-orang beriman). Namun sebagian perkataannya
merupakan kedustaan atas nama beliau." (Syiar XX451).
Imam Adz Dzahabi juga berkata, "Tidak ada seorangpun para ulama besar
yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu
yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi."
Syaikh Rabi' bin Hadi Al Makhdali berkata dalam kitabnya, Al Haddul
Fashil, hal.136, "Aku telah mendapatkan aqidah beliau (Syaikh Abdul
Qadir Al Jailani) di dalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. Maka aku
mengetahui dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan
sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj salaf. Beliau
juga membantah kelompok-kelompok Syi'ah, Rafidhah, Jahmiyyah,
Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.
Riwayat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
Syekh Abdul Qadir al-Jaylani merupakan tokoh sufi paling masyhur di
Indonesia. Peringatan Haul waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap
tahun oleh umat Islam Indonesia. Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal
berdirinya Tarekat Qadiriyah ini lebih dikenal masyarakat lewat
cerita-cerita karamahnya dibandingkan ajaran spiritualnya.Terlepas dari
pro dan kontra atas kebenaran karamahnya, Biografi (manaqib) tentangnya
sering dibacakan dalam majelis yang dikenal di masyarakat dengan sebutan
manaqiban.
Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat
al-Jaylani. Al-Jaylani merupakan penisbatan pada Jil, daerah di belakang
Tabaristan. Di tempat itulah ia dilahirkan. Selain Jil, tempat ini
disebut juga dengan Jaylan dan Kilan.
NASAB
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada
bulan Ramadhan 470 H, bertepatan dengan th 1077 M. Ayahnya bernama
Shahih, seorang yang taqwa keturunan Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu
pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam Ali ra dan Fatimah r.a.,
puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah puteri seorang wali, Abdullah
Saumai, yang juga masih keturunan Imam Husein, r.a., putera kedua Ali
dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hasaniyin
sekaligus Huseiniyin.
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakkur dan sering melakukan agar
lebih baik, apa yang disebut ‘pengalaman-pengalaman mistik’. Ketika
berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan keghairahan untuk
bersama para orang saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu
merupakan pusat ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang
Ghauts Al-A’dzam atau wali Ghauts terbesar.
Dalam terminologi kaum sufi, seorang Ghauts menduduki jenjang ruhaniah
dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi
ummat manusia setelah para nabi. Seorang ulama’ besar di masa kini,
telah menggolongkannya ke dalam Shaddiqin, sebagaimana sebutan Al Qur’an
bagi orang semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada
peristiwa yang terjadi pada perjalanan pertama Sayyid Abdul Qadir ke
Baghdad.
Diriwayatkan bahwa menjelang keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang
sudah menjanda, membekalinya delapan puluh keping emas yang dijahitkan
pada bagian dalam mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai bekal.
Uang ini adalah warisan dari almarhum ayahnya, dimaksudkan untuk
menghadapi masa-masa sulit. Kala hendak berangkat, sang ibu diantaranya
berpesan agar jangan berdusta dalam segala keadaan. Sang anak berjanji
untuk senantiasa mencamkan pesan tersebut.
Begitu kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan, menghadanglah
segerombolan perampok. Kala menjarahi, para perampok sama sekali tak
memperhatikannya, karena ia tampak begitu sederhana dan miskin.
Kebetulan salah seorang perampok menanyainya apakah ia mempunyai uang
atau tidak. Ingat akan janjinya kepada sang ibu, si kecil Abdul Qadir
segera menjawab: “Ya, aku punya delapan puluh keping emas yang
dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.” Tentu saja para perampok
terperanjat keheranan. Mereka heran, ada manusia sejujur ini.
Mereka membawanya kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya, dan
jawabannya pun sama. Begitu jahitan baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah
delapan puluh keping emas sebagaimana dinyatakannya. Sang kepala
perampok terhenyak kagum. Ia kisahkan segala yang terjadi antara dia dan
ibunya pada saat berangkat, dan ditambahkannya jika ia berbohong, maka
akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama.
Mendengar hal ini, menangislah sang kepala perampok, jatuh terduduk di
kali Abdul Qadir, dan menyesali segala dosa yang pernah dilakukan.
Diriwayatkan, bahwa kepala perampok ini adalah murid pertamanya.
Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi Shiddiq. Andaikata ia tak
benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran, dalam saat-saat
kritis, tak mungkin baginya.
BELAJAR DI BAGHDAD
Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia
terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, ia cepat
menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli
hukum terbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih
dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala
tenggelam dalam belajar, ia gemar musyahadah).
Ia sering berpuasa, dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski
harus pergi berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai
orang-orang yang berfikir serba ruhani, dan berintim dengan mereka.
Dalam masa pencarian inilah, ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang
penjual sirup, yang merupakan wali besar pada zamannya.
Lambat laun wali ini menjadi pembimbing ruhani Abdul Qadir. Hadhrat
Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya
sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon ghauts ini
menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya.
LATIHAN-LATIHAN RUHANIAH
Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai
mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan
tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur’an suci. Shalat
sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ia shalat shubuh tanpa
berwudhu lagi, karena belum batal.
Diriwayatkan pula, beliau kerapkali khatam membaca Al-Qur’an dalam satu
malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan
manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila
ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia
tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan
dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir
masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang
dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.
DICOBA IBLIS
Suatu peristiwa terjadi pada malam babak baru ini, yang diriwayatkan
dalam bentuk sebuah kisah. Kisah-kisah serupa dinisbahkan kepada semua
tokoh keagamaan yang dikenal di dalam sejarah; yakni sebuah kisah
tentang penggodaan. Semua kisah semacam itu memaparkan secara
perlambang, suatu peristiwa alamiah dalam kehidupan.
Misal, tentang bagaimana nabi Isa as digoda oleh Iblis, yang membawanya
ke puncak bukit dan dari sana memperlihatkan kepadanya kerajaan-kerajaan
duniawi, dan dimintanya nabi Isa a.s., menyembahnya, bila ingin menjadi
raja dari kerajaan-kerajaan itu. Kita tahu jawaban beliau, sebagai
pemimpin ruhaniah. Yang kita tahu, hal itu merupakan suatu peristiwa
perjuangan jiwa sang pemimpin dalam hidupnya.
Demikian pula yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Kala beliau kukuh
berdakwah menentang praktek-praktek keberhalaan masyarakat dan
musuh-musuh beliau, para pemimpin Quraisy merayunya dengan kecantikan,
harta dan tahta. Dan tak seorang Muslim pun bisa melupakan jawaban
beliau: “Aku sama sekali tak menginginkan harta ataupun tahta. Aku telah
diutus oleh Allah sebagai seorang Nadzir) bagi umat manusia,
menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian menerimanya, maka
kalian akan bahagia di dunia ini dan di akhirat kelak. Dan jika kalian
menolak, tentu Allah akan menentukan antara kalian dan aku.”
Begitulah gambaran dari hal ini, dan merupakan fakta kuat kemaujudan
duniawi. Berkenaan dengan hal ini, ada dua versi kisah tentang Syaikh
Abdul Qadir Jailani. Versi pertama mengisahkan, bahwa suatu hari Iblis
menghadapnya, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia
membawa Buraq dari Allah, yang mengundangnya untuk menghadap-Nya di
langit tertinggi.
Sang Syaikh segera menjawab bahwa si pembicara tak lain adalah si
Iblis, karena baik Jibril maupun Buraq takkan datang ke dunia bagi
selain Nabi Suci Muhammad saw. Setan toh masih punya cara lain, katanya:
“Baiklah Abdul Qadir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan
ilmumu.” “Enyahlah!, bentak sang wali.” Jangan kau goda aku, bukan
karena ilmuku, tapi karena rahmat Allahlah aku selamat dari perangkapmu”.
Versi kedua mengisahkan, ketika sang Syaikh sedang berada di rimba
belantara, tanpa makanan dan minuman, untuk waktu yang lama, awan
menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Sang Syaikh meredakan
dahaganya. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: “Akulah
Tuhanmu, kini Kuhalalkan bagimu segala yang haram.” Sang Syaikh berucap:
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Sosok itu
pun segera pergi berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: “Dengan
ilmumu dan rahmat Allah, engkau selamat dari tipuanku.”
Lalu setan bertanya tentang kesigapan sang Syaikh dalam mengenalinya.
Sang Syaikh menyahut bahwa pernyataannya menghalalkan segala yang
haramlah yang membuatnya tahu, sebab pernyataan semacam itu tentu bukan
dari Allah.
Kedua versi ini benar, yang menyajikan dua peristiwa berlainan secara
perlambang. Satu peristiwa dikaitkan dengan perjuangannya melawan
kebanggaan akan ilmu. Yang lain dikaitkan dengan perjuangannya melawan
kesulitan-kesulitan ekonomi, yang menghalangi seseorang dalam perjalanan
ruhaniahnya.
Kesadaran aka kekuatan dan kecemasan akan kesenangan merupakan
kelemahan terakhir yang mesti enyah dari benak seorang salih. Dan
setelah berhasil mengatasi dua musuh abadi ruhani inilah, maka orang
layak menjadi pemimpin sejati manusia.
PANUTAN MASYARAKAT
Kini sang Syaikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut. Maka semua
tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi berasal
dari ruhaninya.
Kala ia memperoleh ilham, sebagaimana sang Syaikh sendiri ingin
menyampaikannya, keyakinan Islami melemah. Sebagian muslim terlena dalam
pemuasan jasmani, dan sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan
upacara-upacara keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi.
Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentang masalah ini. Ia
melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di
Baghdad, yang di situ seorang kurus kering sedang berbaring di sisi
jalan, menyalaminya.
Ketika sang Syaikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk
membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan
tegap, dan secara menakjubkan tubuhnya menjadi besar. Melihat sang
Syaikh terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata: ”
Akulah agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah
menyehatkanku kembali melalui bantuanmu.”
Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan
menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat tercerahkan,
menamainya Muhyiddin, ‘pembangkit keimanan’, gelar yang kemudian
dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia
tinggalkan kesendiriannya (uzlah), ia tak jua berkhutbah di depan umum.
Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudut kota, dan
meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaniyah.
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras
dengan kehidupan perkawinannya. Sampai tahun 521 H, yakni pada usia
kelima puluh satu, ia tak pernah berpikir tentang perkawinannya. Bahkan
ia menganggapnya sebagai penghambat upaya ruhaniyahnya. Tetapi, begitu
beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan
mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita, semuanya saleh dan
taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh
putra, dan yang lainnya putri.
Empat putranya yang termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya, al:
Syaikh Abdul Wahab, putera tertua adalah seorang alim besar, dan
mengelola madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia
juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan
masalah-masalah syariat Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara,
dan demikian termasyhur.
Syaikh Isa, ia adalah seorang guru hadits dan seorang hakim besar.
Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang
baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya.
Syaikh Abdul Razaq. Ia adalah seorang alim, sekaligus penghafal hadits.
Sebagaimana ayahnya, ia terkenal taqwa. Ia mewarisi beberapa
kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad,
sebagaimana ayahnya.
Syaikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hijrah ke Damaskus,
hingga wafat.
Tujuh puluh delapan wacana sang wali sampai kepada kita melalui Syaikh
Isa. Dua wacana terakhir, yang memaparkan saat-saat terakhir sang wali,
diriwayatkan oleh Syaikh Wahab. Syaikh Musa termaktub pada wacana ke
tujuh puluh sembilan dan delapan puluh. Pada dua wacana terakhir nanti
disebutkan, pembuatnya adalah Syaikh Abdul Razaq dan Syaikh Abdul Aziz,
dua putra sang wali, dengan diimlakkan oleh sang wali pada saat-saat
terakhirnya.
KESEHARIANNYA
Sebagaimana telah kita saksikan, sang wali bertabligh tiga kali dalam
seminggu. Di samping bertabligh setiap hari, pada pagi dan malam hari,
ia mengajar tentang Tafsir Al Qur’an, Hadits, Ushul Fiqih, dan mata
pelajaran lain. Sesudah Dhuhur, ia memberikan fatwa atas masalah-masalah
hukum, yang diajukan kepadanya dari segenap penjuru dunia. Sore hari,
sebelum sholat Maghrib, ia membagi-bagikan roti kepada fakir miskin.
Sesudah sholat Maghrib, ia selalu makan malam, karena ia berpuasa
sepanjang tahun. Sebalum berbuka, ia menyilakan orang-orang yang butuh
makanan di antara tetangga-tetangganya, untuk makan malam bersama.
Sesudah sholat Isya’, sebagaimana kebiasaan para wali, ia mengaso di
kamarnya, dan melakukan sebagian besar waktu malamnya dengan beribadah
kepada Allah – suatu amalan yang dianjurkan Qur’an Suci. Sebagai
pengikut sejati Nabi, ia curahkan seluruh waktunya di siang hari, untuk
mengabdi ummat manusia, dan sebagian besar waktu malam dihabiskan untuk
mengabdi Penciptanya.
Pengaruh dan Karya
Waktunya banyak diisi dengan meengajar dan bertausyiah. Hal ini membuat
Syekh tidak memiliki cukup waktu untuk menulis dan mengarang. Bahkan,
bisa jadi beliau tidak begitu tertarik di bidang ini. Pada tiap disiplin
ilmu, karya-karya Islam sudah tidak bisa dihitung lagi. Bahkan,
sepertinya perpustakaan tidak butuh lagi diisi buku baru. Yang
dibutuhkan masyarakat justru saran seorang yang bisa meluruskan yang
bengkok dan membenahi kesalahan masyarakat saat itu. Inilah yang
memanggil suara hati Syekh. Ini pula yang menjelaskan pada kita mengapa
tidak banyak karya yang ditulis Syekh.
Memang ada banyak buku dan artikel yang diklaim sebagai tulisannya.
Namun, yang disepakati sebagai karya syekh hanya ada tiga:
1.Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq merupakan karyanya yang
mengingatkan kita dengan karya monumental al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum
al-Din. Karya ini jelas sekali terpengaruh, baik tema maupun gaya
bahasanya, dengan karya al-Ghazali itu. Ini terlihat dengan penggabungan
fikih, akhlak, dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membincangkan aspek
ibadah, dilanjutkan dengan etika Islam, etika doa, keistimewaan hari dan
bulan tertentu. Ia kemudian membincangkan juga anjuran beribadah sunah,
lalu etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlak yang baik.
2.Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani merupakan bentuk tertulis
(transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah disampaikan Syekh. Tiap
satu pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62
kali pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan
terakhir pada hari Jumat, awal Rajab 546 H. Jumlah halamannya mencapai
90 halaman. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh dalam
berbagai majelisnya. Sebagiannya bahkan berisi jawaban atas persoalan
yang muncul pada forum pengajian itu.
3.Futuh al-Ghayb merupakan kompilasi dari 78 artikel yang ditulis Syekh
berkaitan dengan suluk, akhlak, dan yang lain. Tema dan gaya bahasanya
sama dengan al-Fath al-Rabbani. Keseluruhan halamannya mencapai 212
halaman. Buku ini sendiri sebetulnya hanya 129 halaman. Sisa halamannya
diisi dengan himpunan senandung pujian yang dinisbatkan pada Syekh. Ibn
Taymiyah juga memuji buku ini.
Kesaksian Ulama
Syekh Junaid al-Baghdadi, hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syekh
Abdul Qadir. Namun, pada saat itu ia telah meramalkan akan kedatangan
Syekh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika Syekh Junaid al-Baghdadi sedang
bertafakur, tiba-tiba dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia berkata,
“Kakinya ada di atas pundakku! Kakinya ada di atas pundakku!”
Setelah ia tenang kembali, murid-muridnya menanyakan apa maksud ucapan
beliau itu. Kata Syekh Junaid al-Baghdadi, “Aku diberitahukan bahwa
kelak akan lahir seorang wali besar, namanya adalah Abdul Qadir yang
bergelar Muhyiddin. Dan pada saatnya kelak, atas kehendak Allah, ia akan
mengatakan, ‘Kakiku ada di atas pundak para Wali.”
Syekh Abu Bakar ibn Hawara, juga hidup sebelum masa Syekh Abdul Qadir.
Ia adalah salah seorang ulama terkemuka di Baghdad. Konon, saat ia
sedang mengajar di majelisnya, ia berkata:
“Ada 8 pilar agama (autad) di Irak, mereka itu adalah; 1) Syekh Ma’ruf
al Karkhi, 2) Imam Ahmad ibn Hanbal, 3) Syekh Bisri al Hafi, 4) Syekh
Mansur ibn Amar, 5) Syekh Junaid al-Baghdadi, 6) Syekh Siri as-Saqoti,
7) Syekh Abdullah at-Tustari, dan 8) Syekh Abdul Qadir Jailani.”
Ketika mendengar hal itu, seorang muridnya yang bernama Syekh Muhammad
ash-Shanbaki bertanya, “Kami telah mendengar ke tujuh nama itu, tapi
yang ke delapan kami belum mendengarnya. Siapakah Syekh Abdul Qadir
Jailani?”
Maka Syekh Abu Bakar pun menjawab, “Abdul Qadir adalah shalihin yang
tidak terlahir di Arab, tetapi di Jaelan (Persia) dan akan menetap di
Baghdad.”
Qutb al Irsyad Abdullah ibn Alawi al Haddad (1044-1132 H), dalam
kitabnya Risalatul Mu’awanah menjelaskan tentang tawakkal, dan beliau
memilih Syekh Abdul Qadir Jaylani sebagai suri-teladannya.
Seorang yang benar-benar tawakkal mempunyai 3 tanda. Pertama, ia tidak
takut ataupun mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Kedua, hatinya
tetap tenang dan bening, baik di saat ia membutuhkan sesuatu atau pun di
saat kebutuhannnya itu telah terpenuhi. Ketiga, hatinya tak pernah
terganggu meskipun dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.
Suatu ketika beliau sedang berceramah di suatu majelis, tiba-tiba saja
jatuh seekor ular berbisa yang sangat besar di atas tubuhnya sehingga
membuat para hadirin menjadi panik. Ular itu membelit Syekh Abdul Qadir,
lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar lewat lengan baju yang lainnya.
Sedangkan beliau tetap tenang dan tak gentar sedikit pun, bahkan beliau
tak menghentikan ceramahnya. Ini membuktikan bahwa Syekh Abdul Qadir
Jailani benar-benar seorang yang tawakkal dan memiliki karamah.
Ibnu Rajab juga berkata, “Syekh Abdul Qadir Al Jailani memiliki
pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan
ilmu-ilmu makrifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al
Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga
mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan
perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari
majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya,
ia berpegang pada sunnah. “
Al-Dzahabi juga berkata, “Tidak ada seorangpun para ulama besar yang
riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syekh
Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu yang
tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi.”
Wafat
Syekh wafat setelah menderita sakit ringan dalam waktu tidak lama.
Bahkan, ada yang mengatakan, Syekh sakit hanya sehari—semalam. Ia wafat
pada malam Sabtu, 10 Rabiul Awal 561 H. Saat itu usianya sudah menginjak
90 tahun. Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan
bertausiah.
Konon, ketika hendak menemui ajal, putranya yang bernama ‘Abdul Wahhab
memintanya untuk berwasiat. Berikut isi wasiat itu:
“Bertakwalah kepada Allah. Taati Tuhanmu. Jangan takut dan jangan
berharap pada selain Allah. Serahkan semua kebutuhanmu pada Allah Azza
wa Jalla. Cari semua yang kamu butuhkan pada Allah. Jangan terlalu
percaya pada selain Allah. Bergantunglah hanya pada Allah. Bertauhidlah!
Bertauhidlah! Bertauhidlah! Semua itu ada pada tauhid.”
Demikian manaqib ini kami tulis, semoga membawa barokah, manfa,at, dan
Ridho allah swt, syafa’at Rosululloh serta karomah Auliyaillah
khushushon Syekh Abdul Qodir Jailani selalu terlimpahkan kepada kita,
keluarga dan anak turun kita semua Dunia – Akhirat. Amien
Diambil dari berbagai sumber
) Musyahadah : penyaksian langsung. Yang dimaksud ialah penyaksian
akan segala kekuasaan dan keadilan Allah melalui mata hati.
) Nadzir : pembawa ancaman atau pemberi peringatan. Salah satu tugas
terpenting seorang Rasul adalah membawa beita, baik berita gembira
maupun ancaman.
Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ra
Manaqib (biografi SHOHIH)
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ra
Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang
ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya.Sebagian kaum
muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah
(perantara) dalam do’a mereka. Karena tawasul adalah salah satu sunah
nabi SAW….sebagaiman nabi adam bertawasul dgn nabi muhammad (lihat
hadits qudsi)
Kelahirannya
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad yang lahir
pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga
di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau
juga Al Jiliy.
Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan
meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa
orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra’ dan
juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul
dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.
Dakwahnya
Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang diri, meninggalkan kampung
halaman, berjalan dari kampung ke kampung, melintasi hutan, gurun pasir,
sungai , menjumpai umat…mendakwahkan kalimat iman…. (lihat manaqib
beliau) dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak karamah2 yang
diceritakan dalam kitab manaqib yang ditulis oleh murid murid belaiu
yang terpercaya.
Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah
daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya
kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25
tahun tsb). Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh.
Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada
di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak
orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau.
Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai
berikut, “Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan
lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz
Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu
Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu agama, risau dan fikir belaiu
untuk ummat yang sangat mendalam. membuat beliau sanggung mengorbankan
harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah.
karamah2 yang allah berikan pada wali2 Allah dari kalangan umat ahir
zaman, umat rasulullah saw adalah lebih dahsyat dari mukjizat nabi nabi
zaman bani israil. Karena tugas umat nabi muhammad adalah sama dengan
tugas nabi muhammad yaitu berdakwah kepada umat seluruh alam sampai hari
kiamat. Maka wajar jika nusratullah yang Allah berikan lebih besar dari
mukjizat nabi-nabi bani israil yang hanya berdakwah di satu kaum yaiutu
kaum bani israil saja bukan untuk umat seluruh alam.
seperti kisah syaikh abdul kadir, dengan karamahnya beliau diganggu oleh
iblis, belaiu terbang didepan murid2nya, menghidupkan orang mati didepan
3 pendeta nasrani shg tiga pendeta ini masuk islam (lebih hebat dari
mukjizat nabi isa as).
Beliau memanggil burung yang sudah ia masak dan ia makan , dan burung
itu hidup kembali. Beliau memnaggil burung tsb dgn membaca ayat ttg nabi
ibrahim memanggil kembali burung yang sudah nabi ibrahim potong2 dan
diletakan di atas gunung-gunung. Bnayk sekali karamah2 yang allah
berikan padanya. Dan itu adalah mungkin dan tidak mustahil karena allah
maha kuasa dan maha berkehendak.
Wafatnya
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9
Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Pendapat Para Ulama tentang Beliau
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah
menjawab, “Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa
kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat
perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk
menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan
buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”
Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para
syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan
dan karamah.
Ibnu Rajab juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki
pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah Subhanahu wa
Ta’ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau
memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal.
Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan
perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari
majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya,
ia berpegang pada sunnah. “
Imam Adz Dzahabi mengatakan, “intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
memiliki kedudukan yang agung”.
Imam Adz Dzahabi juga berkata, “Tidak ada seorangpun para ulama besar
yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani”
AQIDAH SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI SAMA DENGAN AQIDAH IMAM ADZAHABI YAKNI
MENAFIKAN TEMPAT DAN TEMPAT DAN ARAH…lihat kitab imam adzahabi , beliau
tidak mensifati allah dengan sifat makhluq, tidak mensifati Allah dgn
tempat dan arah, tidak mensifati allahn dgn sifat duduk, berdiri,
berlari2 kecil dsb.
AL-HAFIZ AZ-ZAHABI KAFIRKAN AKIDAH: ALLAH DUDUK
AL-HAFIZ AZ-ZAHABI KAFIRKAN AKIDAH: ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK
Oleh: Abu Syafiq ( Tel HP 006-012-2850578)
*Bersemayam yang bererti Duduk adalah sifat yang tidak layak bagi Allah
dan Allah tidak pernah menyatakan demikian, begitu juga NabiNya.
Hakikat kebenaran tetap akan terserlah walaupun lidah syaitan Wahhabi
cuba merubahnya.
Kali ini dipaparkan bagaimana rujukan utama Wahhabi iaitu Al-Hafiz
Az-Zahabi sendiri mnghukum kafir akidah sesat: Allah Bersemayam/Duduk
yang dipelopori oleh Wahhabi pada zaman kini. Az-Zahabi adalah
Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Uthman bin Qaymaz bin
Abdullah ( 673-748H ). Pengarang kitab Siyar An-Nubala’ dan kitab-kitab
lain termasuk Al-Kabair.
Az-Zahabi mengkafirkan akidah Allah Duduk sepertimana yang telah
dinyatakan olehnya sendiri di dalam kitabnya berjudul Kitab Al-Kabair.
Demikian teks Az-Zahabi kafirkan akidah “ Allah Bersemayam/Duduk” :
Nama kitab: Al-Kabair.
Pengarang: Al-Hafiz Az-Zahabi.
Cetakan: Muassasah Al-Kitab Athaqofah,cetakan pertama 1410h.
Terjemahan.
Berkata Al-Hafiz Az-Zahabi:
“Faidah, perkataan manusia yang dihukum kufur jelas terkeluar dari Islam
oleh para ulama adalah: …sekiranya seseorang itu menyatakan: Allah Duduk
untuk menetap atau katanya Allah Berdiri untuk menetap maka dia telah
jatuh KAFIR”. Rujuk scan kitab tersebut di atas m/s 142.
Perhatikan bagaimana Az-Zahabi menghukum kafir sesiapa yang mendakwa
Allah bersifat Duduk. Sesiapa yang mengatakan Allah Duduk maka dia kafir.
Fokuskan pada kenyataan Az-Zahhabi tidak pula mengatakan “sekiranya
seseorang itu kata Allah Duduk seperti makhlukNya maka barulah dia
kafir” akan tetapi amat jelas Az-Zahabi terus menghukum kafir kepada
sesiapa yang mendakwa Allah Duduk disamping Az-Zahabi menukilkan hukum
tersebut dari seluruh ulama Islam.
:
Pemahamannya
Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini
pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus
sunnah mengikuti jalan Para Pendahulu Islam Yang Sholeh. Dikenal banyak
memiliki karamah-karamah.
SYAIKH ABDUL KADIR MEMPUNYAI PEMAHAMAN AHLUSUNNAH WALJAMA’AH , BELIAU
TIDAK MENGGUNAKAN MAKNA DHOHIR DALAM MENTAFSIR AYAT/HADITS
MUSTSYABIHAT. SMA SEPERTI AQIDAH IMAM MADZAB YANG 4. INI BISA DILIHAT
DALAM KITAB SIRRULASRAR (RAHASIA ADRI YANG PALING RAHASIA. KEBOHONGAN
WAHABI TENTANG PEMAHAMAN SAYIKH ABDUL KADIR DENGAN MEMALSUKAN KATA2
BELIAU DALAM KITAB ALGHUNYAH.
BERIKUT INI ADALAH RINGKASAN AQIDAHBELIAU :
Aqaidul iman 50 ( Jawa: mu’taqot 50 ), yaitu kajian ilmu tauhid, sebagai
dasar landasan utama pengenalan kepada Allah SWT, sebagai bahan masukan
disini, bukan untuk membenarkan keyakinan saya dan menyalahkan yang lain
atau sebaliknya, tapi sebagai tambahan ilmu, kalau dianggap baik,
silahkan diambil, kalau tidak silahkan ditinggalkan, tidak ada paksaan,
tidak ada judgment dan vonis.
Ilahi anta maqsudi, waridlaka matlubi
( Ya Allah, Hanya Engkaulah Tujuanku, dan hanya ridlamu yang aku harapkan )
Walillahil masyriqu wal maghribu, fa aynama tuwallu fatsamma wajhullah,
Innallaha waasi’un ‘aliim ( QS al baqarah 115 )
( Dan kepunyaan Allah, belahan bumi timur dan barat, maka kemanapun
tempat kamu menghadap, maka disitu engkau menghadap pada Dzat Allah,
sesungguhnya Allah, Dzat yang maha luas dan Dzat yang maha mengetahui )
Awwalu wajibin ‘alal insani ma’rifatul ilahi bistiqani ( kitab az zubad,
syeikh Ibnu Ruslan )
( Kewajiban paling awal, bagi setiap manusia adalah mengenal dan
mengetahui Tuhannya dengan keyakinan yang jelas tanpa keraguan )
Bismillahirahmaniirrahiim
Aqaidul iman 50 ( Jawa : mu’taqot seket ; 50 )
Allah itu mempunyai sifat wajib,mustahil ( muhal ) dan sifat jaiz ( wenang )
Sifat wajib Allah ada 20 dibagi jadi 4 bagian
1. Sifat Nafsiyah
2. Sifat Salbiyah
3. Sifat Ma’ani
4. Sifat Ma’nawiyah
1. Sifat Nafsiyah
Sifat yang dinisbahkan kepada Allah yang maksudnya ada, yaitu sifat wujud
Sifat mustahil /lawannya ( muhal ) = adam, artinya tidak ada
Dalil : /Allahulladzii khalaqas samaawati wal ardla wamaa baynahuma/
( Yaitu Allah, Dzat yang menciptakan tujuh lapisan langit dan bumi dan
segala sesuatu yang ada diantaranya )
2. Sifat Salbiyah
Sifat yang digunakan untuk menolak sesuatu yang tidak patut untuk
dinisbahkan kepada Allah. Ada 5 sifat yaitu : Qidam,Baqo,Mukhalafatu lil
hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah
Qidam = sudah sedia ada ( adanya tidak didahului oleh tidak adanya)
Jawa: gusti Allah iku mesti disek disek i ora ono sing disek I, kari ora
ono kang ngareni.
Dalil : /huwal awwalu wal akhiiru/
/Huwa/ yaitu /Allah/, /al awwalu/, /Dzat/ yang awal, /wal akhiiru/ dan
Dzat yang akhir
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) qidam = huduts ( baru )
Baqo = kekal / tetap, tetap dan kekalnya tidak dari diam tidak dari
gerak, sebab diam dan gerak itu pekerjaan makhluq
jawa /: tetep , tetepe ora songko obah ora songko meneng, sebab obah
lan meneng iku penggawene makhluq /
Dalil : /Wayabqaa wajhu rabbika dzul jalaali wal ikraam/ (Ar Rohman27)
/Wayabqaa,/ dan tetaplah kekal, /wajhu rabbika/ ,dzat Tuhanmu Muhammad,
/dzul jalaali/ yang mempunyai sifat keagungan, /wal ikraam/ dan sifat
kemulyaan.
Sifat mustahil/Lawan ( muhal ) baqo = fana ( rusak / binasa )
/Mukhalafatu lil hawaditsi/ = berbeda dengan segala sesuatu yang baru
(makhluq).
Jawa: nulayani marang sekabehe barang kang anyar.
Perbedaannya yaitu tidak berbentuk ( ora jerem ), tidak berbadan ( ora
jisim ), tidak seperti intan permata ( ora jauhar ), tidak ada rupa (
ora ‘arod ) tidak betingkat – tingkat ( ora juz ), tidak terbagi ( ora
kul ), tidak ada dalam fikiran kita.
Dalil : laisa kamitslihi syaiun/ ( Asyuro 11 )
Laisa/, tidak ada, yaitu /kamitslihi/ seperti persamaanNYa Allah,
Syaiun/ dari segala sesuatu
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = mumtsalatu lil hawaditsi ( sama
dengan yang baru )
Qiyamuhu binafsihi = Berdiri diatas Dzatnya sendiri
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = Ihtiyaju lighairihi, artinya mustahil
jika Allah butuh tempat kepada sesuatu selainNya
Dalil : /Innallaha La ghaniyyun ‘anil ‘alamin/ ( al ankabut : 6 )
/Innallaha,/ sesungguhnya Allah, /la ghaniyyun/, nyata dzat yang maha
kaya/tidak butuh apapun, ‘/anil ‘alamiin/, kepada semua alam
( tidak butuh tempat, tidak butuh waktu, tidak butuh apapun )
Wahdaniyah = Allah itu Dzat Esa / satu yang hakiki
( jawa : Gusti Allah iku mesti siji kang hakiki )
Esa Dzat, tidak kamuttasil, tidak kammunfasil
Esa sifat, tidak kamuttasil, tidak kammunfasil
Esa perbuatan, kamuttasil wajib, tidak kammunfasil
( jawa : siji Dzate, kamuttasil ora, kammunfasil ora
siji sifate, Kamuttasil ora, kammunfasil ora
siji panggawene, kamuttasil wajib, kammunfasil ora )
Esa Dzat, tidak kamuttasil artinya Dzat Allah itu tidak seperti bilangan
yang dapat disebut seperti bulu, kulit otot, daging, tulang, sum sum,
bukan itu.
Tidak Kammunfasil artinya : Dzat Allah itu tidak memakai bilangan yang
pisah – pisah seperti jari tangan, jari kaki, bukan itu.
Esa sifat, tidak kamuttasil artinya sifat Allah itu tidak seperti warna
yang dapat disebut merah, hijau, kuning, putih, hitam, biru dan
seterusnya, bukan itu Esa sifat, tidak kammunfasil artinya sifat Allah
itu tidak seperti bilangan yang dapat dipisah pisah seperti tangan, kaki
bukan itu.
Esa perbuatan ( jawa: siji panggawene ) kamuttasil wajib artinya
perbuatan Allah itu pasti dapat ditemukan pada ciptaanNya
( jawa : Panngawene Gusti Allah iku mesti tetemu marang gawenane )
Esa perbuatan, tidak kammunfasil artinya Mustahil jika Allah itu sampai
terpisah dengan perbuatan atau ciptaanNya
Sifat mustahil / lawan dari sifat Wahdaniyah = Muhal Ta’addud artinya
mustahil jika Allah itu sampai memakai bilangan, seperti satu dalam
artian bilangan
Dalil : Qul Huwallahu ahad
/Qul/; katakanlah Muhammad, /Allahu/ yaitu Allah, itu /Ahadun/ satu yang
hakiki ( jawa: siji ngijeni kang hakiki )
3.Sifat Ma’ani :
Artinya Allah sebelum menjadikan langit bumi seisinya ini, maka Allah
sudah memiliki sifa Ma’ani yaitu Allah sudah kuasa, sudah berkehendak,
sifat ma’ani ada 7 yaitu : Qudrat, Iradah, ‘Ilmu, Hayat, Sama’ , Bashar,
Kalam
Qudrat = Kuasa
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = ‘Ajzun artinya Lemah ( jawa: apes )
Dalil : Innallaha ‘ala kulli syain qadiir ( Qs Albaqarah 20 )
Innallaha, sesungguhnya Allah, ‘ala kulli Syain diatas segala sesuatu,
Qadiruun, Kuasa
Iradat = Allah itu mempunyai kehendak / Berkehendak
Sifat Mustahil/lawan (muhal) = Karohah artinya Mustahil kalau sampai
Allah itu terpaksa menuruti kehendak Makhluq ( jawa: kasereng )
Dalil : Fa’aalul lima yuriidu ( Qs Al buruj 16 )
( Dzat yang banyak mencipta segala sesuatu menurut kehendakNya )
‘Ilmu = Allah Maha mengetahui ( Jawa : Ngudaneni )
Sifat Mustahil / lawan ( muhal ) = Jahlun artinya, mustahil jika Allah
itu bodoh
Dalil : Innallaha ‘alimun bidzaatish shuduuri ( Qs Al Imron 119 )
Innallaha, sesungguhnya Allah, ‘aliimun, Dzat yang maha mengetahui,
bidzaatish shuduuri, diatas orang – orang yang memiliki beberapa macam
keadaan hati
jawa: Setuhune Gusti Allah iku ngudaneni kelawan wong kang anduweni
piro – piro ati)
Hayat = Allah itu maha hidup, hidupNya tidak pakai nyawa, tidak pakai sukma
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = Mautun artinya mustahil jika Allah
sampai mati.
Dalil : Watawakkal ‘alal hayyilladzii laa yamuutu ( Qs Al Furqan 58 )
Watawakkal, dan bertawakal/pasrah lah engkau Muhammad, kepada
Hayyilladzii, Dzat yang maha hidup, laa yamuutu, yang tidak akan mati.
Sama’ = Allah Maha mendengar, mendengarNya tidak pakai telinga ( Jawa :
ngerungu, ngerungune ora nganggo kuping )
Sifat mustahil/lawan ( muhal ) = Shomamun, artinya mustahil jika Allah
itu tuli
Dalil : Innallaha Samii’un ‘aliim ( Qs Al Imron 34 )
Innallah, sesungguhnya Allah, itu Samii’un, Dzat yang maha mendengar,
‘aliimun dan Dzat maha mengetahui.
Bashar = Allah Maha melihat, melihatNya tidak pakai mata ( Jawa: Gusti
Allah iku mesti ningali, ningalane ora nganggo meripat )
Sifat mustahil/lawan ( muhal ) = ‘Umyun artinya mustahil jika Allah buta
Dalil : Wallahu bashiirun bimaa ta’maluna ( Qs Al Hujurat 18 )
( Dan Allah itu Dzat yang maha melihat atas segala sesuatu perbuatan
yang kamu lakukan )
Kalam = Allah itu maha berfirman ( berkata – kata ) berkata –katanya
Allah tidak pakai suara dan aksara (jawa: Gusti Allah mesti dawuh,
dawuhe ora nganggo suoro, ora nganggo aksoro )
Sifat mustahil / lawan ( muhal ) = bukmun artinya mustahil jika Allah
itu dzat yang bisu
Dalil : Wakalamallahu Muusa takliiman
Wakalamallahu, dan telah berfirman / berbicara Allah, Muusa kepada nabi
Musa, takliiman dengan sebenar – benar berbicara / berfirman.
4.Sifat Ma’nawiyah :
Setelah menjadikan langit bumi sesisinya, Allah mempunyai sifat
ma’nawiyah artinya Allah itu Yang Kuasa, Yang berkendak dan seterusnya,
sifat ma’nawiyah ada 7 yaitu : Qadiran, Muridan, Aliiman, Hayyan,
Samii’an, Bashiiran, Mutakalliman.
Kaunuhu Qadiran = adanya Allah itu Dzat yang Kuasa
Sifat mustahil / lawan = ‘Ajizan artinya mustahil Allah dzat yang lemah
Dalil = sifat qudrat
Kaunuhu Muriidan = adanya Allah itu dzat yang berkehendak
Sifat mustahil / lawan = Karihan artinya mustahil Allah dzat yang tidak
berkehendak ( menuruti kehendak makhluq )
Dalil = dalil sifat iradat
Kaunuhu Aliiman = Adanya Allah itu Dzat yang maha mengetahui
Sifat mustahil / lawan = Jahilan artinya mustahil Allah dzat yang bodoh
Dalil = dalil sifat ‘ilmu.
Kaunuhu Hayyan = adanya Allah itu dzat yang maha hidup
Sifat mustahil / lawan = mayyitan artinya mustahil Allah dzat yang mati
Dalil = dalil sifat hayat.
Kaunuhu samii’an = adanya Allah itu dzat yang maha mendengar
Sifat mustahil / lawan = Ashomma artinya mustahil Allah dzat yang tuli
Dalil = dalil sifat sama’
Kaunuhu Bashiiran = adanya Allah itu dzat yang maha melihat
Sifat mustahil / lawan = a’ma artinya mustahil Allah dzat yang buta
Dalil = dalil sifat bashar.
Kaunuhu Mutakalliman = adanya Allah itu dzat yang maha berbicara
Sifat mustahil / lawan = Abkama artinya mustahil Allah dzat yang bisu
Dalil = dalil sifat kalam.
Sifat Jaiz ( kewenangan ) Allah ada satu dijabarkan jadi 5, ditambah
sifat mustahilnya 5 jadi 10 :
1)Allah menjadikan langit bumi seisinya kewenangan Allah, mustahil
jika Allah menjadikan langit bumi seisinya wajib
2)Allah menjadikan langit bumi seisinya tidak berharap manfaat,
mustahil jika berharap manfaat
3)Allah menjadikan langit bumi seisinya, langit bumi seisinya ini
tidak punya daya kekuatan, mustahil jika punya daya kekuatan
4)Allah menjadikan langit bumi seisinya, langit bumi sesisinya
tidak punya daya watak / sifat
5)Allah menjadikan langit bumi seisinya ini baru, mustahil jika qidam
Aqaidul iman 50 dibagi jadi 2 yaitu :
1. Istighna’
2. Iftiqar
Istighna’ angkullima siwaahu artinya Allah itu maha kaya, tidak butuh
sesuatu selainNya, sifatnya ada 28 ( termasuk sifat wajib, mustahil dan
jaiz ) yaitu : wujud, qidam,baqa, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu
binafsihi, sama’, bashar, kalam, samii’an, bashiiran, mutakalliman ( 11
) , sifat mustahilnya 11, jadi 22,
sifat jaiz 3 ( yaitu no 1- 3 diatas ) ditambah mustahil jaiznya 3, jadi 6
22 ditambah 6 = 28
Istighna’ sendiri dibagi menjadi 5
1)Istighna’ fa’il : Allah maha kaya, tidak butuh pada perbuatan (
jawa: ora butuh
marang gawe ) sifatnya yaitu : wujud, qidam, baqa, mukhalafatu lil hawaditsi
2)Istighna’ mahal : Allah maha kaya, tidak butuh pada tempat,
sifatnya yaitu qiyamuhu binafsihi
3)Istighna’ mukammil : Allah maha kaya, tidak butuh pada sesuatu
yang menyebabkan sempurna, sifatnya yaitu sama’ bashar, kalam, samii’an,
bashiiran, mutakalliman
4)Istighna’ maf’ul : Allah maha kaya, tidak butuh pada ciptaanNya,
sifatnya sifat jaiz no 1 dan 2, ditambah sifat mustahil dari sifat jaiz
tersebut.
5)Istighna’ washitoh : Allah maha kaya, tidak butuh pada lantaran,
sifatnya sifat jaiz no 4 ditambah sifat mustahil dari sifat jaiz tersebut.
Iftiqar kullima ‘adaahu ilahi : setiap sesuatu selain Allah pasti butuh
pada Allah
terdiri dari 22 sifat ( wajib, mustahil, jaiz ) Yaitu : qudrat, iradat,
ilmu, hayat, qadiran, muriidan, ‘aliiman, hayyan, samii’an, wahdaniyah (
9 sifat ) mustahilnya 9 sifat, ditambah sifat jaiz no 4 dan 5, serta
sifat mustahil bagi sifat jaiznya 2, jadi jumlahnya 22 sifat.
Istighna’ 28 sifat , dibagi jadi 2
1.Sifat kamal artinya sempurna, terdiri dari 12 sifat ( wajib, mustahil,
jaiz )
2.Sifat Jamal artinya indah, terdiri dari 16 sifat ( wajib, mustahil, jaiz )
Iftiqar 22 sifat dibagi jadi 2
1.Sifat Jalal, artinya Agung, terdiri dari 10 sifat ( wajib, mustahil,
jaiz )
2.Sifat Qohar, artinya Perkasa, terdiri dari 12 sifat ( wajib, mustahil,
jaiz )
Istghna’ 28 sifat ditambah iftiqar 22 sifat disebut aqaidul iman 50
Semua sifat diatas terangkum dalam kalimah tauhid :
Laa ilha illa Allah
Laa, mengandung sifat kamal 12
Ilaha, mengandung sifat jamal 16
Illa, mengandung sifat jalal 10
Allahu, mengandung sifat qohar 12
Jumlah 50 sifat.
Huruf kalimah tauhid laa ilaha illa Allah, 12 huruf
Lam, lafad Laa, artinya tidak ada yang lainnya
Alif, lafad laa, mustahil jika Allah ada yang lainnya lagi.
Alif, lafad ilaha, itsbat iradat artinya tetap pada kehendak Allah
Lam, lafad ilaha, Nafi mujtahid nakiroh, artinya hati – hati jangan
berharap pada Tuhan yang lain, kecuali Allah.
Ha, lafad ilaha, itsbat ahadiyah, tetap satu/esa dzat Allah
Alif, lafad illa, itsbat hidayah, tetap petunjuk dari Allah
Lam, lafad illa, lam nafi ‘ubudiyah, artinya tidak ada sesembahan selain
Allah
Alif, lafad illa, artinya mustahil jika ada sesembahan selain Allah.
Alif, lafad Allahu, itsbat wahdiyah, tetap satu hakiki sifat Allah
Lam awwal, lafad Allah, itsbat ta’dim artinya tetap keagungan milik Allah
Lam tsani, lafad Allah, mustahil jika Allah itu tidak bersifat agung.
Ha, lafad Allah itsbat Hawiyah, artinya tetap keluasan milik Allah
Huruf Lafad Allah itu ada 4, menunjukkan kalau ilmu ada 4 yaitu :
1. Ilmu Syari’at
2. Ilmu Thoriqoh
3. Ilmu haqiqah
4. Ilmu Ma’rifah
Ilmu syari’at
artinya aturan tempatnya di lisan, orangnya harus mempunyai niat, ibadah
wudlunya dengan air, sholatnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, yang
mengerjakan 7 anggota badan
Ilmu Thoriqah
Artinya jalan atau perjalanan, tempatnya di hati, orangnya harus berbuat
atau beramal, ibadah wudlunya meninggalkan sifat dengki atau hasud,
sholatnya menampakkan sifat belas kasih sesama makhluq, yang mengerjakan
hati
Ilmu Haqiqah
Artinya Nyata, tempatnya di ruh atau nyawa, orangnya harus meninggalkan
perasaan bisa ( jawa : tinggal rumongso ) ibadah wudlunya harus tinggal
takabbur, ujub dan sombong, sholatnya menampakkan sifat sabar yang
mengerjalan ruh.
Ilmu ma’rifah
Artinya mengerti / mengetahui, tempatnya ada di rasa ( jawa: pangeroso )
orangnya harus ngerti, ibadah wudlunya tenang ( jawa : anteng )
sholatnya harus sungguh – sungguh ( khusyuk dan mudawamah / terus
menerus tanpa mengenal waktu ) yang mengerjakan rasa (jawa: pangeroso )
Macam Syahadat :
1. Syahadat Mutaawwilah artinya syahadat yang pertama, Syahadatnya
Allah sendiri Bunyinya : /Innanii anallahu laa ilaha illa ana/ ( Qs
Thoha 14 )
( Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku )
2.Syahadat Mutawashitoh artinya Syahadat yang tengah – tengah,
seperti syahadatnya malaikat, para nabi dan rasul dan para orang mukmin
semua
yaitu : /Asyahadu anlaa ilaha illallah /( QS Al Imron 18 )
dalil : Syahidallahu annahu laa ilha illa huwa wal malaikatu wa ulul ‘ilmi
3.Syahadat Muta akhirah artinya syahadat yang terakhir yaitu
syahadat umum orang islam semua
Syarat orang membaca syahadat harus memenuhi 3 perkara
1) Nur Hidayah, barang siapa yang mendapat nur hidayah akan dijaga
dari sifat musyrik dan perilaku syirik
2)Nur Inayah, barang siapa yang mendapat nur inayah maka akan dijaga
dari dosa besar
3) Nur kifayah, barang siapa mendapat nur kifayah maka akan dijaga
dari bersitan hati yang kotor dan jelek.
Sempurnanya iman harus meninggalkan 4 perkara yaitu :
1. harus meniadakan pertanyaan kaifa ? ( Bagaimana Allah )
2. harus meniadakan pertanyaan, kam ? ( berapa Allah )
3. harus meniadakan pertanyaan ma ta ? ( kapan Allah itu ada )
4. harus meniadakan pertanyaan ayna ? ( dimana allah )
artinya selama kita masih mempunyai keraguan atas pertanyaan diatas, dan
belum mendapat jawaban, maka itu tanda iman kita belum sempurna.
Tanda islam itu ada 4 yaitu :
1. Mengaku lemah dan fakir dihadapan Allah
2. Suci lisan dari bohong
3. Suci badan dari najis
4. Suci perut dari barang haram
Rusaknya Islam itu ada 4 perkara
1. Melakukan amal perbuatan tanpa ilmu, tidak tahu wajib, sunnah atau
wenang
2. Mengerti ilmu tapi tidak mau beramal
3. Tidak mengerti atau tidak tahu, tapi tidak mau bertanya
4. Menghalang – halangi dan menjelekkan orang yang mencari kebaikan
karena Allah
Wallahu ‘alam bishawab.
Hanya untuk referensi :
1) Untuk aplikasi / penerapan tauhid dalam kehidupan sehari–hari,
kitab rujukan al hikam, Syeikh Ibnu Athaillah al iskandari
2) Untuk pendalaman tauhid, kitab rujukan, Al insan al kamil,
syeikh Abdul karim ibnu ibrahim al jilli, kasyful mahjub ( syeikh Al
hujwiri ), Jami’ al ushul fi al auliya,
3) kitab pendukung tassawuf, Risalah al qusyairiyah ( syeikh abul
qasim al Qusyairy), Al fath al rabbani, Sirrul al Asraar ( syeikh Abdul
Qadir al Jailani ), Minhaj Al ‘Abidin ( Syeikh Imam Al Ghazali ),
Minahus Saniyah ( syeikh Abdul wahab asy sya’rani )
DO'A DAN DZIKIR
MANAQIB SYEIKH ABDUL QODIR AL JAILANI
Bismillahirrohmaanirrohiim,,.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayahNya serta memberi kekuatan lahir dan bathin kepada kami,sehingga usaha kami untuk memberi pengertian tentang Manaqibnya Syaikh Abdul Qodir Al
Jailani ini dapat terlaksana meskipun tidak seluruhnya.
Semua ini kami lakukan karena melihat fakta yang nyata,bahwa kegiatan
membaca Manaqibnya Syaikh Abdul Qodir Al Jailani,makin lama semakin
berkembang di tengah tengah masyarakat Islam Indonesia terutama di Jawa,khususnya mereka yang aktif dalam amalan Thoriqoh Qodiriyah.Hal
yang tak dapat dipungkiri ini membuat kami sempat berpendapat,bahwa
mereka yang melibatkan diri ke dalam kegiatan tersebut, tidaklah semuanya mengerti akan makna dan maksudnya, walaupun di dalam Manaqib itu sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Jawa,Sunda,dll.namun begitu sedikit sekali orang yang bisa membacanya, terlebih lebih pada generasi baru. Maka dari itu kami mencoba memberikan sekilas pengertian tentang Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani agar anda dan mereka yang berminat untuk membacanya, dapat memahami dan menghayati sekaligus bisa menterjemahkan sendiri ke dalam hidup dan kehidupan sehari hari dengan mengambil contoh prilaku Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, sehingga dengan demikian InsyaAllah kita tidak akan menjadi orang yang ikut ikutan saja.
Untuk lebih jauh lagi dalam memberikan pengertian tentang Manaqib ini,kami akan memberikan sedikit tentang Manaqib dan keutamaan membacanya.
Manaqib adalah sejarah atau riwayat hidup manusia. Karena kalimat
MANAQIB maknanya{artinya}kebaikan kebaikan,maka sudah barang tentu
Manaqib adalah riwayat hidup orang yang sudah terkenal kebaikan
kebaikannya atau ibadahnya kepada Allah SWT, maupun kepada sesama manusia.
Sebenarnya Manaqib itu tidak terbatas untuk seorang saja,namun
kebetulan rupa rupanya yang mendapat tanggapan khusus dari sebagian besar umat Islam di Negara kita ini adalah Manaqibnya Syaikh Abdul Qodir Al Jailani,sehingga seakan akan tidak ada selain Manaqibnya Syaikh Abdul Qodir Al Jailani,selanjutnya agar kita mempunyai pendirian yang tegak, baiklah kita menuju firman Allah,Surat Yunus 62-64,yang
artinya;Camkanlah,sesungguhnya para Walyulloh itu tidak merasa takut
atau susah,ialah mereka yg percaya dan taqwa,untuk mereka dijamin
kebahagiaannyadi dunia dan di akhirat,tiada perobahan bagi kalimat
itulah merupakan keuntungan yang besar.
Nabi SAW pun bersabda;Barang siapa yang membenci waliku,maka sungguh Aku menyatakan perang kepadanya.
Firman Allah SWT dlm Surat Attaubah 119. yang artinya;Hai,orang yang
beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang orang yang benar.Sabda Nabi SAW yang artinya; Seorang akan berkumpul dengan siapa yang di cintai.{H,R.Bukhari-Muslim}.
Demikianlah yang dapat kami tuliskan dan semoga dapat berguna bagi kita, serta menjadi amalan shalih yang dapat menolong kami kelak di akhirat. Kepada siapa saja terutama para ustadz dan ulama, kami mohon agar sudi kiranya menegur dan membenahi kekhilafan kami.
WASSALAM.
Komentar
Posting Komentar