Ma'rifatul Qur'an

 


BAB 1
Mengenal Al- Qur’an dan Keutamaannya


STANDAR KOMPETENSI
Menjelaskan pengertian Al-Qur’an.

KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an.
2. Menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur’an.
3. Menjelaskan keutamaan mempelajari Al-Qur’an

A. PERSEPSI

Ketika para siswa ditanya kitab apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., semua pasti menjawab “Al-Qur’an”. Ketika mereka ditanya kitab apa yang menjadi pedoman bagi umat Islam, mereka juga pasti menjawab
“Al-Qur’an”. Ya, Semua orang muslim, bahkan non Muslim sekalipun tahu bahwa kitab bagi umat Islam adalah Al-Qur’an. Hanya saja, tidak semua umat Islam mengenal Al-Qur’an. Tidak semua umat Islam gemar membaca dan
mempelajari Al-Qur’an. Padahal, sebelum sampai pada tahap mengamalkan isi Al-Qur’an, terlebih dahulu kita mesti mengenal, membaca dan mempelajarinya.
Sebagai pedoman hidup, kitab Al-Qur’an memang tidak cukup untuk kita koleksi dan kita letakkan di rak lemari rumah kita. Lebih dari itu, kita
dituntut untuk membaca, mempelajari dan memahami kandungan isinya.
Kemudian kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada bab ini kita akan membahas tentang Al-Qur’an meliputi pengertian, keutamaan membaca, adab membaca dan mempelajarinya.

A. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an secara etimologi (bahasa) Al-Qur’an berasal dari qara’a, yang
berarti menghimpun dan menyatukan. Sedangkan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapi. Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ عَلَيْنَاجَمْعَهُ وَقُرْأَنَهُ(17)

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.”
Al-Qur’an juga dapat berarti bacaan, sebagai masdar dari kata qara’a.
Dalam arti seperti ini Allah berfirman :
كِتبٌ فُصِّلَتْ أيَتُهُ قٌرْأَنًاعَرَبِيًّالِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنً(3)

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,
untuk kaum yang mengetahui.”
(QS. Fushshilat: 3)
Sedangkan secara terminologi (syariat) Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan diriwayatkan secara mutawatir, membacanya termasuk ibadah.
Ada lima unsur dalam definisi ini, yaitu: Kalam Allah, mukjizat,
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah.

1. Kalam Allah

Al-Qur’an merupakan kalam Allah Ta’ala yang disampaikan kepada
Rasulullah saw. melalui perantaraan Jibril. Meskipun kalam (perkataan)
juga dimiliki oleh manusia dan jin, malaikat, bahkan hewan, tentu saja
kalam Allah berbeda dari kalam makhluk.

2. Mukjizat

Kemukjizaan Al-Qur’ merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah saw. hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak.
Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur’an
dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi
kandungannya, Al-Qur’an juga sudah menunjukkan mu’jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga ‘prediksi’ (sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan
kemenangan setelah kekalahan), dan sebagainya.
Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an itu merupakan mu’jizat adalah bahwa
Al-Qur’an sejak diturunkan senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal ‘Al-Qur’an tandingan’, jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur’an merupakan kalamullah. Allah swt.
Berfirman :

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّانَزَّلْنَاعَلَى عَبْدِنَافَأْتُوابِسُورَةٍمِنْ مِثْلِهِ وَادْعُواشُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ
اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(23)فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُواوَلَنْ تَفْعَلُوافَاتَّقُواالنَّارَالَّتِي
وَقُودُهَاالنَّاسُ وَالْحِجَارَةُأُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ(24)


“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 23-24)

3. Diturunkan kepada Muhammad saw.


Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt. kepada Rasulullah saw. melalui
perantara Malaikat Jibril. Allah berfirman:

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ(192)نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ اْلأَمِينُ(193)عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ (194)بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)


“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta Alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
(QS. Asy-Syu’ara: 192-195)

4. Diriwayatkan secara Mutawatir

Setelah Rasulullah saw. mendapatkan wahyu dari Allah swt., beliau
langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Di antara mereka terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari Rasulullah saw. untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur’an ditulis di pelepah korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya.
Di antara yang terkenal sebagai penulis Al-Qur’an adalah Ali bin Abi
Thalib, Mu’awiyah, Ubai ibn Ka’b, dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para
sahabat yang lain pun banyak yang menulis Al-Qur’an meskipun tidak
mendapatkan instruksi secara langsung dari Rasulullah saw. Namun pada masa Rasulullah saw. ini, Al-Qur’an belum terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini.
Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Abu
Bakar Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan
hilangnya Al-Qur’an, karena banyak para sahabat dan qari’ yang gugur
dalam Peperangan Yamamah. Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tiga puluh sahabat yang mati syahid. Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar, beliaupun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit, karena Zaid merupakan orang terakhir
kali membacakan Al-Qur’an di hadapan Rasulullah saw. sebelum beliau wafat.
Pada mulanya pun Zaid menolak, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar, Allah pun membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar. Kemudian pada masa Utsman bin Affan ra, beliau memintanya dari tangan Hafsah.
Kemudian pada masa Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat mengenai bacaan (qira’ah) dalam Al-Qur’an. Apalagi pada masa beliau kekuasan kaum muslimin telah menyebar sedemikian luasnya.
Sementara para sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang
masing-masing memiliki bacaan yang berbeda dengan bacaan sahabat
lainnya. Kondisi seperti ini membuat suasana kehidupan kaum muslimin
menjadi sarat dengan perselisihan, yang dikhawatirkan mengarah pada
perpecahan.
Pada saat itulah, Hudzaifah bin al-Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk menyalin mushaf Abu Bakar dengan bacaan (qira’ah) yang tetap pada satu huruf.
Utsman memerintahkan (1) Zaid bin Tsabit, (2) Abdullah bin Zubair, (3)
Sa’d bin ‘Ash, (4) Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Dan jika terjadi perbedaan di antara mereka, maka hendaknya Al-Qur’an ditulis dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah Al-Qur’an diturunkan.
Setelah dilakukan penulisan Al-Qur’an dalam beberapa mushaf, Utsman mengirimkan ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap disimpan di Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf
imam. Kemudian mushaf asli yang diminta dari Hafsah, dikembalikan kepada beliau. Sehingga jadilah Al-Qur’an dituliskan pada masa Utsman dengan satu huruf, yang sampai pada tangan kita.
Demikianlah sejarah singkat periwayatan Al-Qur’an sampai kepada kita secara mutawatir. Selain dihafal oleh ratusan sahabat, penulisan Al-Qur’an juga terjamin keotentikannya serta dijamin pertanggungjawaban ilmiahnya. Tidak ada satu kitab suci pun dari agama selain Islam yang memiliki jaminan keotentikan seperti itu. Ini sekaligus bukti nyata dari firman Allah swt.:

إِنَّانَحْنُ نَزَّلْنَاالذِّكْرَوَإِنَّالَهُ لَحَافِظُونَ(9)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

5. Membacanya Bernilai Ibadah

Diantara keistimewaan Al-Qur’an adalah pahala besar yang akan diperoleh bagi orang yang membacanya. Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah yang sekaligus membedakannya dari hadits qudsi. Baik dalam shalat maupun di
luar shalat. Rasulullah saw. mengabarkan pahala membaca Al-Qur’an ini dalam sabdanya:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم َرْفٌ
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ (رواه الترمذي)


“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan
sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan “Alif Laam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf”
(HR. Tirmidzi)

B. Keutamaan Membaca dan Mempelajari Al-Qur’an

Sebagai seorang muslim kita sangat dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an.
Baik dalam kondisi sedang senang ataupun sedih. Karena dengan membaca Al-Qur’an. Dan bagi siapa saja yang membaca Al-Qur’an, akan memperoleh banyak keutamaan, diantaranya:

1. Memperoleh kesempurnaan pahala
Allah swt. berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُواالصَّلَاةَوَأَنْفَقُوامِمَّارَزَقْنَاهُمْ سِرًّاوَعَلَانِيَةًيَرْجُونَ
تِجَارَةًلَنْ تَبُورَ (29)لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)


“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir : 29-30)

2. Syafaat bagi pembaca Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda:

اِقْرَؤُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya Al-Qur’an itu akan datang di hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi yang membacanya” (HR. Muslim)

3. Pahala yang berlipat ganda bagi orang yang membaca Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ الم
َرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan
sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan “Alif Laam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf” (HR. Tirmidzi)

4. Mengangkat derajat di Surga
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash ra. dari Nabi saw., beliau
bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ
آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا

“Dikatakan kepada Ahli Al-Qur’an, “Bacalah dan keraskanlah dan bacalah (dengan tartil) sebagaimana engkau membacanya di dunia, sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kau baca” (HR. Tirmidzi)

5. Empat Keutamaan bagi kaum yang bekumpul untuk membaca Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda:

مَااجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ


“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) mereka membaca kitabullah dan saling belajar diantara mereka, kecuali Allah menurunkan ketenangan kepada mereka, mereka diliputi rahmat, dinaungi malaikat dan Allah menyebut-nyebut mereka pada (malaikat) yang di dekat-Nya.” (HR. Muslim)

6. Membaca Al Qur’an adalah perhiasan Ahlul Iman Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ،رِيحُهَاطَيِّبٌ وَطَعْمُهَاطَيِّبٌ،وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ
الَّذِى لاَ يَقْرَأُالْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِلاَرِيحَ لَهَاوَطَعْمُهَاحُلْوٌ،وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى
يَقْرَأُالْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيحُهَاطَيِّبٌ وَطَعْمُهَامُرٌّ،وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى
لاَيَقْرَأُالْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ،لَيْسَ لَهَارِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ


“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an itu bagaikan jeruk limau; harum baunya dan enak rasanya dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an itu bagaikan buah kurma; tidak ada baunya namun enak rasanya. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an itu
bagaikan buah raihanah; harum baunya tapi pahit rasanya dan orang
munafik yang tidak membaca Al-Qur’an itu bagaikan buah hanzhalah; tidak ada baunya dan pahit rasanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Membaca Al Qur’an tidak sebanding dengan Harta benda dunia
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, yang artinya:
“Apakah salah seorang diantara kalian senang bila pulang kepada
keluarganya dengan mendapatkan tiga ekor unta khalifat yang
gemuk-gemuk?” Kamipun berkata, “Ya” Beliau bersabda, “Maka tiga ayat
yang dibaca oleh seseorang diantara kalian dalam shalatnya itu lebih
baik dari tiga ekor unta khalifat yang gemuk-gemuk” (HR. Muslim)
8. Keutamaan orang yang mahir membaca Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata, Rasululah saw. bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ
عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ


“Orang yang mahir Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan baik-baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata membacanya dengan mengalami kesulitan melakukan hal itu maka baginya dua pahala” (HR. Muslim)
Setelah kita mengetahui pahala besar dan kedudukan yang dicapai orang
yang membaca Al-Qur’an, maka tidak ada kewajiban bagi kita kecuali
menyingsingkan lengan untuk bersungguh-sungguh, banyak membaca Al-Qur’an dan merenungi maknanya.

9. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah amalan yang terbaik
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi saw.
bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

C. Adab Membaca Al-Qur’an

Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan fi Hamalatil Qur’an menyebutkan bahw ada beberapa adab membaca Al-Qur’an, yaitu:

1. Sebelum membaca Al-Qur’an hendaklah membersihkan mulut dengan menggosok gigi atau dengan siwak.

2. Membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci baik dari hadats kecil maupun besar.

3. Membaca Al-Qur’an di tempat yang bersih dan suci.

4. Membaca Al-Qur’an sambil menghadap kiblat.

5. Dimulai dengan membaca ta’awwudz yakni membaca a’udzubillâhi minasy syaithanirrajîm.

6. Membaca bismillâhirrahmânirrahîm pada awal surat kecuali surat At-Taubah.

7. Bila mulai membaca, hendaklah bersikap khusyuk dan merenung.

8. Mengulang-ulang bacaan ayat untuk merenungi artinya.

9. Sebaiknya menangis ketika membaca Al-Qur’an.

10. Membaca Al-Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang
pelan-pelan dan tenang.

11. Membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus.

12. Ketika melewati ayat yang mengandung rahmat dianjurkan agar memohon karunia kepada Allah Ta’ala.

BIOGRAFI
Imam Syafi’i Hafal Al-Qur’an di Usia 9 tahun


Beliau bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As-Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Quraisy dan masih keluarga jauh Rasulullah saw. dari ayahnya. Garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga Rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju Palestina. Setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam
kondisi yang sangat prihatin dan serba kekurangan. Pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke Mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al-Qur’an
dengan lancar, bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al-Qur’an dalam
perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, beliau juga hafal kitab Al-Muwaththa’ karangan Imam Malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan. Imam Syafi’i menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu, yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah
duduk di kursi mufti kota Mekkah. Namun demikian, Imam Syafi’i belum
merasa puas menuntut ilmu, karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i sangat banyak jumlahnya, begitu pula para muridnya.
Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun
beliau lebih dikenal sebagai ahli hadits dan hukum karena inti
pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut. Beliau juga sangat bersemangat dalam membela sunnah Nabi saw. sehingga beliau digelari Nasiru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi setelah Al-Qur’an.



MENGENAL AL QUR'AN (MA’RIFATUL QUR’AN)


A. TA’RIFUL QUR’AN (PENGERTIAN AL QUR’AN)

Pengertian Al Qur’an :

Para ulama menyebutkan definisi Qur’an adalah : “Kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam , yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.
Bila di sebut nama Al Qur’an, ia mengandung beberapa haketkat seperti kalamullah, mu’jizat, diturunkan kepada hati nabi, disampaikan secara muttawir dan membacanya adalah ibadah.

1. Kallamullah

Al Qur’an merupakan Kalam atau Firman Allah. Dia bukan makhluk, seperti yang diyakni oleh aliran Mu’tazilah, atau perkataan Muhammad sebagaimana yang digembar-gemborkan orientalis. Al Qur’an benar-benar diturunkan
dari sisi Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam surat Naml : 6.
” Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

Kalam adalah wasilah (sarana) untuk menerangkan sesuatu berupa ilmu
pengetahuan, nasihat atau berbagai kehendak, lalu memberikan perkara itu kepada orang lain. Allah bersifat dengan sifat kalam, sebagaimana Allah SWT berbicara dengan dengan Nabi Musa dan Nabi Muhammad pada malam mikraj dan Allah akan berbicara dengan banyak hamba-Nya pada hari kiamat kelak.
Yusuf Qaradhawi menyatakan bahwa seratus persen lafazh dan makna Al
Qur’an bersumber dari ilahi, yang diwahyukan kepada Rosul dan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, lewat wahyu yang jelas, dibawa turun seorang utusan dari jenis malaikat, yaitu, Jibril, kepada seorang utusan dari jenis manusia. Al-Qur;an merupakan roh Rabbani, yang dengannya akal dan hati menjadi hidup, sebagaimana ia merupakan dustur Ilahi yang mengatur kehidupan individu dan masyarakat.


Ayat-ayat Al Qur’an disusun dengan rapih dan dijelaskan secara terperinci (QS. Hud : 1) dan Al Qur’an itu telah turun dengan membawa kebenaran (QS Al Isra : 105). Ia merupakan wahyu dengan perintah dari Allah SWT kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya (An-Nahl : 2)

2. Mu’jizat

Setiap nabi yang diturunkan Allah memiliki mu’jizat sebagai tanda
kenabiannya sesuai dengan jaman dan kebutuhan masyarakat waktu itu.
Mu’jizat adalah sesuatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dan
selamat dari perlawanan.
Allah selalu menantang setiap kaum dengan sesuatu yang mereka kuasai dan mereka banggakan.
Mu’jizat ini ada yang bersifat empirik dan ada yang bersifat aqliah.
Kebanyakan mu’jizat bani israel bersifat empirik, dan mu’jizat nabi umat Muhammad bersifat Aqliah.
Sebagaimana mu’jizat nabi Musa adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular, karena penduduk mesir dan Fir’aun penguasa mereka, sangat mengagung-agungkan sihir.
Sedangkan syariat Islam bersifat abadi dan universal, maka mu’jizatnyapun bersifat ’aqliah dan abadi agar dapat disaksikan oleh
orang-orang yang mempunyai pikiran. Terbukti ribuan tahun setelah turunnya Al Qur’an, mu’jizat itu tidak berubah. Umat manusia di era milenium ini, semakin menghargai budaya intelektual , mencintai ilmu pengetahuan apakah dalam bentuk sastra, tulisan ilmiah, atau lainnya.
Ini semakin membuktikan kekekalan mu’jizat Al Qur’ani yang berlaku
sepanjang masa. Al Ghazali menyatakan bahwa kekalnya mu’jizat yaitu adanya kontinuitas ketidak mampuan manusia untuk membuah hal serupa.
Sebagaimana Allah SWT berfirman :
”Bahkan mereka mengatakan, ’Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu’.
Katakanlah, ’ (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian
sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.” (QS Hud : 13)
Mu’jizat Al Qur’an mencakup banyak hal. Muhammad Quthb membaginya
menjadi mu’jizat dalam hal Bayan (atau cara penyampaian), dakwah,
pendidikan, syariah dan Iptek. Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat bahwa
kemukjizatan Al Qur’an ada dua macam, yaitu mu’jizat yang memiliki unsur material yang dapat ditangkap indra, dan mu’jizat yang memiliki unsur sastra dan Akal. Harun Yahya menerbitkan buku dan cd/ audio-video yang membahas mu’jizat Al Qur’an dari segi ilmu pengetahuan , dan masih banyak penelitian-penelitian ilmiah di abad 19 dan 20 yang makin membuktikan mu’jizat Al Qur’an yang dulu tidak pernah diketahui sebelumnya. Berikut adalah beberapa mu’jizat Al Qur’an ditinjau dari :

Mu’jizat dari Segi Bahasa

Al Qur’an jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya indah, uslub(gaya bahasa)nya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiah dan fi’liah-nya, dalam nafi dan isbat-nya, dalam zikr dan harf-nya, dalam tankir dan ta’rifnya, dalam taqdim dan ta’khirnya, dalam itnab dan ijaz-nya, dalam umum dan khususnya, dalam mutlaq dan muqayyad-nya, dalam nass dan fahwa-nya, maupun dalam hal lainnya. Dal hal-hal tersebut dan
yang serupa Qur’an telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup
kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
Al Qur’an memuat segala bentuk susunan bahasa yang terbaik, maka ia tidak bisa dikatan risalah, khithabah, sya’ir atau sajak.
Ia hanya bisa dikatan Kalam Allah.

Kemukjizatan Tasyri’ (perundang-undangan)

Al Qur’an memulai dengan pendidikan individu, karena individu merupakan batu-bata masyarakat, dan menegakan pendidikan individu itu di atas penyucian jiwa dan rasa pemikulan tanggung jawab. Al Qur’an menyucikan jiwa manusia dengan akidah tauhid, agar terbebas dari penghambaan terhadap makhluk, dan hanya menghamba kepada Allah SWT. Dengan perintah
sholat, puasa, zakat dan haji, semuanya merupakan latihan untuk mengasah jiwa dan mengendalikan hawa nafsu.

Setelah pendidikan individu, Islam berpindah kepada pembangunan
keluarga, sebagai benih dari sebuah masyarakat. Semua diatur dalam Islam bagaimana pernikahan, mendidik anak, memperlakukan istri dan banyak lagi tuntunan lainnya. Dan terakhir Islam juga memiliki sistem pemerintahan, yang mengatur masyarakat Islam, dan Al Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah pemerintahan Islam ini, dalam bentuk yang paling ideal dan baik, yaitu pemerintahan yang didasarkan musyawarah, persamaan dan
larangan kekuasaan individual.

Kemukjizatan Ilmu Pengetahuan

Dari segi ilmiah, berikut dikutip dari karya Harun Yahya, dalam.

Bidang Astronomi

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Kesimpulan yang dicapai oleh astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, bersamaan dengan dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
akibat suatu peristiwa ledakan raksasa yang terjadi di saat dimensi
waktu belumlah ada...

MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan sekitar 14 abad silam, di saat ilmu astronomi masih sangat terbelakang, mengembangnya alam semesta telah dinyatakan…

PEMISAHAN LANGIT DAN BUMI
Ketika kita membandingkan pernyataan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan berbagai
penemuan ilmiah, maka kita akan menemukan bahwa keduanya bersesuaian satu sama lain…

GARIS EDAR Di masa ketika Al Qur'an diturunkan, mustahil dapat disimpulkan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar",
sebagaimana dinyatakan dalam ayat…

BENTUK BULAT PLANET BUMI
Di masa lalu diyakini bahwa bumi berbentuk bidang datar. Akan tetapi ayat-ayat Al Qur'an telah berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir…

ATAP YANG TERPELIHARA
Sistem sempurna berada dan bekerja jauh di atas Bumi.
Sistem ini melingkupi bumi kita dan melindunginya dari bahaya luar angkasa.
Berabad-abad lalu, Allah telah memberitakan hal ini kepada kita dalam Al Qur'an…

LANGIT YANG MENGEMBALIKAN
Ayat ke-11 dari Surat 86 dalam Al Qur'an merujuk pada fungsi "mengembalikan atau
memantulkan" dari langit…



Bidang Fisika

RAHASIA BESI Dalam sebuah ayat di surat 57, Allah Yang Maha Kuasa merujuk tentang pembentukan unsur besi, dan memperlihatkan keajaiban ilmiah dengan kode
matematis yang dikandungnya.

PENCIPTAAN YANG BERPASANG-PASANGAN
Kini, makna ayat Al Qur'an yang menyatakan tentang hal tersebut telah terungkap.
Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933…

RELATIVITAS WAKTU
Relativitas waktu dikemukakan melalui teori relativitas Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia tidak mengetahui bahwa waktu adalah
sebuah konsep yang relatif...



Ilmu Bumi

LAPISAN-LAPISAN ATMOSFER
Kata "langit", yang muncul di banyak ayat Al Qur’an, digunakan untuk merujuk pada langit di
atas Bumi, serta keseluruhan alam semesta. Dengan arti kata ini,
terlihat bahwa langit Bumi, atau atmosfirnya, tersusun atas tujuh lapisan...

FUNGSI GUNUNG
Al Qur’an mengarahkan perhatian manusia pada fungsi geologis sangat penting dari gunung. "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…" (QS. Al Anbiyaa’, 21:31)

ANGIN YANG MENGAWINKAN
Dalam Al Qur’an dikemukakan bahwa tahap pertama pembentukan hujan melibatkan angin.
Hingga awal abad ke-20, belumlah diketahui bahwa angin memegang peran penentu dalam pembentukan hujan...

LAUTAN YANG TIDAK BERCAMPUR SATU SAMA LAIN
Para ahli kelautan baru-baru saja menemukan bahwa lautan yang ada memiliki sifat tidak dapat bercampur satu sama lain sama sekali...

KEGELAPAN DAN GELOMBANG DI DASAR LAUT
Tidak ada cahaya apa pun yang memasuki kedalaman 1000 meter di bawah permukaan laut.
Fakta ilmiah ini dinyatakan dalam Al Qur’an surat 24 ayat ke-40 sekitar
1400 tahun yang lalu…

KADAR HUJAN
Satu di antara sekian informasi tentang hujan yang diberikan Al Qur’an adalah bahwa hujan diturunkan ke Bumi dengan kadar yang tepat. Kadar yang ditetapkan pada hujan ini sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian
modern...

PEMBENTUKAN HUJAN
Setiap tahap pembentukan hujan disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an. Di samping itu,
tahapan-tahapan ini dijelaskan persis dalam urutan yang tepat...

PERGERAKAN GUNUNG
Dalam Al Qur’an, Allah merujuk peristiwa bergeraknya gunung-gunung sebagai pergeseran
atau perjalanan awan. Kini, para ilmuwan modern juga menggunakan istilah "Pergeseran Benua" bagi gerakan ini...

Bidang Biologi

BAGIAN OTAK YANG MENGENDALIKAN GERAK KITA
Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan telah mengungkapkan bahwa bagian
prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi tertentu otak, terletak
di bagian depan tulang tengkorak...

KELAHIRAN MANUSIA
Langit, hewan, dan tumbuhan secara bergantian disebutkan sebagai bukti-bukti keberadaan dan kekuasaan Allah bagi manusia. Dalam banyak ayat, manusia diseru untuk
memalingkan perhatian mereka pada penciptaan diri mereka sendiri...

SETETES MANI
Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur.
Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup...

CAMPURAN DALAM AIR MANI
Dalam Al Qur'an, dijelaskan bahwa air mani merupakan cairan yang berupa campuran dari berbagai zat. Fakta ini telah dibenarkan oleh ilmu pengetahuan...

JENIS KELAMIN BAYI
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan secara bersama-sama oleh sel sperma pria dan sel telur wanita. Akan tetapi kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin pria atau wanita ditentukan "dari air mani, apabila dipancarkan"...

SEGUMPAL DARAH YANG MENEMPEL PADA RAHIM
Pada tahap awal pembentukannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu...

PEMBUNGKUSAN TULANG OLEH OTOT
Dinyatakan dalam sejumlah ayat Al Qur'an bahwa dalam rahim ibu, kerangka bayi terbentuk pada awalnya, dan kemudian otot-otot tumbuh dan membungkus
tulang-belulang ini...

TIGA TAHAPAN BAYI DALAM RAHIM
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu melalui proses yang terdiri atas tiga tahap...

AIR SUSU IBU
Air susu ibu adalah sebuah campuran sempurna ciptaan Allah yang tak tertandingi.
Air susu ini merupakan sumber makanan paling istimewa bagi bayi yang baru lahir, dan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit.

TANDA PENGENAL MANUSIA PADA SIDIK JARI
Ketika dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan kembali
manusia setelah kematian mereka, sidik jari manusia ditegaskan secara
khusus...

Bidang Futururologi

INFORMASI MENGENAI PERISTIWA MASA DEPAN DALAM AL QUR'AN
Keajaiban lain dari Al Qur'an adalah diungkapkannya sejumlah peristiwa penting yang akan terjadi di masa depan. Ayat ke-27 surat 48, misalnya, memberi kabar gembira pada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menduduki kota
Mekkah, yang kala itu masih dikuasai kaum musyrikin...

KEMENANGAN BYZANTIUM
Satu lagi pernyataan tentang kejadian masa depan yang diberitakan Al Qur'an dapat dijumpai di ayat pertama surat 30. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kendatipun telah
mengalami kekalahan besar, Kekaisaran Bizantium dalam waktu dekat akan memperoleh kemenangan...

3. Diturunkan kepada Hati Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an :

”Dan, Sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhl-Amin (Jibril), ke dalam hati
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan Bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy-Syuara
: 192 -195)

Kisah penerimaan wahyu pertama oleh Rosulullah di Gua Hira’
mengisyratkan betapa berat urusan itu diterima sehingga beberapa kali
Rasul dipeluk oleh Jibril. Proses Al Qur’an diturunkan langsung oleh
Jibril kepada Rasulullah.Kemudian setiap ayat yang diturunkan dihafal
oleh beliau sehingga sempurna menjadi sebuah Al Qur’an.


4. Disampaikan secara Mutawatir
Turunnya Al Qur’an

”Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Qur’an) pada malam lailatul qadar.” (QS Al-Qadr : 1)

Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab pokok. Mazhab pertama, yaitu pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta dijadikan pegangan oleh umumnya ulama. Al Qur’an diturunkan sekaligus ke Baitul ’Izzah di
langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al Qur’an diturunkan kepada Rosul kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sedangkan
mazhab kedua yaitu yang diriwatkan oleh Asy-Sya’bi disebutkan bahwa pada permulaannya Al Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan. Kemudian turunnya setelah itu bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.

Metode Pengajaran Al Qur’an
Sejarah tidak selalu bersahabat dengan Kitab suci. Injil asli Nabi ‘Isa
(Jesus), sebagaimana akan kita lihat kemudian, telah lenyap sejak awal
clan diganti dengan karya penulis yang tidak memiliki hubungan keilmuan dengan sumber pertama; demikian pula dengan kitab perjanjian lama yang telah mengalami penderitaan begitu kronik karena tidak adanya perhatian.
Hal itu sama sekali bertentangan dengan kitab Al-Qur'an yang diberkahi dengan penyebaran yang begitu cepat ke seluruh Jazirah Arab sejak kehidupan Nabi Muhammad, yang disebarkan oleh para sahabat yang secara langsung men­dapat pengajaran dari Nabi Muhammad sendiri. Adanya para huffaz memberi saksi atas kesuksesan dalam hal ini.
Rekaman dan Penulisan Al Qur’an
Menurut M.M. A’Zami, rekaman dan penulisan Al Qur’an di bagi menjadi dua periode, yaitu Periode Mekah dan Periode Madinah. Bukti penulisan pada Periode Mekah salah satunya dapat ditemukan dalam cerita masuknya Umar Bin Khatab di kitab sirah dari Ibn Hisham. Dalam cerita itu pada saat Umar pergi menemui saudara iparnya, saat itu khaba (saudara iparnya) sedang membaca surat Thaha yang ditulis di atas kulit. Begitu juga Al-Kattani mencatat bahwa sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-'Aqaba, Nab! Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi`
mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.

Pada Periode Madinah, penulisan Al Qur’an lebih terorganisir. Pada
periode Madinah terdapat sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima
sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa'id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin `Ubada, Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas, `Abdullah bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha, `Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa'd, 'Abdullah bin 'Abdullah, 'Abdullah bin 'Amr, 'Uthman bin 'Affan, Uqba, al­'Ala bin 'Uqba, 'All bin Abi Talib, 'Umar bin
al-Khattab, 'Amr bin al-'As, Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin 'Adi, Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.

Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu dan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur'an. Beliau ingin agar Al-Qur'an dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan.

Kompilasi Tulisan Al Qur’an
Kompilasi tulisan Al Qur’an tidak sama dengan penulisan Al Qur’an.
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa tradisi penulisan itu telah dimulai dari awal kemunculan Islam sampai beliau wafat. Tetapi kemudian setelah beliau wafat dan adanya perang Al Yamamah pada tahun 12 Hijriah, dimana sebanyak tujuh puluh qari terbunuh. Hal itu membuat Umar
bin Khatab merasa khawatir dan mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan dan membukukan Al Qur’an. Khalifah Abu Bakar memberikan penugasan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengupulkan atau mengkompilasi tulisan-tulisan Al Qur’an yang tersebar di kalangan para
sahabat Zaid bin Tsabit adalah sahabat yang memiliki keunggulan dalam masalah qira’at, penulisan, pemahaman dan kecerdasan dan kehadirannnya pada pembacaan yang terakhir kali.

Tulisan Ayat Al Qur’an yang telah terkumpul diverifikasi melalui
tulisan-tulisan yang memiliki tingkatan yang sama, dan juga harus
dihadirkan dua orang saksi. Kemudian tulisan tersebut juga harus
diverifikasi lagi dengani hafalan para sahabat yang belajar langsung
dari Rosulullah. Kemudian Abu Bakr menjelajah keseluruh Madinah dan
menyusunnya untuk transkripsi penulisan ke dalam satu jilid besar
(master volume). Hasil kompilasi itu disebut dengan istilah Suhuf. Suhuf
tersebut di simpan dalam arsip kenegaraan dibawah pengawasan AbuBakr.
Kemudian suhuf itu berpindah ke tangan Umar, dan setelah wafat, disimpan oleh Hafsah, putri dari Umar bin Khatab.


Mushaf Ustmani
Pada masa khalifah Ustaman bin Affan, wilayah kekuasaan Islam sudah mencapai wilayah utara, yaitu Armenia dan Azerbaijan. Oleh karena
keragaman orang yang mempelajari Qur’an, membuat banyak umat muslim yang menggunakan dialeknya masing-masing untuk belajar Al Qur’an, karena sulit secara spontan merubah dialeknya masing-masing. Adanya perselisihan tentang dialek yang digunakan dalam Al Qur’an. Sebagai akibatnya terdapat berbagai perselisihan dan kerancuan dalam menyebutkan huruf Al Qur’an di kalangan masyarakat muslim.

Sang khalifah memutuskan untuk meminjam suhuf dari Hafsah dan
menyalinnya menjadi beberapa mushaf, kemudian mengirimnya ke
wilayah-wilayah Islam, dan memerintahkan membakar mushaf lainnya dibakar.

Dr. MM. Al-Azami dalam bukunya History of Qur’anic Text, menjelaskan
bahwa ketika Khalifah Utsman bin Affan mendengar adanya perselisihan
dalam hal bacaan Al Qur’an membuatnya segera membentuk panitia sebanyak dua belas orang untuk mengumpulkan Al Qur’an secara Indipenden. Kedua belas orang itu adalah : (1) Sa'id bin al-'As bin Sa'id bin al-'As untuk dibaca ulang;" dia menambahkan (2) Nafi' bin Zubair bin `Amr bin Naufal.
Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Ka'b, (5)
'Abdullah bin az-Zubair, (6) 'Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir
bin Aflah. Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ' Abdullah bin 'Abbas, dan (10) Malik bin Abi 'Amir.12
Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) 'Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin 'Amr bin al-'As.

Utsmam bersama panitia tersebut melakukan penyusunan seluruh tulisan yang ada dari kalangan sahabat dan masyarakat. Kemudian mereka membandingkannya dengan suhuf yang ada pada Aishah. Terakhir, kompilasi tersebut dibandingkan oleh suhuf yang ada di tangan Hafsah, dan teryata
tidak ada perbedaan di antara keduannya, maka Suhuf tersebut
dikembalikan kepada Hafsah. Khalifah Utsman memperbanyak Mushaf tersebut dan memerintahkan untuk membakar seluruh teks-teks Qur’an lainnya, guna menghindari perselisihan.

Demikianlah Al Qur’an di hapal dan ditulis kemudian di kompilasikan oleh para Sahabat, merupakan bukti bahwa Allah SWT akan senantiasa menjaga ke otentikan isinya sampai akhir jaman, melalui orang-orang pilihan-Nya.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat Al Qur’an surat Al-Hijr, ayat 9 :
”Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr : 9)

5. Membacanya adalah Ibadah
Allah berfirman dalam Al Qur’an :
”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan shalat dan menginfakan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak sia-sia. Agar Allah meyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Fatir : 2-30).

Dengan membaca Al Qur’an, manusia akan mendapat ganjaran dari Allah
berupa pahala dan juga karunianya. Diriwayatkan oleh Aisyah r.a,
Rosulullah bersabda : ”Orang yang membaca Al Qur’an sedangkan dia
seorang yang mahir, maka dia akan bersama malaikat safarah yang
menghitung amalan kebaikan lagi berbuat kebajikan. Siapa yang membaca Al Qur’an dalam keadaan tergagap-gagap dan sukur, maka dia akan memperoleh dua ganjaran (hadits riwayat Bukhori dan Muslim).

B. ASMAUL QUR’AN

Di dalam Al Qur’an, Allah telah menyebut Al Qur’an dengan berbgai nama.
Dengan memahami nama-nama ini, akan menghapus prangsangka bahwa Al Qur’an itu tidak berbeda dengan kitab lainnya.

1. Al-Kitab
”Aliif Laam Miim. Itulah Al-Kitab. Tidak ada keraguan padanya.”
(QS Al Baqarah :2)

2. Al Huda (Petunjuk)
”Aliif Laam Miim. Itulah Al-Kitab. Tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang muttaqin” (QS. Al Baqarah : 2)

3. Furqon (Pembeda)
”Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqoon (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringantan kepada seluruh alam.”
(QS Al Furqan : 1)

4. Ar Rahman
”Kami menurunkan daripada Al Qur’an itu apa yang sebagai syifa’ dan rahmat kepada orang-orang yang beriman.” (QS Al Isra’ : 82)

5. Ruh
”Demikianlah kami mewahyukan kepada engkau suatu ruh (Al Qur’an yang menghidupkan hati) dari perintah kami.”(Asy-Syura : 52)

6. As-Syifa (obat)
”Wahai manusia, telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dan
menyembuhkan apa yang ada di dalam (dada) hati, serta petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS Yunus : 57)

7. Al-Haq (kebenaran)
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah engkau termasuk
orang-orang yang ragu.” (QS Al Baqarah : 147)

8. Al Bayan (penerang)
”Qur’an ini adalah keterangan untuk manusia, petunjuk dan pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran : 138)

9. Al Muidhoh (pengajaran)
” Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an (bagi manusia) sebagai pelajaran, maka adakah orang-orang yang mau mengambil pelajaran ? (Al Qamar : 17)

10. Adzikru (pemberi peringatan)
” Sesungguhnya Kami telah turunkan Adz-Dzikra (peringatan) dan
sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya.”(QS Al Hijr : 9)

11. Busyro (berita gembira
”Dan Kami turunkan kepada engkau Kitab Qur’an untuk menerangkan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat serta kabar gembira bagi
orang-orang Islam.” (QS An Nahl : 89)

C. FUNGSI DAN TUJUAN AL QUR’AN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Beberapa kedudukan atau fungi dari Al Qur’an, yaitu :
Kitabul Naba wal Akhbar (Kitab berita dan kabar)
Dalam Al Qur’an terdapat kabar berita tentang masa depan yaitu Yaumul Akhir, dan juga cerita-cerita masa lampau, seperti cerita nabi-nabi dan orang-orang sholeh dan juga kaum yang ingkar. Kita banyak mendapati di dalamnya tentang hal-hal yang ghoib, persoalan maut, kiamat dan kedasyatannya dan lain-lain. Berita-berita tentang masa lalu dapat digunakan sebagai ibrah, sedangkan berita tentang masa depan merupakan peringatan dan mendorong untuk lebih giat dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWt.

Kitabul Hukmi wa Syariat (Kitab hukum syariat)
Al Qur’an juga berisi hukum-hukum syariat yang harus dijalankan untuk
mewujudkan kemashalatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Al Qur’an Al Qur’an menerangkan hukum ke dalam empat sistem, yaitu ; bersikap tegas dan tidak memungkinkan adanya ijtihad, seperti sholat, zakat, puaa dan
zina; Tidak berapa terang, maksudnya memungkinkan timbul perbedaan dikalangan mujtahid; perintah-perintah; dan larangan-larangan Diantra keistimewaan syariat yang disebutkan di dalam Al Qur’an, bahwa ia merupakan syariat yang mudah dan sederhana, melepaskan dair belenggu dan
beban seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya.

Kitabul Jihad (Kitab Jihad)
Al Qur’an menekankan beberapa persoalan penting dan salah satunya adalah masalah jihad. Al Qur’an menyeru umat muslim agar berjihad seperti menghindar dari melampaui batas, batas-batas jihad, kemulian bagi mujahidin, kecaman terhadap mereka yang tertinggal dari medan jihad, lari dari jihad, sistem jihad dan aturannya, sholat dan peperangan,
peperangan dalam bulan haram, bai’ah, tawanan dan sebagainya.

Kitabut Tarbiyah (Kitab Tarbiyah)
Al Qur’an mendidik jiwa-jiwa manusia menjadi jiwa-jiwa yang mempunyai kemuliaan diri, mandiri, bebas dari penghambaan sesame makhluk, bermasyarakat, beradab dan tahu nilai-nilai murni sebagai manusia yang berperan sebagai khairu ummah.

Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Allah memerintahkan agar manusia menerima Al Qur’an dengan tidak
ragu-ragu, dan meyakini kebenarannya, sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami jadikan
Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil. (QS As-Sajdah : 23).
Al Qur’an merupakan petunjuk, cahaya, tuntunan hidup manusia, yang akan menghantarkan setiap manusia dari kegelapan menuju terang, dari jahil menuju cahaya iman.

I’jaz Ilmi
Menurut Al Ghazali Ilmu-dalam artian akademis-bukanlah objek Al-Qur’an.
Tetapi yang menjadi objek Al-Qur’an adalah manusia. Manusia merupakan
objek formal dan ilmu merupakan objek material. Al Qur’an merupakan
I’jaz ilmi karena ia menempatkan manusia ditengah etos ilmu dan membuka pintu-pintunya untuk mengkaji ilmu pengetahuan.

Al Qur’an merupakan kitab yang berisikan petunjuk bagi manusia dengan banyak bukti yang diungkapkannya. Al-Qur’an tentang alam dan manusia sejalan dengan ilmu, sebab objek ilmu adalah alam dan manusia. Maka adanya keparalelan objek tersebut sejalan antara Al Qur’an dengan ilmu.

Yusuf Qaradhawi menjelaskan tujuan dari diturunkannya Al Qur’an adalah :

§ Meluruskan aqidah dan berbagai persepsi

§ Menetapkan kemuliaan manusia dan hak-haknya.

§ Ibadah kepada Allah dan takwa kepada-Nya

§ Mensucikan (tazkiyah) jiwa manusia

§ Mmmbentuk rumah tangga yang adil terhadap wanita

§ Membangun umat yang menjadi saksi atas kehidupan manusia

§ Seruan ke alam manusia yang saling tolong menolong.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitab Lubabul Hadist dan Terjemahan

Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Fiqih Puasa Mazhab Syafi’i