Kitab sifat-sifat allah
TERJEMAH
KITAB AQIDATUL AWAM I
(SIFAT-SIFAT ALLAH)
KITAB AQIDATUL AWAM I
(SIFAT-SIFAT ALLAH)
بسم الله الرحمن الرحيم
أَبْدَأُ بِسْـمِ اللهِ وَالرَّحْمنِ وَبِالرَّحِيْمِ دَائِمِ اْلإِحْسَانِ
فَالْحَمْدُ للهِ الْقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ اَلآخِرِ الْبَـاقِي بِلاَتَحَوُّلِ
أَبْدَأُ بِسْـمِ اللهِ وَالرَّحْمنِ وَبِالرَّحِيْمِ دَائِمِ اْلإِحْسَانِ
فَالْحَمْدُ للهِ الْقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ اَلآخِرِ الْبَـاقِي بِلاَتَحَوُّلِ
Saya memuji dengan menyebut Nama Allah SWT, Nama al-Rahman dan al-Rahim yang selalu berbuat kebaikan. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Qadim (tidak ada permulaannya), dan Maha Awal Yang Maha Akhir, dan kekal tanpa ada perubahan.
ثُمَّ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَرْمَدَا عَلَى النَّبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا
Kemudian shalawat dan salam sejahtera semoga selamanya tercurahkan kepada NabiMuhammad SAW sebagai orang terbaik yang mengesakan Allah SWT
Syarh:
Muncul pertanyaan, apa perlunya mengucapkan salawat kepada NabiMuhammad SAW padahal beliau adalah orang yang mulia dan terpilih, dengan jaminan surga dari Allah SWT?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah, di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa mengucapkan shalawat adalah teladan dari Allah SWT dan para malaikat yang mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sekaligus perintah Allah SWT kepada seluruh umat Islam untuk membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا (الأحزاب، 56).
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Ahzab : 56).
Sebagian ulama menyatakan bahwa shalawat adalah mendoakan Nabi Muhammad SAW, agar selalu mendapatkan shalawat dan salam Allah SWT. Mendoakan Nabi Muhammad SAW agar pada masa yang akan datang, rahmat dan salam Allah SWT itu akan terus diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagian lain mengatakan bahwa walaupun shalawat adalah mendo’akan Nabi Muhammad SAW namun pada hakikatnya ketika seorang membaca shalawat ia sedang bertawassul dan mengharapkan barokah Allah SWT turun kepada dirinya dengan perantara shalawat tersebut. Oleh karena itulah ketika seseorang membaca shalawat, niatnya tidak untuk mendoa’kan Nabi Muhammad SAW, tetapi mengharap kepada Allah SWT agar semua keinginannya bisa terkabulkan dengan barokah shalawat yang dibaca.
وَآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَنْ تَبِعْ سَبِيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُبْتَدِعْ
Begitu pula shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada keluarga serta para sahabatnya dan siapa pun yang mengikuti jalan agama yang benar tanpa berbuat bid’ah.
Syarh:
Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW kemudian diiringi dengan shalawat kepada keluarga dan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Yang dimaksud sahabat Nabi adalah orang-orang yang pernah melihat Nabi dalam keadaan Islam dan meninggalkan dunia tetap pada keislamannya.
Sahabat adalah orang-orang yang mulia, dan selalu dalam petunjuk Allah SWT, walaupun bukan berarti mereka tidak pernah berbuat salah dan dosa.
Di antara mereka ada yang telah dijamin masuk surga. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, rela mengorbankan harta bahka nyawa demi kejayaan agama Allah SWT. Taat beribadah kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, bersujud demi mengabdi kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ. (الفتح، 29).
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasihsayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (QS. al-Fath : 29).
Atas jasanya yang besar pada perjuangan menegakkan agama Allah SWT, Allah SWT memberikan ridha-Nya kepada mereka dan menjanjikan balasan surga yang siap menanti kedatangan mereka di akhirat. Firman Allah SWT:
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. (التوبة، 100).
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar." (QS. al-Taubah : 100).
Ketika Allah SWT telah memberikan ridha-Nya kepada para sahabat, maka sudah seharusnya kita sebagai umat Islam wajib mengakui serta menghormati dan mendo’akan sahabat Nabi Muhammad SAW. Tidak menyalahkan apalagi mengkafirkan mereka. Sabda Nabi Muhammad SAW:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ J لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَالَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ.
(صحيح مسلم، رقم: 4610).
“Dari Abu Hurairah RA. berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mencaci para sahabat, janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku!. Demi Dzat Yang Menguasaiku, andaikata salah satu diantara kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, maka (pahala nafkah itu) tidak akan menyamai (pahala) satu mud atau setengahnya dari (nafkah) mereka”. (Shahih Muslim [4610]).
Para sahabat tidak melakukan hal-hal yang terlarang dalam agama, termasuk pula tidak akan berbuat bid’ah yang terlarang dalam agama. Apa yang mereka kerjakan, walaupun tidak dicontohkan secara langsung oleh Rasulullah SAW, bukanlah sebuah bid’ah yang buruk (sayyi’ah), tetapi bid’ah yang baik (hasanah) yang dianjurkan dalam agama. Karena Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk mengikuti apa yang beliau teladankan serta apa yang diteladankan oleh para sahabatnya. Sabda Rasulullah SAW:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ
اللهِ J: فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّيْنَ. (مسند
احمد بن حنبل، 16519).
اللهِ J: فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّيْنَ. (مسند
احمد بن حنبل، 16519).
"Dari Abdurrahman bin Amr as-Sulamy, sesungguhnya ia mendengar Irbadh bin Sariyah berkata, Rasulullah SAW memberikan wejangan kepada kami,
“Maka kalian wajib berpegang teguh pada sunnahku (apa yang aku ajarkan) dan sunnah al-Khulafaur Rasyidin (sahabat yang empat yang terpilih) yang mendapatkan petunjuk dari Allah.” (Musnad Ahmad Ibn Hanbal, 16519).
وَبَعْدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَةْ مِنْ وَاجِبٍ ِللهِ عِشْرِيْنَ صِفَةْ
Setelah apa yang dikemukakan tadi, ketahuilah tentang kewajiban mengetahui ada dua puluh sifat yang wajib bagi Allah SWT.
Syarh:
Aqoid lima puluh adalah 50 hal yang wajib ketahui dan diyakini oleh seorang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
اِعْلَمْ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَعْرِفَ خَمْسِيْنَ عَقِيْدَةً وَكُلُّ عَقِيْدَةٍ يَجِبُ عَلَيْهَ أَنْ يَعْرِفَ
لَهَا دَلِيْلاً اِجْمَالِيّا أَوْ تَفْصِيْلِيًّا (كفاية العوام، 3).
"Ketahuilah bahwa setiap muslim (laki-laki atau perempuan) wajib mengetahui lima puluh akidah beserta dalil-dalilnya yang bersifat global atau terperinci." (Kifayatul 'Awam, 3).
Lima puluh keyakinan itu terdiri dari:
1. Keimanan kepada Allah SWT:
a. Sifat wajib bagi Allah SWT = 20
b. Sifat mustahil bagi Allah SWT = 20
c. Sifat jaiz bagi Allah SWT = 1
2. Keimanan kepada para rasul:
a. Sifat wajib bagi rasul = 4
b. Sifat mustahil bagi rasul = 4
c. Sifat jaiz bagi rasul = 1
Jumlah = 50
Yang dimaksud sifat wajib di sini adalah sesuatu yang pasti ada atau dimiliki Allah SWT atau rasul-Nya, di mana akal tidak akan membenarkan jika sifat-sifat itu tidak ada pada Allah SWT dan rasul-Nya.
Mustahil merupakan perkara yang tidak mungkin ada pada Allah SWT dan rasul-Nya. Kebalikan dari sifat wajib, yaitu akal tidak akan terima jika sifat-sifat tersebut ada pada Allah SWT dan para rasul-Nya.
Sedangkan jaiz adalah sifat yang tidak harus ada pada Allah SWT dan rasul-Nya. Dengan pengertian bahwa ada dan tidak adanya sifat ini pada Allah SWT dan rasul-Nya bisa diterima oleh akal.
فَاللهُ مَوْجُوْدٌ قَدِيْمٌ بَاقِيْ مُخَالِفٌ لِلْخَلْقِ بِاْلإِطْلاَقِ
Maka Allah SWT adalah Dzat yang bersifat Wujud (Ada), Qadim (tidak ada permulaan-Nya), Kekal, dan berbeda dengan makhluk secara mutlak.
Syarh:
Sifat Allah SWT yang dua puluh tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wujud (Ada)
Allah SWT adalah Tuhan yang wajib kita sembah itu pasti ada. Allah SWT, ada tanpa ada perantara sesuatu dan tanpa ada yang mewujudkan. Firman Allah SWT:
إِنَّنِي أَنَا اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي (طه،14).
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
(QS. Thaha : 14).
Kalau sekarang manusia tidak bisa melihat Allah SWT, itu karena memang ada hijab sehingga manusia tidak mampu melihat Allah SWT, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Musa AS (QS. Al-A'raf : 143). Kelak di surga, ketika hijab itu diangkat, manusia akan mampu melihat jelas Dzat Allah SWT dan dengan mata telanjang. Sabda Nabi SAW:
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ J فَنَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ فَقَالَ
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ (رواه البخاري ومسلم).
"Dari Jarir bin Abdillah RA ia berkata, "Suatu malam kami berkumpul bersama Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW melihat bulan purnama, lalu bersabda, "Sesungguhnya kelak kalian akan melihat Tuhan kalian (sama jelasnya ) seperti kalian melihat bulan purnama ini, kalian tidak silau ketika melihatnya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Adanya alam semesta beserta isinya merupakan tanda bahwa Allah SWT ada.
Dialah yang menciptakan alam raya yang menakjubkan ini.
Kebalikan sifat ini adalah sifat adam (العدم), yakni Allah SWT mustahil
tidak ada.
2. Qidam (Dahulu)
Sebagai Dzat yang menciptakan seluruh alam, Allah SWT pasti lebih dahulu sebelum makhluk. Firman Allah SWT:
هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (الحديد،3).
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. al-Hadid : 3).
Dahulu bagi Allah SWT tanpa awal. Tidak berasal dari tidak ada kemudian menjadi Ada. Sabda Nabi SAW:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ J، كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ (رواه
البخاري والبيهقي).
"Dari Imron bin Hushain RA, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT ada (dengan keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya." (HR. al-Bukhari dan al-Baihaqi).
Kebalikannya adalah huduts (حدوث), yakni mustahil Allah SWT itu baru dan memiliki permulaan.
3. Baqa’ (Kekal)
Arti baqa' adalah bahwa Allah SWT senantiasa ada, tidak akan mengalami kebinasaan atau rusak. Dalam al-Qur’an disebutkan:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ (الرحمن، 26-27).
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS. ar-Rahman : 26-27).
Allah SWT adalah Dzat yang Maha Mengatur alam semesta. Dia selalu ada selama-lamanya dan tidak akan binasa untuk mengatur ciptaan-Nya itu.
Hanya kepada-Nya seluruh kehidupan ini akan kembali. Firman Allah SWT:
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (القصص، 88).
"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. al-Qashash : 88).
Kebalikannya adalah sifat Fana (فناء), yang berarti mustahil Allah SWT tidak kekal.
4. Mukhalafatu Lilhawaditsi, (Berbeda dengan makhluk)
Allah SWT pasti berbeda dengan segala yang baru (makhluk). Perbedaan Allah SWT dengan makhluk itu mencakup segala hal, baik dalam sifat, dzat dan perbuatannya. Firman Allah SWT:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ. (الشورى، 11).
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. as-Syura : 11).
Apapun yang terlintas di dalam benak dan pikiran seseorang, maka Allah SWT tidak seperti yang dipikirkan itu. Imam Ahmad mengatakan:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلاَفِ ذَلِكَ. (الفرق بين الفرق، 20).
"Apapun yang terlintas di benakmu (tentang Allah SWT) maka Allah SWT tidak seperti yang dibayangkan itu." (Al-Farqu Bainal Firoq, 20).
Karena itulah seorang mukmin tidak diperkenankan membahas Dzat Allah SWT karena ia tidak akan mampu untuk melakukannya. Justru ketika ia menyadari akan kelemahannya itu, maka pada saat itu sebenarnya ia telah mengenal Allah SWT. Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq mengatakan:
اَلْعَجْزُ عَنْ دَرْكِ اْلإِدْرَاكِ اِدْرَاكٌ وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإشْرَاكٌ
Sedangkan membahas Dzat Allah SWT adalah kufur dan syirik.
Kebalikannya adalah mumatsalatuhu lilhawaditsi (مماثلته للحوادث), yakni mustahil Allah SWT sama dengan makhluk-Nya.
وَقَائِمٌ غَنِي وَوَاحِدٌ وَحَيْ قَادِرْ مُرِيْدٌ عَالِمٌ بِكُلِّ شَيْ
Allah SWT adalah Dzat Yang berdiri sendiri, Tunggal, Hidup, Berkuasa, Berkehendak dan Mengetahui segala sesuatu.
Syarh:
5. Qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri)
Berbeda dengan makhluk yang masih membutuhkan sesuatu yang lain diluar dirinya, Allah SWT tidak butuh terhadap sesuatu apapun. Allah SWT tidak membutuhkan tempat dan dzat yang menciptakan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (العنكبوت، 6).
"Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. al-Ankabut : 6).
Allah SWT Maha Kuasa untuk mewujudkan sesuatu tanpa membutuhkan bantuan makhluk-Nya. Tetapi merekalah yang membutuhkan Allah SWT. Firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلىَ اللهِ وَاللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (فاطر، 15).
"Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS. Fathir : 15).
Allah SWT tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Bahkan terhadap ibadah yang dilakukan seorang hamba, Allah SWT tidak membutuhkannya.
Ketika Allah SWT mensyariatkan shalat, puasa, zakat, haji, sedekah dan lain sebagainya, maka itu bukan karena Allah SWT membutuhkannya. Tetapi karena di dalamnya ada manfaat besar yang akan dirasakan oleh orang-orang yang melaksanakan-Nya. Jadi ibadah itu bukan untuk kepentingan Allah SWT, tetapi itu adalah kebutuhan kita sebagai hamba.
Kebalikan dari sifat ini adalah ihtiyajuhu li ghairihi (إحتياجه لغيره) artinya mustahil Allah SWT butuh kepada makhluk.
6. Wahdaniyat (Esasatu)
Allah SWT satuesa, tidak ada tuhan selain Diri-Nya. Allah SWT Maha Esa dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya. Firman Allah SWT:
قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (الأنبياء، 108).
"Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)". (QS. al-Anbiya' : 108).
Satu dalam Dzat Artinya, bahwa Dzat Allah SWT satu, tidak tersusun dari beberapa unsur atau anggota badan dan tidak ada satupun dzat yang menyamai Dzat Allah SWT.
Satu dalam sifat artinya bahwa sifat Allah SWT tidak terdiri dari dua sifat yang sama, dan tidak ada sesuatupun yang menyamai sifat Allah SWT.
Dan satu dalam perbuatan adalah bahwa hanya Allah SWT yang memiliki perbuatan. Dan tidak satupun yang dapat menyamai perbuatan Allah SWT.
Sifat yang mustahil bagi-Nya yaitu “ta’addud" (تعدد) berbilangan, bahwa mustahil Allah lebih dari satu. Firman Allah SWT:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
(الأنبياء، 22).
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. al-Anbiya’: 22).
7. Qudrat (Kuasa)
Allah SWT Maha Kuasa dengan kekuasaan yang tidak terbatas. Kekuasaan Allah SWT meliputi terhadap segala sesuatu. Kuasa untuk mewujudkan dan meniadakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Allah SWT berfirman:
وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (الحشر، 6).
“Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Hasyr : 6).
Kalau Allah SWT tidak kuasa, tentu Ia tidak akan mampu meciptakan alam raya yang sangat menakjubkan ini. Karena itu, mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat al-'Ajzu (العجز) yang berarti lemah.
8. Iradah (Berkehendak)
Allah SWT Maha berkehendak, dan tidak seorangpun yang mampu menahan kehendak Allah SWT. Dan segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT berfirman:
قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ
اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً. (الفتح، 11).
اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً. (الفتح، 11).
"Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfa`at bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Fath : 11).
Allah SWT juga berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (يس، 82).
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." (QS. Yasin : 82).
Lawan dari sifat ini adalah (الكراهة) yang mempunyai makna “terpaksa", yakni mustahil Allah berbuat sesuatu karena terpaksa, atau tidak dengan kehendak-Nya sendiri.
9. Ilmu (Mengetahui)
Allah SWT adalah Dzat yang Maha Menciptakan, maka Ia pasti mengetahui segala sesuatu diciptakan-Nya. Allah SWT mengetahui dengan jelas akan semua perkara yang jelas tampak ataupun yang samar, tanpa ada perbedaan antara keduanya. Allah SWT berfirman
إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى. (الأعلى، 7).
“Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” (QS. al-A’la : 7).
Kebalikan sifat ini adalah al-jahlu (الجهل), yang berarti bodoh. Bahwa mustahil Allah SWT bodoh atau tidak mengetahui pada apa yang diciptakan.
10. Hayat (Hidup)
Allah SWT Maha Hidup, dan hidup Allah SWT adalah kehidupan abadi, tidak pernah dan tidak akan mati.
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَيِّ ٱلَّذِي لاَ يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً.
(الفرقان : 58).
(الفرقان : 58).
"Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya." (QS. al-Furqan : 58).
Kebalikan dari sifat ini adalah al-mautu (الموت), yang berarti mati. Yakni mustahil Allah SWT mati.
سَمِـيْعٌ الْبَصِيْرُ وَالْمُتَكَلِّمُ لَهُ صِفَـاتٌ سَبْعَةٌ تَنْتَظِمُ
فَقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سَمْعٌ بَصَرْ حَيَاةٌ الْعِلْمُ كَلاَمٌ اسْتَمَرْ
Allah SWT juga Maha Mendengar, Melihat, dan Berbicara Dia mempunyai tujuh sifat yang teratur, Yaitu sifat Qudrat, Iradat, Sama', Bashar Hayat, Ilmi dan Kalam yang berlangsung terus.
Syarh:
11. Sama’ (Mendengar)
Allah SWT Maha Mendengar. Namun pendengaran Allah SWT tidak sama dengan pendengaran manusia yang bisa dibatasi ruang dan waktu. Allah SWT mendengar dengan jelas semua yang diucapkan hamba-Nya. Pendengaran Allah SWT tidak berbeda pada perkara yang dhahir atau yang bathin. Firman Allah SWT:
إِنَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ. (الدخان : 6).
"Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. ad-Dukhan : 6).
Kebalikan dari sifat ini adalah al-shamamu (الصمم) yang berarti tuli. Yakni bahwa mustahil Allah SWT itu tuli.
12. Bashor (Melihat)
Allah SWT Maha melihat segala sesuatu. Baik yang nampak ataupun yang samar. Bahkan andaikata ada semut yang sangat hitam berjalan di tengah malam yang gelap gulita, Allah SWT dapat melihatnya dengan jelas.
فَاطِرُ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلأَرْضِ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً وَمِنَ ٱلأَنْعَامِ أَزْواجاً يَذْرَؤُكُمْ
فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ. (الشورى : 11).
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. as-Syura : 11).
Kebalikan sifat ini adalah al-'ama (العمى) yang berarti buta, yakni bahwa mustahil Allah SWT itu buta.
13. Kalam (Berfirman)
Allah SWT Maha berfirman, namun firman Allah SWt tidak sama seperti perkataan manusia yang terdiri dari suara dan susunan kata-kata. Firman Allah SWT, tanpa suara dan kata-kata.
وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلاً لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ ٱللهُ مُوسَىٰ تَكْلِيماً.
(النساء : 164).
"Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung." (QS. an-Nisa’ :164).
Kebalikan sifat ini adalah al-bakamu (البكم), yang berarti bisu. Yakni bahwa mustahil Allah SWT itu bisu.
Tujuh sifat ini adalah tergolong sifat Ma’ani. Sedangkan tujuh sifat setelahnya adalah sifat Ma’nawiyyah. Yakni, 14) Qodiron (Allah Maha Berkuasa ), 15) Muridan (Allah Maha Berkehendak), 16) Aliman (Allah Maha Mengetahui), 17) Hayyan (Allah Maha Hidup), 18) Sami’an (Allah Maha
Mendengar), 19) Bashiron (Allah Maha Melihat), dan 20) Mutakalliman (Allah Maha Berbicara).
Jika diperinci, maka dua puluh sifat wajib bagi Allah SWT terbagi menjadi empat criteria,
1. Sifat Nafsiyyah, yakni sifat untuk menegaskan adanya Allah SWT, di mana Allah SWT menjadi tidak ada tanpa adanya sifat tersebut. Yang tergolong sifat ini hanya satu, yakni sifat wujud.
2. Sifat Salbiyyah, yaitu sifat yang digunakan untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah SWT.
Sifat Salbiyah ini ada lima sifat yakni,
1) Qidam,
2) Baqo',
3) Mukhalafatu lil hawaditsi,
4) Qiyamuhu binafsihi, dan
5) Wahdaniyyah.
3. Sifat Ma’ani, adalah sifat yang pasti ada pada Dzat Allah SWT.
Terdiri dari tujuh sifat,
1) Qudrat,
2) Iradah,
3) Ilmu,
4) Hayat,
5) Sama’,
6) Bashar dan
7) Kalam.
4. Sifat Ma’nawiyyah, adalah sifat yang mulazimah (menjadi akibat) dari sifat ma’ani, yakni
1) Qadiran,
2) Muridan,
3) Aliman,
4) Hayyan,
5) Sami’an,
6) Bashiran,
7) Mutakalliman.
وَجَائِزٌ بِفَضـْلِهِ وَعَدْلِهِ تَرْكٌ لِكُلِّ مُمْكِنٍ كَفِعْلِهِ
Dan adalah boleh dengan anugerah Allah SWT dan keadilannya, ialah meninggalkan segala yang mungkin seperti halnya Dia melakukannya.
Syarh:
Sifat jaiz Allah SWT ada satu, yakni:
فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْ تَرْكُهُ
"Allah berhak untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkan (tidak mengerjakan)-nya."
Tidak ada satu pun kekuatan yang dapat memaksa-Nya. Allah SWT memiliki hak penuh untuk mengerjakan atau mewujudkan suatu perkara. Sebagaimana juga Allah SWT mempunyai pilihan bebas untuk tidak menjadikannya. Firman Allah SWT:
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ. (النحل :40).
"Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka jadilah ia." (QS. an-Nahl : 40).
Tidak seorangpun dari makhluk Allah SWT yang berhak untuk memaksa Allah SWT untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah SWT adalah Dzat yang Maha Memaksa dan Maha Kuasa, tidak bisa dipaksa atau dikuasai. Sedangkan usaha dan doa manusia hanya sekedar perantara untuk mengharap belas kasih Allah SWT dalam mengabulkan apa yang diinginkan.
Keputusan akhir adalah mutlak ada pada kekuasaa Allah SWT. Firman Allah SWT:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ.
(القصص : 68).
"Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (QS. al-Qashash : 68).
****************************
Nadham Kitab Aqidatul Awam dan Terjemah
تَرْجَمَةُ عَقِيْدَةِ الْعَوَامِ
نَظْمُ الشَّيْخِ أَحْمَدَ الْمَرْزُوْقِيِّ اْلمَالِكِيِّ
( 1205- 1281 هـ)
Terjemah Aqidatul Awam Syair Syekh Ahmad Marzuki al-Maliki
أَبْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالرَّحْـمَنِ * وَبِالرَّحِـيْـمِ دَائـِمِ اْلإِحْـسَانِ
Saya mulai dengan asmanya Allah;
yang Pengasih Sayang artinya bismillah.
فَالْحَـمْـدُ ِللهِ الْـقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ * اَلآخِـرِ الْبَـاقـِيْ بِلاَ تَحَـوُّلِ
Maka segala puji miliknya Allah;
Yang Dulu, Awal, Akhir, Kekal tak b'rubah
ثُمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَـرْمَدَا * عَلَى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا
Salawat dan salam kekal selamanya;
Atas Nabi, orang terbaik tauhidnya
وَآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ * سَـبِيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
Keluarga dan sahabat dan yang ikut;
Jalan agamanya yang haq dan yang patut
وَبَعْدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَـهْ * مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِشْـرِيْنَ صِفَهْ
Kemudian ketahui dengan wajib;
Sifat duapuluhnya Allah yang wajib
فَاللهُ مَوْجُـوْدٌ قَـدِيْمٌ بَاقِـي * مُخَالـِفٌ لِلْـخَـلْقِ بِاْلإِطْلاَقِ
Allah wujud, qidam dulu, baqa' kekal;
Tak serupa dengan makhluk yang tak kekal.
وَقَـائِمٌ غَـنِيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ * قَـادِرْ مُـرِيْـدٌ عَـالِمٌ بِكُلِّ شَيْ
Dan dzat yang Maha Berdiri pada Dzatnya;
Yang Esa dan Berkehendak dan Kuasa.
Maha Melihat segala sesuatu;
Maha Hidup tanpa dibatasi waktu.
سَـمِـيْعٌ اْلبَصِـيْرُ وَالْمُتَكَلِّـمُ * لَهُ صِـفَاتٌ سَـبْعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
Maha Mendengar, Melihat, dan Berfirman;
Bagi-Nya tujuh sifat yang terpaparkan
فَقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ * حَـيَـاةٌ الْعِلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
Qudrat Kuasa, Irodah Berkehendak;
Bashar M'lihat, dan Mendengar atau Sama'
Hayat Hidup, Ilmu Allah tak terhingga;
Kalam Allah Berfirmannya telah nyata
وَجَائـِزٌ بِـفَـضْـلِهِ وَ عَدْلِهِ * تَـرْكٌ لـِكُلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
Berkat keagungan Allah dan adil-Nya;
Jaiz kerjakan atau meninggalkannya.
أَرْسَـلَ أَنْبِيَا ذَوِي فَـطَـانَـهْ * بِالصِّـدْقِ وَالتَـبْلِـيْغِ وَاْلأَمَانَهْ
Allah utus para nabi dengan cerdas;
Jujur, tabligh, amanah mereka jelas.
وَجَـائِزٌ فِي حَـقِّهِمْ مِنْ عَرَضِ * بِغَيْـرِ نَقْصٍ كَخَـفِيْفِ الْمَرَضِ
Jaiz Rasul punya sifat manusia;
Seperti sakit yang tidak seberapa.
عِصْـمَـتُهُمْ كَسَائِرِ الْمَلاَئِكَهْ * وَاجِـبَـةٌ وَفَاضَلُوا الْمَـلاَئِكَهْ
Rasul dijaga seperti malaikat;
Bahkan melebihi para malaikat.
وَالْمُسْـتَحِيْلُ ضِدُّ كُلِّ وَاجِبِ * فَاحْفَظْ لِخَمْسِـيْنَ بِحُكْمٍ وَاجِبِ
Sifat mustahil lawan sifat yang wajib;
Hapalkanlah lima puluh s'cara wajib.
تَفْصِيْلُ خَمْسَةٍ وَعِشْـرِيْنَ لَزِمْ * كُـلَّ مُـكَلَّـفٍ فَحَقِّقْ وَاغْـتَنِمْ
Wajib tahu nama Rasul dua lima;
Yakini dan ambillah keuntungannya.
هُمْ آدَمٌ اِدْرِيْسُ نُوْحٌ هُـوْدُ مَعْ * صَالِـحْ وَإِبْرَاهِـيْـمُ كُلٌّ مُـتَّبَعْ
Nabi Adam, Idris, Nuh, Soleh serta Hud;
Selanjutnya Nabi Ibrahim berikut.
لُوْطٌ وَاِسْـمَاعِيْلُ اِسْحَاقُ كَذَا * يَعْقُوبُ يُوسُـفُ وَأَيُّوْبُ احْتَذَى
Nabi Luth, Ismail, Ishaq serta Ya'qub;
Nabi Yusuf selanjutnya Nabi Ayyub.
شُعَيْبُ هَارُوْنُ وَمُوْسَى وَالْيَسَعْ * ذُو الْكِـفْلِ دَاوُدُ سُلَيْمَانُ اتَّـبَعْ
Nabi Syuaib, Harun, Musa, dan Alyasa';
Dzulkifli, Dawud, dan Sulaiman yang bijak.
إلْيَـاسُ يُوْنُسْ زَكَرِيـَّا يَحْيَى * عِيْسَـى وَطَـهَ خَاتِمٌ دَعْ غَـيَّا
Ilyas, Yunus, Zakariya, serta Yahya;
Isa, dan Muhammad penutup semua.
عَلَـيْهِمُ الصَّـلاَةُ وَالسَّـلاَمُ * وَآلِـهِمْ مـَا دَامَـتِ اْلأَيـَّـامُ
Bagi mereka salam dan sejahtera;
Dan k'luarganya untuk sepanjang masa.
وَالْمَـلَكُ الَّـذِيْ بِلاَ أَبٍ وَأُمْ * لاَ أَكْلَ لاَ شُـرْبَ وَلاَ نَوْمَ لَـهُمْ
Malaikat tanpa bapak tanpa ibu;
Tidak makan, minum, tidur sepertiku.
تَفْـصِـيْلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيْلُ * مِـيْـكَـالُ اِسْـرَافِيْلُ عِزْرَائِيْلُ
Jumlahnya sepuluh dimulai Jibril;
Lalu Mikail, Israfil, dan Izrail.
مُنْـكَرْ نَكِـيْرٌ وَرَقِيْبٌ وَكَذَا * عَتِـيْدٌ مَالِكٌ ورِضْوَانُ احْتَـذَى
Munkar, Nakir, dan Raqib disusul pula;
Atid, Malik, serta Ridwan berikutnya.
أَرْبَـعَـةٌ مِنْ كُتُبٍ تَـفْصِيْلُهَا * تَوْارَةُ مُوْسَى بِالْهُدَى تَـنْـزِيْلُهَا
Empat kitab ini dia rinciannya;
Taurat Musa yang berisi petunjuk-Nya.
زَبُـوْرُ دَاوُدَ وَاِنْجِـيْـلُ عَلَى * عِيْـسَى وَفُـرْقَانُ عَلَى خَيْرِ الْمَلاَ
Zabur Dawud, lalu Injil bagi Isa;
Kitab Quran ‘tuk sebaik manusia.
وَصُحُـفُ الْخَـلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ * فِيْهَـا كَلاَمُ الْـحَـكَمِ الْعَلِـيْمِ
Ada shuhuf Nabi Ibrahim dan Musa;
Merupakan firman Allah bijaksana.
وَكُـلُّ مَا أَتَى بِهِ الـرَّسُـوْلُ * فَحَـقُّـهُ التَّسْـلِـيْمُ وَالْقَبُوْلُ
Dan semua yang dibawa oleh Rasul;
Harus diyakini benar dan diqabul.
إِيْـمَـانُنَا بِـيَوْمِ آخِرٍ وَجَبْ * وَكُلِّ مَـا كَانَ بِـهِ مِنَ الْعَجَبْ
Kita harus iman pada hari akhir;
Mentakjubkan sesuatu jangan mungkir.
خَاتِمَةٌ فِي ذِكْرِ بَاقِي الْوَاجِبِ * مِمَّـا عَـلَى مُكَلَّفٍ مِنْ وَاجِبِ
Akhir penuturan lainnya yang wajib;
Bagi orang mukallaf termasuk wajib.
نَبِـيُّـنَا مُحَمَّدٌ قَدْ أُرْسِــلاَ * لِلْـعَالَمِـيْـنَ رَحْـمَةً وَفُضِّلاَ
Nabi Muhammad t'lah diutus ke dunya;
Pembawa rahmat alam dan seisinya.
أَبـُوْهُ عَبْدُ اللهِ عَبْدُ الْمُطَّلِـبْ * وَهَاشِـمٌ عَبْدُ مَنَافٍ يَنْتَسِـبْ
Abdullah bin Abdul Muthallib ayahnya;
Bani Hasyim, Abdu Manaf silsilahnya.
وَأُمُّـهُ آمِـنَةُ الـزُّهْــرِيـَّهْ * أَرْضَـعَتْهُ حَلِيْمَـةُ السَّـعْدِيـَّهْ
Aminah Zuhriyah adalah ibunya;
Halimah Sakdiyah itu penyusunya.
مَوْلـِدُهُ بِمَـكَّـةَ اْلأَمِيْــنَهْ * وَفَاتُـهُ بِـطَـيْـبَةَ الْـمَدِيْنَهْ
Dilahirkan di kota Makkah sentosa;
Di Madinah adalah tempat wafatnya.
أَتَـمَّ قَـبْـلَ الْـوَحْيِ أَرْبَعِيْنَا * وَعُـمْـرُهُ قَدْ جَاوَزَ السِّـتِّيْنَا
T'rima wahyu umur empat puluh tahun;
Umur Nabi lebih enam puluh tahun.
وَسَـبْـعَةٌ أَوْلاَدُهُ فَمِـنْـهُمُ * ثَلاثَـةٌ مِـنَ الذُّكـُوْرِ تُـفْهَمُ
Putra Nabi semuanya ada tujuh;
Tiga lelaki harus dipaham penuh.
قَاسِـمْ وَعَبْدُ اللهِ وَهْوَ الطَّيِّبُ * وَطَاهِـرٌ بِذَيْـنِ ذَا يُـلَـقَّبُ
Pertama Qasim, dan kedua Abdullah;
Thayib dan Thahir panggilan ‘tuk Abdullah.
أَتَاهُ إبْرَاهِـيْـمُ مِنْ سُـرِّيـَّهْ * فَأُمُّـهُ مَارِيَّةُ الْـقِـبْـطِـيَّـهْ
Ketiga Ibrahim dari istri Amah;
ibunya bernama Maria Qibtiyah.
وَغَيْـرُ إِبْرَاهِيْمَ مِنْ خَـدِيْجَهْ * هُمْ سِتَـةٌ فَخُـذْ بِهِمْ وَلِـيْجَهْ
Ibu s'lain Ibrahim itu Khadijah;
Jumlah enam jadikan karib yang indah.
وَأَرْبَعٌ مِـنَ اْلإِنَاثِ تُـذْكَـرُ * رِضْـوَانُ رَبِّي لِلْجَمِـيْعِ يُذْكَرُ
Putri Nabi semuanya ada empat;
Kerelaan Tuhan tetaplah didapat.
فَاطِـمَـةُ الزَّهْرَاءُ بَعْلُهَا عَلِيْ * وَابْنَاهُمَا السِّـبْطَانِ فَضْلُهُمُ جَلِيْ
Pertama Fatimah isterinya Ali;
Dengan Hasan Husein kebagusan pasti.
فَزَيْـنَبٌ وَبَعْـدَهَـا رُقَـيَّهْ * وَأُمُّ كُـلْـثُـومٍ زَكَـتْ رَضِيَّهْ
Kedua Zainab, Ruqayyah ketiga;
Keempat Ummu Kultsum suci diridla.
عَنْ تِسْعِ نِسْوَةٍ وَفَاةُ الْمُصْطَفَى * خُيِّـرْنَ فَاخْتَرْنَ النَّـبِيَّ الْمُقْتَفَى
Nabi wafat para isteri memilih;
Menganut Nabi Muhammad yang terpilih.
عَائِشَـةٌ وَحَفْصَـةٌ وَسَـوْدَةُ * صَـفِيَّـةٌ مَـيْـمُـوْنَةٌ وَ رَمْلَةُ
Mereka Aisyah, Khafsah, dan Saudah;
Lalu Sofiyah, Maimunah, dan Romlah.
هِنْدٌ وَ زَيْـنَبٌ كَذَا جُوَيـْرِيَهْ * لِلْمُـؤْمِـنِيْنَ أُمَّـهَاتٌ مَرْضِـيَّهْ
Hindun dan Zainab serta Juwairiya;
Bagi mukmin m'reka ibu yang diridla.
حَمْـزَةُ عَمُّـهُ وعَـبَّاسٌ كَذَا * عَمَّـتُـهُ صَـفِيَّـةٌ ذَاتُ احْتِذَا
Hamzah dan Abbas adalah paman Nabi;
Sofiyah bibi Nabi yang mengikuti.
وَقَبْـلَ هِجْـرَةِ النَّـبِيِّ اْلإِسْرَا * مِـنْ مَـكَّةَ لَيْلاً لِقُدْسٍ يُدْرَى
Seb'lum hijrah Nabi isra' dari Makkah;
Malam hari ke Bayt Maqdis yang diberkah.
وَبَعْدَ إِسْـرَاءٍ عُرُوْجٌ لِلسَّـمَا * حَتَّى رَأَى النَّـبِيُّ رَبًّـا كَـلَّمَا
Nabi naik ke langit setelah isra';
M'lihat Tuhan berfirman secara nyata.
مِنْ غَيْرِكَيْفٍ وَانْحِصَارٍ وَافْـتَرَضْ * عَلَيْهِ خَمْسًا بَعْدَ خَمْسِيْنَ فَرَضْ
Tanpa bagaimana Nabi dapat p'rintah;
Salat lima waktu tak perlu dibantah.
وَبَـلَّـغَ اْلأُمَّـةَ بِاْلإِسْــرَاءِ * وَفَـرْضِ خَـمْـسَةٍ بِلاَ امْتِرَاءِ
Nabi c'rita tentang isra' agar tahu;
P'rintah salat lima waktu tanpa ragu.
قَدْ فَازَ صِـدِّيْقٌ بِتَصْـدِيْقٍ لَهُ * وَبِالْعُرُوْجِ الصِّـدْقُ وَافَى أَهْلَهُ
Abu Bakar b'runtung membenarkan Nabi;
Kebenaran mi'raj s'suai para ahli.
وَهَـذِهِ عَقِيْـدَةٌ مُخْـتَصَرَهْ * وَلِلْـعَـوَامِ سَـهْـلَةٌ مُيَسَّرَهْ
Penjelasan ini akidah yang ringkas;
Bagi awam gampang, mudah, serta jelas.
نَاظِمُ تِلْكَ أَحْـمَدُ الْمَرْزُوْقِيْ * مَنْ يَنْتَمِي لِلصَّـادِقِ الْمَصْدُوْقِ
Pengarangnya adalah Ahmad Marzuki;
Termasuk orang yang benar dan yang pasti.
وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَصَـلَّى سَـلَّمَا * عَلَـى النَّبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ عَلَّـمَا
Puji bagi Allah yang memberi rahmat;
Pada Nabi yang mengajar orang s'lamat.
وَاْلآلِ وَالصَّـحْبِ وَكُلِّ مُرْشِدِ * وَكُلِّ مَـنْ بِخَيْرِ هَدْيٍ يَقْتَدِيْ
Keluarga, sahabat, dan orang baik;
Serta pengikut petunjuknya yang laik.
وَأَسْـأَلُ الْكَرِيْمَ إِخْلاَصَ الْعَمَلْ * ونَفْعَ كُلِّ مَنْ بِهَا قَدِ اشْـتَغَلْ
Kumohon Allah 'kan keikhlasan ini;
Dan manfaat bagi orang yang atensi.
أَبْيَاتُهَا ( مَيْـزٌ ) بِـعَدِّ الْجُمَلِ * تَارِيْخُهَا ( لِيْ حَيُّ غُرٍّ ) جُمَلِ
Lima tujuh jumlah semua baitnya;
Dua belas lima d'lapan selesainya.
سَـمَّيْـتُهَا عَـقِـيْدَةَ الْعَوَامِ * مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَّمَامِ
Kunamakan ini Aqidatul Awam;
Sempurna agama s'bagai kewajiban.
**************************
Aqidatul ‘Awam ; Kitab Tauhid karya Syaikh as-Sayyid al-Marzuqiy
Kitab Nazhom Aqidatul Awam (عقيدة العوام) merupakan kitab yang berisi syair-syair (nadham) tentang Tauhid, kitab ini dikarang oleh Syaikh as-Sayyid al-Marzuqiy. Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan al-Marzuqiy al-Hasaniy wal Husainiy al-Malikiy, al-Mishriy al-Makkiy,, dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir. Sepanjang waktu beliau bertugas mengajar di Masjid Mekkah. Karena kepandaian dan kecerdasannya, beliau kemudian diangkat menjadi Mufti Mazhab Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261 H. Syaikh Ahmad al-Marzuqiy juga terkenal sebagai seorang Pujangga dan dijuluki dengan Abu Alfauzi.
هو شيخ قراء مكة السيد الشريف الشيخ أبو الفوز أحمد بن محمد بن السيد رمضان
المرزوقي الحسني والحسيني المالكي ، المصري ثم المكي ، والمرزوقي نسبة
إلى العارف بالله مرزوق الكفافي . وآل المرزوقي مشهورون بالعلم والتقوى والورع
Salah satu guru beliau adalah asy-Syaikh al-Kabir as-Sayyid Ibrahim al-‘Ubaidiy, beliau adalah ulama yang berkonsentasi pada Qira’ah al-Asyrah (Qira’ah 10).
Dan diantara murid-murid beliau adalah Syaikh Ahmad Damhan (1260 – 1345 H), Syaikh as-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (1232 – 1304 H), Syaikh Thahir at-Takruniy dan lain sebagainya.
Salah satu kitab yang beliau karang adalah kitab Aqidatul Awam. Beliau mengarang kitab ini, bermula ketika beliau mimpi berjumpa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para Sahabatnya pada akhir malam Jum’at pertama di bulan Rajab.
Kitab Aqidatul ‘Awam telah beliau rincikan dalam sebuah kitab syarah yang diberi nama Tahshil Nail al-Maram Libayani Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam (تحصيل نيل المرام لبيان منظومة عقيدة العوام), dan turut memberikan syarah atas kitab ‘Aqidatul Awam yaitu Syaikh al-Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Bantaniy al-Jawiy asy-Syafi’i dengan nama kitab Nurudl Dlalam ‘alaa Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam (نور الظلام على منظومة
عقيدة العوام) dan juga kitab syarah yang dikarang oleh Syaikh Ahmad al-Qaththa’aniy al-‘Aysawiy dengan nama Tashil al-Maram liDaarisil Aqidatil Awam (تسهيل المرام لدارس عقيدة العوام).
Dalam kitab Nurudl Dlalam, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Jawiy menuturkan bahwa alasan Syaikh al-Marzuqiy menulis kitab tersebut adalah karena beliau mimpi berjumpa dengan Rasulullah dan para sahabatnya.
Dalam mimpi itu Rasulullah bersabda,
اقرأ منظومة التوحيد التي من حفظها دخل الجنة ونال المقصود من كل خير وافق
الكتاب والسنة
“Bacalah nadham Tauhid yang barangsiapa yang memeliharanya akan masuk surga dan tercapai tujuan (maksud) dari segala kebaikan yang selaras dengan Qur’an dan Sunnah”
Syaikh al-Marzuqiy berkata,
وما تلك المنظومة يا رسول الله
“Nadham-nadham apakah itu wahai Rasulullah ?”
Para sahabat Nabi berkata,
اسمع من رسول الله ما يقول
“Dengarkanlah apa-apa yang akan Rasulullah katakan”
Rasulullah bersabda,
قل أبدَأُ باسْمِ اللهِ والرَّحْمنِ
“Katakanlah, Aku memulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Penyayang”
Maka, Syaikh al-Marzuqiy pun berkata,
أبدَأُ بِاسْمِ اللهِ والرَّحْمَنِ … إلى آخرها
“Aku memulai dengan menyebut Asma Allah yang Maha Penyayang …. (ilaa akhirihi, sampai nadham yang Rasulullah ajarkan selesai)”
Yaitu sampai pada bait,
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ : فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
Nabi pun berdo’a dan para Sahabat meng-Amin-kannya. Begitulah asal mula Syaikh al-Marzuqiy mengarang kitab ‘Aqidatul ‘Awam. Mula-mula nadhamnya berjumlah 26 bait, kemudian Syaikh al-Marzuqiy menambahkan lagi sebanyak
31 bait hingga berjumlah 57 bait, karena kecintaan Syaikh al-Marzuqiy kepada Rasulullah. 31 nadham yang ditambahkan tersebut dimulai dengan bait berikut,
وَكُلُّ مَا أَتَى بِهِ الرَّسُولُ : فحَقُّهُ التسْليمُ وَالْقَبُولُ
Hingga selesai yaitu sampai pada bait,
أبْيَاتُهَا ( مَـيْـزٌ ) بِـعَدِّ الْجُمَّل : تَارِيْخُها ( لِيْ حَيُّ غُرٍّ ) جُمَّلِ
سَـمَّـيْـتُـهَا عَـقِـيْدَةَ الْـعَوَام : مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَمَامِ
Huruf-huruf pada lafadz (مَـيْـز) dalam hitungan Jummal berjumlah 57 yaitu (م)=40, (ي)=10, (ز)=10. Angka 57 tersebut adalah jumlah dari nadham (bait) dari kitab ‘Aqidatul ‘Awam, oleh karena itu baitnya berbunyi,
“Jumlah bait-baitnya adalah (ميز) atau 57 berdasarkan hitungan Jummal”
“Sejarahnya (selesainya) adalah (لِيْ حَيُّ غُرٍّ) atau 1258 juga berdasarkan hitungan Jummal”
Angka 1258 adalah tahun selesainya nadham ‘Aqidatul ‘Awam yaitu 1258 Hijriyah. Rincian dari kalimat (لِيْ حَيُّ غُرٍّ) adalah (ل)=30, (ي)=10, (ح)=8,
(ي)=10, (غ)=1000, (ر)=200.
Kitab yang sangat berharga dalam membangun aqidah ini, diawali dengan pujian kepada Allah dan shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, keluarga, para Sahabat serta orang-orang yang mengikut jalan agama yang benar (Dinul Haq).
أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَن : وَبِـالـرَّحِـيـمِ دَائـِمِ الإحْـسَان
فالـحَـمْـدُ للهِ الـقَدِيْمِ الأوَّلِ : الآخِـرِ الـبَـاقـِيْ بِلا تـَحَـوُّلِ
ثـُمَّ الـصَّلاةُ وَالسَّلامُ سَرْمَدَا : عـَلَـى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدا
وآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ : سَـبِـيلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
Berikutnya tentang sifat wajib bagi Dzat Allah dan juga sifat jaiz yang wajib diketahui oleh setiap kaum Muslimin yang mukallaf.
وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوبِ الْمَعْرِفَـهْ : مِنْ وَاجِـبٍ للهِ عِـشْرِينَ صِفَهْ
فـَاللهُ مَـوْجُـودٌ قـَدِيمٌ بَاقِـي : مُخَـالـِفٌ لِلْـخَـلْقِ بِالإطْلاقِ
وَقَـائِمٌ غَـنِـيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ : قَـادِرٌ مُـريـدٌ عـَالِمٌ بكلِّ شَيْ
سـَمِـيعٌ البَـصِـيْـرُ والْمُتَكَلِـمُ : لَهُ صِـفَـاتٌ سَـبْـعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
فَقُـدْرَةٌ إرادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ : حَـيَـاةٌ الْـعِلْـمُ كَـلامٌ اسْـتَمَرْ
وَجَائـِزٌ بـِفَـضْـلِهِ و عَدْلِهِ : تـَرْكٌ لـِكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
Sifat yang wajib terdiri dari 20 sifat yaitu al-Wujud (ada). Dalam kitab Nurudl Dlolam dituturkan dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah,
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaaha : 14)
Dan dalam kitab al-‘Aqidah ad-Diniyyah karangan Syaikh Abdurrahman bin Saqaf bin Husain as-Saqaf al-‘Alwiy al-Husainiy asy-Syafi’i al-Asy’ariy dituturkan bahwa makna Wujud didalam haq Allah adalah menyakini secara pasti (al-I’tiqadu al-Jazimu) bahwa sesungguhnya Allah itu ada secara haq (muhaqqaqan) tidak ada keraguan tentang hal itu, dan dalil yang menunjukkannya adalah firman Allah,
اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقاً لَّكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ, وَسَخَّر لَكُمُ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَآئِبَينَ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ , وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن
تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai, Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang, Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” (QS. Ibrahim : 32-34)
Sifat yang bertentangan sifat Maujud atau sifat yang mustahil bagi Haq Allah adalah al-‘Adam (ketiadaan). Berikutnya, al-Qadim (terdahulu), tidak ada awal bagi keberadaan Allah, tidak menciptakan diri-Nya sendiri
dan tidak pula diciptakan oleh selain-Nya, berdasarkan firman Allah,
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan” (QS. al-Ikhlas : 3)
Maksud dari sifat ini, dalam karya Syaikh as-Saqaf diterangkan adalah wajib bagi umat Islam beri’tiqad secara pasti (al-I’tiqadu al-Jazimu) bahwa keberadaan Allah adalah terdahulu dan tidak ada awalnya bagi keberadaan Allah, dalil tentang hal ini adalah,
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadiid : 3)
Maka dari itu mustahil bagi Allah memiliki sifat al-Huduts (baru).
Diatas adalah sekilas tentang penjelasan dua sifat wajib Allah dalam nadham ‘Aqidatul Awam dari kitab syarahnya yaitu kitab Nurudl Dlalam karya Imam an-Nawawiy ats-Tsani al-Jawiy dan juga disertai penjelasan dari kitab ad-Aqidah ad-Diniyah karya Syaikh as-Saqaf yang banyak di ajarkan disekolah-sekolah Islam Ahl as-sunnah wal al-Jama’ah dan juga di pesantren Ahl as-sunnah wal al-Jama’ah.
Sifat berikutnya dari 20 sifat yang wajib bagi Allah adalah al-Baqa’ (kekal), al-Mukhalafah lil-Hawaaditsi (berbeda dengan makhluk), al-Qiyamu bin Nafs (berdiri sendiri), al-Wahdaniyah (Maha Esa), al-Qudrah (Maha Berkuasa), al-Iraadah (Maha Berkehendak), al-‘Ilm (Maha Mengetahui), al-Hayyu (Maha Hidup), as-Sam’u wa al-Bashar (Maha Mendengar lagi Maha Melihat), al-Kalam (Maha Berfirman). Berikutnya, Qadiran (Dzat yang Berkuasa), Muridan (Dzat yang Berkehendak), ‘Aliman
(Dzat yang Mengetahui), Hayyan (Dzat yang Hidup), Sami’an (Dzat yang Mendengar), Bashiran (Dzan yang Melihat), Mutakalliman (Dzat yang Berfirman).
Kebalikan dari sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang mustahil yaitu sifat yang bertentangan dengan haq Allah, antara lain ; al-‘Adam (tiada), al-Huduts (baru), al-Fana’ (rusak), al-Mumatsalah lil-Hawaditsi (menyerupai dengan makhluk), al-Ihtiyaaju ilaa syai’in minal hawaditsi
(butuh kepada makhluk), at-Ta’addu (berbilang), al-‘Ajzu (lemah), al-Karahah (terpaksa), al-Jahlu (bodoh), al-Maut (mati), ash-Shamamu (tuli), al-‘Amaa (buta), al-Bakamu (bisu), selanjutya Kaunuhu ‘Aajizan (Dzat yang lemah), Kaunuhu Mukrahan (Dzat yang terpaksa), Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh), Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang mati), Kaunuhu Ashamma (Dzat yang tuli), Kaunuhu A’maa (Dzat yang buta), Kaunuhu Abkama (Dzat yang bisu). Mahasuci Allah dari semua itu, Maha Tinggi Allah lagi Maha Besar.
Dari 20 sifat wajib bagi Allah, terbagi menjadi 4 macam yaitu sifat an-Nafsiyah, sifat as-Salbiyah, sifat al-Ma’aniy dan sifat al-Ma’nawiyah. Pembagiannya sebagai berikut ;
الصفات الواجبة لله تعالى عشرون صفة وهي أربعة أقسام :
1. الصفة النفسية : الوجود
2. الصفات السلبية (لأنها سلبت عن الله النقائص) :القِدَم –البَقاء – مخالفته
للحوادث – قيامه بالنفس – الوحدانية
3. الصفات المعاني :القدرة – الإرادة – العلم – الحياة – الكلام – السمع –البصر
4. الصفات المعنوية : كونه حيّاً – كونه عليماً – كونه قادراً – كونه مريداً –
كونه سميعاً – كونه بصيراً – كونه متكلماً
Tentangs sifat al-Ma’aniy dan sifat al-Ma’anawiyah, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy mengumpamakannya bahwa al-Ma’anniy seperti al-Ashl (asal), sedangkan al-Ma’awiyah adalah cabang. Sebab sifat al-Ma’nawiyah merupakan sifat-sifat tidak ada seperti yang demikian kecuali dinisbatkan kepada ma’aninya.
Sifat Jaiz bagi Allah adalah ,
وَجَائـِزٌ بـِفَـضْـلِهِ و عَدْلِهِ : تـَرْكٌ لـِكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
“dan boleh (jaiz) dengan karuania dan keadilan-Nya, Allah meninggalkan sesuatu ataupu mengerjakannya”
Dalam hal ini, setiap Muslim wajib berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wa Ta’alaa boleh (jaiz) untuk menciptakan sesuatu ataupun tidak menciptakannya, jaiz bagi Allah menciptakan kebaikan ataupun keburukan, jaiz bagi Allah semisal menjadikan Zaid itu muslim dan Umar itu kafir, menjadikan salah satu dari keduanya itu cerdas ataupun menjadikan bodoh, tidak wajib bagi Allah atas semua itu berdasarkan hukum akal dalam ilmu tauhid. Dalil yang menunjukkan atas hal ini adalah,
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.(QS. al-Qashash : 68)
Bait-bait berikutnya membahas tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Nabi dan Rasul Allah.
أَرْسَـلَ أنبيا ذَوِي فـَطَـانَـهْ : بِالصِّـدْقِ وَالـتَـبْلِـيغِ والأمَانَهْ
وَجَـائِزٌ فِي حَقِّهِمْ مِنْ عَرَضِ : بِغَـيْـرِ نَقْصٍ كَخَفِيْفِ الْمَرَضِ
عِصْـمَـتُهُمْ كَسَائِرِ الْمَلائِكَهْ : وَاجِـبَـةٌ وَفَـاضَلُوا الـمَـلائِكَهْ
وَالْـمُسْـتَحِيلُ ضِدُّ كُلِّ وَاجِبِ : فـَاحْـفَظْ لِخَمْسِينَ بِحُكْمٍ وَاجِبِ
Wajib bagi setiap muslim yang mukallaf berkeyakinan bahwa Allah mengutus para Nabi dan Rasul dengan 4 sifat yang wajib pada haq mereka yaitu al-Fathanah (cerdas), as-Shiddiq (Jujur), at-Tabligh (Menyampaikan risalah) dan al-Amanah (Terpercaya). Didalam kitab Nurudl Dlalam dituturkan bahwa sifat-sifat wajib yang merupakan haq Rasul juga termasuk haq para Nabi kecuali sifat at-Tabligh karena ini khusus untuk para Rasul, sebab Nabi bukanlah Rasul dan tidak menyampaikan risalah.
Sifat jaiz pada haq para Rasul dan Nabi adalah sifat-sifat kemanusiaan (sifat-sifat yang memang dimiliki oleh seorang manusia) yaitu wajib bagi setiap muslim berkeyakinan bahwa jaiz bagi haq para Rasul dan para Nabi memiliki sifat-sifat basyariyah (kemanusiaan) yang tidak sampai
menyebabkan berkurangnya martabat atau derajat mereka, seperti sakit yang ringan, dan juga seumpama makan, minum, berdagang, melakukan perjalanan, berperang, menikah, tidur dan lain sebagainya.
Dituturkan dalam kitab syarahnya, bahwa Nabi dan Rasul tidak ada yang perempuan ataupun waria. Pendapat yang mengatakan bahwa ada 6 nabi perempuan yaitu Maryam, Asiyah, Hawa, Ummu Musa, Hajar dan Sarah adalah pendapat yang marjuh. Adapun Luqman juga bukanlah Nabi melainkan seorang hamba yang bertakwa dan murid dari para Nabi.
Nabi dan Rasul adalah ma’sum sebagaimana Malaikah. Wajib bagi seorang Muslim berkayakinan bahwa seluruh Nabi dan Rasul itu wajib ma’shum sebagaimana kema’shuman itu wajib bagi seluruh malaikat ‘alayhimus shalatu was salam. Allah menjaga mereka dari dosa serta hal-hal yang mustahil bagi haq mereka. Lafadz “wa fadlaluw al-Malaaikah”,
وَفَـاضَلُوا الـمَـلائِكَهْ
Maksudnya adalah para Nabi dan para rasul lebih utama dari para Malaikat. Adapun yang lebih utama diantara para Rasul Allah adalah Nabi Muhamma shallallahu ‘alayhi wa sallam, kemudian Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi ‘Isaa dan selanjutnya Nabi Nuh, mereka itulah yang disebut Ulul ‘Azmi. Wajib mengetahui urutan kelima Nabi tersebut.
Maka, dari itu semua mustahil bagi para Nabi dan Rasul memiliki sifat kebalikan dari sifat wajib yaitu al-Balaadah (bodoh), al-Kadzib (pembohong), al-Kitman (menyembunyikan) dan al-Khiyanah (berkhianat).
Setiap Muslim wajib berkeyakinan bahwa sifat-sifat seperti itu mustahil di miliki oleh para Nabi dan Rasul Allah.
Bait-bait berikutnya adalah tentang rincian para Nabi dan Rasul Allah,
تـَفْصِيلُ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ لَزِمْ : كُـلَّ مُـكَـلَـفٍ فَحَقِّقْ وَاغْـتَنِمْ
هُمْ آدَمُ اِدْرِيْسُ نُوْحٌ هُوْدُ مَعْ : صَالِـحْ وَإِبْرَاهِـيْـمُ كُـلٌّ مُـتَّبَعْ
لُوْطٌ وَاِسْـمَاعِيلُ اِسْحَاقٌ كذا : يَعْـقُوبُ يُوسُفٌ وَأَيـُّوْبُ احْتَذى
شُعَيبُ هارونُ وموسى وَالْـيَسَعْ : ذو الْكِـفْلِ دَاوُدُ سُلَيْمانُ اتَّـبَعْ
إلْـيَـاسُ يُونُسْ زَكَرِيـَّا يَحْيَى : عِـيْسـى وَطَـه خاتِمٌ دَعْ غَـيَّا
عَلَـيْـهِـمُ الصَّـلاةُ والسَّـلامُ : وآلِهِـمْ مـَـا دَامَـتْ الأيـَّـامُ
Wajib bagi seorang Muslim mengetahui rincian 25 Rasul Allah. Kata (لَزِمْ) pada bait diatas adalah bermakna wajib, sebagaimana dituturkan dalam syarahnya dan disebutkan pula bahwa pendapat yang dituturkan dalam nadham diatas berbeda dengan apa yang dituturkan oleh as-Suhaimy yang
juga mewajibkan bagi seorang Muslim mengetahui secara rinci anak-anak dari para Rasul, perempuan-perempuannya (istri-istrinya), khadim-khadim dari para Rasul yang disebutkan didalam al-Qur’an yang membenarkan dan
beriman kepada mereka, dan tidak boleh berkeyakinan bahwa mengetahui semua itu hanya wajib untuk Sayyidina Muhammad semata, karena beriman kepada semua Nabi itu sama saja.
25 Nabi tersebut adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Yasa’, Dzul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakariyya, Yahya, ‘Isa dan Nabi Thaha (Muhammad).
Dalam syarahnya dituturkan, lafadz Thaha (طَـه) sebagaimana disebutkan dalam nadham adalah nama lain dari Nabi Muhammad. Dikatakan, maknanya adalah purnama (badar) karena (طَ)=9 dan (ه)=5 maka jumlahnya adalah 14, dan bulan purnama muncul pada malam tanggal 14. Dikatakan, maknanya adalah obat (penawar) bagi setiap macam penyakit. Dikatakan, maknanya adalah “Thubaa limanih-Tadii” (Kebahagiaan bagi orang yang mendapat petunjuk).
Ketahuilah, seluruh Nabi-nabi yang disebutkan tersebut adalah berbangsa ‘Ajamiyah kecuali hanya 4 yang berbangsa Arab yaitu Nabi Muhammad, Nabi Hud, Nabi Shalih dan Nabi Syu’aib.
Selanjutnya bait-bait tentang Malaikat,
وَالْـمَـلَكُ الَّـذِي بِلا أبٍ وَأُمْ : لا أَكْـلَ لا شـُرْبَ وَلا نَوْمَ لَهُمْ
تَفْـصِـيلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيلُ : مِـيْـكَـالُ اسْـرَافِيلُ عِزْرَائِيلُ
مُـنْـكَرْ نَـكِـيْرٌ وَرَقِيبٌ وكذا : عَـتِـيدُ مَالِكٌ ورِضْوانُ احْتـَذى
تَفْـصِـيلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيلُ : مِـيْـكَـالُ اسْـرَافِيلُ عِزْرَائِيلُ
مُـنْـكَرْ نَـكِـيْرٌ وَرَقِيبٌ وكذا : عَـتِـيدُ مَالِكٌ ورِضْوانُ احْتـَذى
Malaikat tidak berbapak, tidak beribu, tidak makan, tidak minum dan juga tidak tidur. Rinciannya terdiri dari 10 malaikat yaitu Jibril, Mikail, Israafil, ‘Izraail, Munkar, Nakir, Raqib, ‘Atid, Malik dan Ridwa.
Dalam syarahnya dituturkan, wajib bagi setiap Muslim yang mukallaf berkeyakinan bahwa Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak berbapak dan beribu, bukan laki-laki, bukan perempuan dan bukan pula waria. Barangsiapa berkeyakinan bahwa malaikat adalah laki-laki maka orang itu fasik, barang siapa berkeyakinan bahwa malaikat itu perempuan atau waria maka orang itu kafir berdasarkan Ijma’.
Bait-bait berikutnya,
أَرْبَـعَـةٌ مِنْ كُتُبٍ تَـفْصِيلُها : تَـوْارَةُ مُـوسى بالْهُدى تَـنْـزِيلُها
زَبُـورُ دَاوُدَ وَاِنْـجِـيـلٌ على : عِيـسى وَفُـرْقَانٌ على خِيْرِ الْمَلا
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ : فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
زَبُـورُ دَاوُدَ وَاِنْـجِـيـلٌ على : عِيـسى وَفُـرْقَانٌ على خِيْرِ الْمَلا
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ : فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
Bait-bait diatas adalah tentang shuhuf dan kitab yang diturunkan oleh Allah. Ada 4 kitab yang Allah turunkan yaitu Taurat Musa, Zabur (Mazmur) Nabi Daud, Injil Nabi Isa dan Furqan (al-Qur’an) Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dan juga shuhuf (mushhaf) Nabi Ibrahim dan mushhaf Nabi Musa sebelum diturunkannya kitab Taurat. Bagi muslim yang mukallaf, semua itu wajib di yakini. Termasuk juga wajib menyakini suhuf yang Allah turunkan, namun tidak wajib menyakini rincian jumlahnya karena tidak ada keterangan tentang ketentuan jumlahnya baik didalam al-Qur’an, namun berbeda dengan 4 kitab yang diturunkan, karena keterangan jumlah 4 kitab tersebut nasnya jelas didalam al-Qur’an. Oleh karena itu wajib mengetahui rinciannya.
Demikian bait-bait yang terdapat dalam kitab Aqidatul ‘Awam yang merupakan bait-bait yang langsung diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada Syaikh al-Marzuqiy. Adapun bait-bait berikutnya merupakan bait-bait tambahan oleh Syaikh al-Marzuqiy karena kecintaan beliau kepada Baginda Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Yang berisi tentang pribadi Nabi Muhammad, kelahiran (di makkah), wafatnya Beliau (di Madinah), ayah dan ibu Nabi Muhammad, serta Ibu yang menyusui Nabi Muhammad. Selain itu, juga tentang putra-putra Nabi, istri-istri Nabi, paman dan bibi Nabi, peritiwa isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dan diwajibkannya shalat maktubah.
Wallaahu Subhaanahu wa Ta’alaa
Komentar
Posting Komentar