Doa Tolak Bala Di Bulan Safar

  

Kumpulan Doa Tolak Bala Di Bulan Safar Terbaru Dan Terlengkap
 
Sebuah Doa yang sangat bagus kita amalkan dalam mengarungi kehidupan ini.
 
    PENGANTAR

    Safar adalah nama bulan ke dua dalam penanggalan hijriyah. Secara
harfiah berarti melakukan perjalanan. Bulan Safar dipercaya sebagian
masyarakat kaum Muslimin dunia sebagai bulan yg tak menguntungkan. Dalam tradisi Jahiliyyah bulan Safar menjadi bulan yg paling ditakuti. Anak yg lahir pada bulan Safar dianggap anak pembawa sial dan bencana. Tapi Rasulullah Saw kemudian mengubah persepsi itu dengan meniadakan kepercayaan adanya hari atau bulan bencana dan hari atau bulan buruk.
Semua hari dan bulan adalah baik, anugerah Allah Swt, yang bisa memberi manfaat untuk kita semua.

    Namun lantaran persepsi tersebut melekat terus dalam diri kita, dan
supaya kita benar-benar terhindar dari bencana atau malapetaka,
diperlukan do'a, agar semakin menguatkan kita dalam mengarungi kehidupan.

    Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menulis sebuah buku saku yang
memuat tentang do'a-do'a yang sangat diperlukan untuk bekal kita dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan segala intrik di dalamnya. Do'a ini banyak disebut sebagai do'a yang mujarab untuk memperbaiki nasib dan menolak bala.

   Do'a ini pertama kali saya dapatkan dalam bentuk berupa bundel dari
sebuah majalah Islam ternama. Sebuah do'a yang dikutip dari do'a Imam Al-Faqihul Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alwi. Beliau adalah 'induk' semua habib di Yaman. Dikenal sebagai ulama besar dan pewaris kemuliaan ahlulbait, keluarga terdekat Nabi Muhammad Saw. Semua habib di Yaman dan
di Indonesia memiliki tautan silsilah kepadanya.

    Al-Faqihul Muqaddam (wafat 653/1254) juga disebut-sebut sebagai sulthanul awliya, pemimpin para aulia, yang kebesarannya bisa
disetarakan dengan Syekh Abdul Qadir Jailani (561 H/1166 M).

    Do'a ini saya buat kembali dalam bentuk digital agar semakin banyak
lagi yang bisa mengamalkannya, agar kita semua diselamatkan Allah Swt
dari bencana.

    Selain itu di sini juga disertakan do'a-do'a haikal, yakni do'a-do'a
enangkal bala dari ayat-ayat suci Al-Qur'an. Ini juga merupakan
ayat-ayat yang bisa menyelamatkan kita dari sakit, bencana, malapetaka,
musibah, kejahatan, nasib buruk, dan senantiasa membuat kita mendapatkan pertolongannya Allah Swt.

    Kedua do'a ini sebaiknya kita baca setiap hari. Allahu yuwaffiquna
ila thariqihil mustaqim. Aamiin.

DO'A TOLAK BALA

Bismillaahirrahmanirrahiim.


Alhamdulillaahi rabbil 'alamin.

Allahumma unqulna wal muslimina minas saqawati ilas sa'adati. Waminan naari ilal jannah. Waminal 'adzabi ilar rahmah. Waminadz-dzunuubi ilal maghfirah. Waminal isa-ati ilal ihsan. Waminal khawfi ilal aman. Waminal faqri ilal ghina. Waminal dzulli ilal 'izzi. Waminal ihanati ilal karamati. Waminadl-dlayqi ilas sa'ati. Waminasy-syarri ilal khayri.
Waminal 'usyri ilal yusri. Waminal adbari ilal iqbal. Waminas suqmi ilas
sihhati. Waminal sukhthi ilar ridla. Waminal ghaflati ilal 'ibadah.
Waminal fafrati ilal ijtihad. Waminal khad-lani ilat tawfiq. Waminal
bid'ati ilas sunnah. Waminal jawri ilal 'adli.

(Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).


(Segala puji bagi Allah, seru sekalian alam)

(Ya Allah, ubahlah nasib kami dan nasib kaum muslimin dari celaka
menjadi bahagia, dari neraka menjadi surga, dari mendapat azab menjadi
mendapat rahmat, dari yang berdosa menjadi beroleh ampunan, dari nestapa menjadi kebaikan, di ketakutan menjadi aman, dari miskin menjadi kaya, dari hina menjadi mulia, dari rendah menjadi agung, dari sempit menjadi luas, dari buruk menjadi baik, dari sulit menjadi mudah, dari berpandangan kebelakang menjadi senantiasa berpandangan ke depan, dari
sakit menjadi sehat, dari dilaknat menjadi disukai,  dari lalai menjadi
ibadah, dari masa peralihan menjadi masa ijtihad, dari canda menjadi
petunjuk, dan dari aniaya menjadi adil).

Allahumma a'inna 'ala dinina bid dunya. Wa 'alad dunya bit taqwa. Wa
'alat taqwa bil 'amali. Wa 'alal 'amali bit tawfiq. Wa 'ala jami'i dzalika biluthfikal mufdli ila ridlaka, almunhiyyi ila jannatika.
Al-Mash-hubi dzalika bin nadzari ila wajhikal karimi. Ya Allah, ya
Allah, ya Allah, ya Rabbahu, ya Rabbahu, ya Rabbahu, ya Ghawtsahu, ya akramal akramin, ya Rahmanu ya Rahim, ya dzal jalali wal ikram. Ya dzal mawahibil 'idham. Astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilayh.

(Ya Allah, tolonglah kami dalam beragama ini dengan bantuan dunia.
Tolonglah dunia kami dengan takwa. Tolonglah takwa kami dengan perbuatan baik. Tolonglah perbuatan baik kami dengan petunjuk. Dan tolonglah semua itu dengan kelembutan-Mu, yang melingkupi ridla-Mu, yang mengantarkan
kami pada surga-Mu, dan mengantar kami untuk bisa melihat wajah-Mu yang mulia. Ya Allah, ya Allah, ya Allah, ya Tuhan kami, ya Tuhan kami, ya Tuhan kami, ya Penolong kami, ya Penolong kami, ya Penolong kami, wahai Tuhan, yang Mahamulia dari segala yang mulia, wahai Tuhan, yang Maha Pengasih, wahai Tuhan yang Maha Penyayang, wahai Tuhan yang memiliki kemuliaan dan keagungan, wahai Tuhan, yang memiliki anugerah-anugerah
agung, aku memohon ampun kepada-Mu, yang Mahaagung, yang tiada Tuhan selain Engkau, yang Mahahidup dan Maha Berdiri, dan aku bertobat kepada-Mu).

Allahumma inni as-alukat tawfiqa limaa habbika ilal a'mali wa shidqit
tawakkuli 'alayka wa husnidh dhanni bika wal ghunyati 'amman siwaka.

(Ya Allah, aku meminta kepada-Mu petunjuk untuk mencintai-Mu dengan amal perbuatan dan tawakal yang benar kepada-Mu, berprasangka baik kepada-Mu,
serta tak membutuhkan siapa pun selain diri-Mu).

Ilahi, ya Lathiifu, ya Razzaqu, ya Waduudu, ya Qawiyyu, ya Matiinu,
as-aluka ta-ahhulan bika. Wa-astighraqan fika. Wa Luthfan syamilan min ladunka. Warizqan wasi'an hani-an mari-an wa sinnan thawilan wa 'amalan shalihan fil imani wal yaqiini. Wa mulazamatan fil haqqi wad dini. Wa 'izzan wa syarafan yabqa wayata-abbadu la yasyubuhu takabburun walaa 'utuwwun walaa fasad. Innaka sami'un qarib.

(Wahai Tuhan, yang Mahalembut, wahai Tuhan, yang Maha Pemberi Rezeki, wahai Tuhan, yang Maha Penderma, wahai Tuhan, yang Mahakuat, wahai Tuhan, yang Mahapasti, aku meminta kepada-Mu untuk menjadi kekasih-Mu,
selalu tenggelam kepada-Mu, senantiasa mendapat kelembutan di sisi-Mu, dan mendapatkan rezeki melimpah yang menyenangkan, usia panjang, senantiasa beramal saleh dalam iman dan yakin, senantiasa berpegang teguh pada agama dan keyakinan, mulia, memiliki harga diri yang abadi tanpa dikotori kecongkakan, penganiayaan, dan perusakan. Karena sesungguhnya Engkau adalah Zat yang Maha Mendengar dan Maha Pengabul
do'a).

Wa shallallahu 'ala sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallam.

(Semoga rahmat dan salam-Mu senantiasa Kau anugerahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Saw. serta sahabat dan kerabatnya. Aamiin).

***********************************
Tata Cara Niat Dan Doa Shalat Tolak Bala Lidaf'il Bala
 
- Hari rabu terakhir bulan safar sering juga di sebut deng rebo wekasan, di hari rabu ini menurut kebanyakan para Auliya Allah yang memiliki pengetahuan spiritual yang sangat tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah swt menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua
itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar (As
Syeikh Al Kamil Fariduddin As Sukar Janji di dalam kitab "Al Jawahir Al
Khoms") yang dikenal dengan Rabu Wekasan. Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka di sunnatkan untuk melakukan shalat yaitu sholat tolak bala.

Shalat tolak bala yaitu Shalat sunnah yang di kerjakan untuk memohon
ampunan dari bala bencana (lidaf’il balaa) dan sudah jamak laksanakan
oleh pengikut Jamiyyah Nahdlatul Ulama di Indonesia dan seluruh dunia.
meski dalam khasanah pemikiran NU sendiri shalat ini diterima dengan
baik dan memodifikasi/meluruskan ajaran islam-kejawen yang
memelencengkannya menjadi Sholat Rebo Wekasan. KH.Hasyim Asy’arie
pendiri NU juga pernah berfatwa, tidak boleh mengajak atau melakukan sholat Rebo wekasan karena hal itu tidak ada syariatnya.


KH.Mustofa Bisri(Gus Mus) berfatwa kalau dikampung-kampung masih ada orang yang menjalankan sholat rebo wekasan, ya niatnya saja yang harus diubah. Jangan niat sholat Rebo wekasan, tapi niat sholat sunat gitu saja, atau niat sholat hajat walau hajatnya minta dijauhkan dari bala’,
pokoknya jangan niat sholat Rebo wekasan karena memang nggak ada
dasarnya. Dan kepada mereka yang jadi panutan masyarakat harus
menjelaskan soal ini.” Shalat sunnah lidaf’il balaa ini tak harus dilakukan di hari rabu terakhir bulan safar, tapi dimana kala ketika
kita merasa firasat buruk akan adanya bala bencana.
 

Tata cara sholat tolak bala


Dapat dilakukan secara sendiri sendiri atau ber jama’ah dan di kerjakan sebagaimana sholat-sholat pada umumnya Jumlah raka’at = 4 raka’at dengan 2 kali salam dengan bacaan setelah al fatihah :
Surat al kautsar (17x)
Surat al Ikhlas (5x)
Surat al Falaq dan an Nas masing masing (1x)

Niat Shalat Tolak Bala

اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatal lidaf’il balaa rokatainii lillaahi ta’ala

Saya sholat sunnah untuk tolak bala dua rakaat karna allah ta'ala.

Doa setelah shalat Tolak Bala

Bismilaahir rahmaanir rahiim
Wa shallallaahu alaa sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa aziiza dzallat
Li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min jamii’I khalqika yaa muhsinu
yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata
illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa
sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wasallam

(Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan
Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya
Engkau dengan Rahmat-Mu Yang MahaPenyayang.
Allaahumma, Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan ra dan saudaranya (Sayyidina Husein ra), serta kakeknya (Sayyidina Muhammad saw) dan ayahnya (Sayyidina `Ali bin Abi Thalib ra), peliharalah aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar; tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi MahaAgung. Amin.

Nah jadi kita ambil kesimpulan bahwa Shalat Tolak bala ini bukan sholat sunnah yang hanya di
kerjakan pada rabu wekasan saja, tapi bisa di kerjakan kapan saja, tapi
mungkin kebanyakan mengetahui bahwa sholat tolak bala ini di kerjakan pada rabu wekasan saja, padah kenyataannya tidak sebagaimana yang telah di bahas di atas.

Itulah ulasan kami kali ini tentang shalat tolak bala, mudah mudahan apa yang kami bahas ini bermanfaat bagi kita semua, dan mudah-mudahan kita semua bisa mengamalkannya dengan baik.
**************************************
Keutamaan Bulan Safar
 
 Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan
mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.

Jelas, itu amalah khurafat dan bid’ah yang tidak bersumber dari ajaran
Islam dan tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat.
Kesialan, naas, atau bala bencana dapat terjadi kapan saja, tidak hanya
bulan Safar, apalagi khusus banyak terjadi pada bulan Safar.

Allah Swt menegaskan: “Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
(QS. At-Taubah: 51 ).

Tidak amalan istimewa atau tertentu yang dikhususkan untuk dirayakan
pada bulan Safar. Amalan bulan Safar adalah sama seperti amalan-amalan
pada bulan-bulan lain.
Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang jahiliah sebelum kedatangan Islam.
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan
binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan
diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).

Pergantian malam dan siang, pekan demi pekan dan bulan demi bulan adalah merupakan salah satu tanda kekuasaanNya, sehingga semua itu tidak ada hubungannya dengan nasib celaka atau keberuntungan manusia.
Manusia akan mendapatkan keberuntungan atau sebaliknya mendapatkan bencana dan malapetaka adalah karena takdir dariNya, bukan berkaitan dengan suatu masa tertentu.
Namun sangat disayangkan sekali tradisi Jahiliyah yang berkeyakinan
bahwa ada hari baik dan ada hari buruk telah terwariskan oleh hampir
seluruh wilayah di dunia ini, dari kawasan Jazirah Arab pada zaman
sebelum Islam hingga saat ini di kawasan India dan sampai di Indonesia (khususnya jawa).
Mereka berkeyakinan bahwa ada hari-hari yang baik dan ada hari-hari yang naas, demikian juga ada bulan-bulan yang membawa kebaikan dan ada bulan-bulan yang membawa malapetaka. Di antara bulan-bulan yang mereka anggap sebagi bulan penuh bala adalah bulan shafar.

Awal mula kesyirikan yang menganggap bahwa adanya hari dan bulan yang baik dan yang buruk berawal dari adat jahiliyah yang mereka terima dari tukang-tukang sihir (kahin).
Dan bulan shafar ini mereka masukan ke dalam bulan yang penuh dengan malapetaka. Beberapa jenis keyakinan syirik yang bertentangan dengan Islam yang terjadi pada bulan Shafar adalah:

1. Masyarakat Arab Jahiliyah menganggap bulan shafar sebagai bulan penuh kesialan.( Shahih Bukhari no. 2380 dan Abu Dawud no. 3915 ).
2. Masyarakat Arab Jahiliyah juga meyakini adanya penyakit cacing atau ular dalam perut yang disebut shafar, yang akan berontak pada saat lapar dan bahkan dapat membunuh orangnya, dan yang diyakini lebih menular dari pada Jarab ( penyakit kulit / gatal ). ( Shaih Muslim : 1742, Ibnu Majah : 3539 )
3. Keyakinan masyarakat Arab Jahiliyah bahwa pada bulan shafar tahun sekarang diharamkan untuk berperang dan pada shafrar tahun berikutnya boleh berperang. ( Abu Dawud : 3913, 3914 ).
4. Keyakinan sebagian mereka yang menganggap bahwa umrah pada
bulan-bulan haji termasuk bulan Muharam ( shafar awal ) adalah sebuah kejahatan paling buruk di dunia. ( Bukhari no. 1489, Muslim : 1240, 1679 ).
5. Sebagian orang-orang di India yang berkeyakinan bahwa tiga belas ( 13 ) hari pertama bulan shafar adalah hari naas yang banyak diturunkan
bala’. ( Ad-Dahlawi, Risalah Tauhid )
6. Keyakinan sebagian umat Islam di Indonesia bahwa pada setiap tahun
tepatnya pada hari rebo wekasan Alloh menurunkan 320.00 ( tiga ratus dua pulun ) malapetaka atau bencana. ( Al-Buni dalam Kitab Al-Firdaus serta Faridudin dalam Kitab Awradu Khawajah dan tokoh-tokoh sufi lainnya ).
7. Mengenai rebo wekasan ini mereka juga berkeyakinan tidak boleh
melakukan pekerjaan yang berharga atau penting seperti pernikahan,
perjalanan jauh, berdagang dan lain-lain, jika tetap dilakukan maka
nasibnya akan sial.
Tapi, meskipun banyak sekali komentar dan kepercayaan negatif tentang bulan safar ini, tidak memundurkan rasa cinta terhadap bulan ini.
Bulan safar adalah salah satu perjalanan yang memang harus dilalui.
Suatu perjalanan menjadi seseorang yang lebih baik dengan mengintrospeksi diri kita.
Setiap orang pasti punya jalan hidupnya sendiri-sendiri. Layaknya jalan raya, jalan kehidupan ini pun tak selamanya lurus-lurus aja. jalan itu berliku, menanjak, menurun, ada yang mulus, ada yang rusak…
Nasib seseorang itu tergantung pada peran seseorang tersebut dalam
menjalani kehidupan. Allah SWT pernah bersabda:

“Mereka (para Rasul) berkata: “Kesialan / Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib sial?). Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”(QS. Yaasiin, ayat 19)
Islam tidak mengenal adanya hari atau bulan naas, celaka, sial, malang
dan yang sejenis. Yang ada hanyalah bahwa setiap hari dan atau bulan itu
baik, bahkan dikenal hari mulia (Jum’at) dan bulan mulia (seperti bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah).
Kalaupun memang ada kenaasan atau kejadian yang kurang baik itu adalah takdir-Nya. tidak ada hubungannya dengan bulan yang tidak baik.
*************************************
4 Keutamaan Bulan Shafar Menurut Islam

Bulan Shafar merupakan salah satu bulan yang dianugerahkan oleh Allah
SWT. Sayangnya, banyak manusia yang menganggap bahwa bulan Shafar ini adalah bulan bala karena ada banyak sekali masalah atau cobaan yang biasanya turun ke bumi. Padahal, musibah atau cobaan itu bukan diturunkan oleh karena saat itu adalah bulan Shafar, melainkan semua itu terjadi karena kehendak Allah SWT. Tidak ada bulan dari Muharram sampai Dzulhijjah yang menjadi bulan bala. Semuanya adalah bulan yang istimewa karena bulan itu ada atas izin Allah SWT.

Sangat disayangkan karena zaman sekarang pemikiran bahwa bulan Shafar adalah bulan penuh musibah itu sudah tertanam erat dibenak manusia. Sama halnya ketika seseorang beranggapan bahwa suatu penyakit itu dapat menular karena disebabkan oleh penyakit itu sendiri. Padahal, dalam dasar ketauhidan, tidak ada terjadi sesuatu jika bukan karena izin Allah SWT. Dalam sebuah hadist disebutkan; dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda (yang artinya); “Tiada kejangkitan, dan juga tiada mati penasaran, dan tiada juga Safhar”, kemudian seorang badui Arab berkata: “Wahai Rasulullah SAW, onta-onta yang ada di padang pasir
yang bagaikan sekelompok kijang, kemudian dicampuri oleh Seekor onta betina berkudis, kenapa menjadi tertular oleh seekor onta betina yang berkudis tersebut ?”. Kemudian Rasulullah SAW menjawab: “Lalu siapakah yang membuat onta yang pertama berkudis (siapa yang menjangkitinya)?”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Di dalam Al-Qur’an maupun hadist telah jelas diterangkan bahwasanya
Allah SWT melarang umat-Nya untuk mengkhususkan hari atau bulan-bulan tertentu sebagai sesuatu yang dianggap menjadi sumber kesialan termasuk menganggap bulan Shafar ini adalah bulan sial. Sebab, kesemua bulan adalah sama, bulan yang diberikan Allah SWT. Sebab, hakekat daripada kesialan atau assyu’mu ialah ketika manusia melakukan perbuatan maksiat kepada Allah SWT, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud RA:
“Jika kesialan terdapat pada sesuatu maka ada di lidah, karena lidah
adalah salah satu indera manusia yang sering dibuat maksiat.”

Rabu Terakhir Bulan Shafar

Para ulama terdahulu sependapat bahwa Allah SWT memang banyak menurunkan musibah pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Saking besarnya, seluruh bala atau musibah di tahun ini akan diturunkan pada hari Rabu tersebut.

Ulama ahli ma’rifat juga menyebutkan bahwa di setiap tahun akan turun 320.000 bala yang semuanya diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Oleh sebab itu pada hari tersebut disebut sebagai Yaumi Nahsin Musta’mir; hari yang paling sulit di setiap tahun.

Namun perlu ditanamkan di sini bahwasanya bala atau musibah yang Allah SWT turunkan pada hari Arba’ Musta’mir tersebut tidak serta merta
dijadikan alasan untuk menganggap bahwa bulan Shafar adalah bulan sial.
Justru sebaliknya, kita harusnya menganggap bahwa di bulan Shafar ini Allah SWT tengah memberikan ujian besar kepada umat-Nya. Maka, ketika musibah itu dianggap sebagai ujian, setiap orang akan berusaha
melewatinya dengan sebaik mungkin agar mendapat nilai yang baik.
Memperbanyak amal ibadah agar dihindarkan dari mara bahaya adalah salah satu cara menghadapi ujian tersebut.

Menurut ulama, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi hari Rabu terakhir di bulan Shafar, yakni :

 1. Shalat sunnah empat raka’at; dengan tiap-tiap raka’atnya membaca surah Al-Kautsar 17 kali, surah Al-Ihklas 5 kali, serta Ma’udzatain 1 kali dan membaca doa. Insya Allah, ia akan dihindarkan dari berbagai musibah di hari itu sampai satu tahun.

 2. Disunnahkan membaca surah Yaasin sebanyak 313 kali kemudian berdoa.

Sebagai muslim yang beriman kepada Allah SWT, kita meyakini bahwsanya Qada’ dan Qadar-Nya Allah SWT ialah penentu dari segala yang terjadi. Dengan begitu, keimanan kita akan semakin kuat dan tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan seperti perbuatanzina dalam islam yang sangat dilarang dalam islam. Kita percaya bahwa sebanyak apapun musibah yang diturunkan Allah SWT pada bulan Shafar, tidak serta merta terjadi karena bulan Shafar adalah bulan kesialan, melainkan karena kasih sayang Allah SWT kepada umat-Nya sehingga segala musibah itu diturunkan adalah untuk menyeru manusia agar senantiasa mengingat Allah dan hanya meminta pertolongan kepada-Nya. Oleh karena itu, bulan Shafar menjadi bulan yang istimewa karena pada bulan ini kita akan menjadi semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka, adapun keutamaan bulan shafar adalah :

 1. Memperkuat keimanan

Kita yakin bahwa bulan Shafar adalah sama seperti bulan-bulan lain yang
diberikan Allah SWT sehingga kita bisa melakukan perbuatan amal ibadah yang bermanfaat. Tidak mempercayai bahwa bulan Shafar merupakan bulan sial karena segala sesuatu hanya terjadi atas izin Allah SWT.

Sebagaimana firman-Nya yang artinya; “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
Jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus : 107).

 2. Yakin akan ketetapan Allah SWT

Allah SWT berfirman yang artinya;  “Katakanlah, ’Sekali-kali tidak akan
menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.
Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah : 51).

 3. Menghidari dari hal yang bertentangan dengan ketauhidan

Oleh sebab kita mengetahui bahwa pada hari Rabu terakhir bulan Shafar
adalah hari di mana Allah SWT banyak menurunkan musibah, bukan berarti apa-apa yang kita niatkan hari itu dan apabila kita batalkan maka disebabkan oleh musibah, melainkan karena niat ingin beribadah.

Contoh; kita batal bepergian di hari Arba’ Musta’mir bukan karena takut
akan bala tapi karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amal ibadah yang kita kerjakan hari itu.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Barangsiapa yang keperluannya tidak dilaksanakan disebabkan berbuat thiyarah, sungguh ia telah berbuat kesyirikan. Para sahabat bertanya, ’Bagaimanakah cara menghilangkan
anggapan (thiyarah) seperti itu?’ Beliau bersabda; ’Hendaklah engkau
mengucapkan (doa), Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali itu datang dari
Engkau, tidak ada kejelekan kecuali itu adalah ketetapan dari Engkau,
dan tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau’.” (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani).

 4. Meningkatkan ketaqwaan dan semakin bertawakkal kepada Allah SWT

Dengan menyadari bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah SWT, maka ketaqwaan kita juga akan meningkat. Kita semakin rajin beribadah seperti shalat wajib dan shalat fardhu karena tiada lain tujuan selain mendapat ridha Allah SWT.
**************************************
Keutamaan Bulan Shafar

Bulan Shafar adalah salah satu bulan Allah yang mulia. Di bulan ini Allah SWT menurunkan berbagai bala' dan coba'an serta musibah di bumi.
Akan tetapi perlu diketahui, bahwa  musibah-musibah tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan Qadha' dan Qadar Allah SWT.

Bulan Shafar adalah salah satu bulan Allah yang mulia. Di bulan ini Allah SWT menurunkan berbagai bala' dan coba'an serta musibah di bumi.
Akan tetapi perlu diketahui, bahwa  musibah-musibah tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan Qadha' dan Qadar Allah SWT.  Bukan karena sesuatu yang lain dari berbagai makhluk Allah SWT. Akan tetapi semua hal tersebut adalah sesuai dengan Qadha' dan Qadar Allah SWT.  Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa kita tidak boleh mempercayai suatu penyakit itu menular karena ditularkan oleh penyakit itu  sendiri. Akan tetapi penyakit yang menular tersebut tidak lain adalah atas kehendak Allah SWT serta Qadha' dan Qadar-Nya. Hadist tersebut adalah sebagai berikut:


عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال : " لا عدوى و لا هامة و لا صفر "  فقال أعرابي : يا رسول الله فما بال الإبل تكون في الرمل كأنها الظباء فيخالطها البعير الأجرب فيجربها ؟ فقال رسول الله صلى اللهعليه و سلم : فمن أعدى الأول ؟ "  رواه البخاري ومسلم


Dari Abi Hurarah RA dari Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya beliau
bersabda:"Tiada kejangkitan, dan juga tiada mati penasaran, dan tiada
juga Safhar", kemudian seorang badui Arab berkata: "Wahai Rasulullah SAW, onta-onta yang ada di padang pasir yang bagaikan sekelompok kijang, kemudian dicampuri oleh Seekor onta betina berkudis, kenapa menjadi tertular oleh seekor onta betina yang berkudis tersebut ?". Kemudian
Rasulullah SAW menjawab: "Lalu siapakah yang membuat onta yang pertama berkudis (siapa yang menjangkitinya)?". HR Buhari dan Muslim

Adapun maksud dari kalimat (العدوى )  Al-'Adwa dalam Hadist ini adalah
penyakit yang menular kepada orang lain yang mulanya sehat. Bangsa Arab di zaman dahulu meyakini hal ini pada berbagai penyakit seperti kudis dll, maka dari itu seorang badui Arab bertanya kepada Rasulullah SAW:
"Kenapa sekelompok onta yang asalnya sehat, di kumpuli oleh seekor onta yang berpenyakit kudis, onta tersebut menjadi berkudis juga? kemudian Rasulullah SAW menjawab: "Lalu siapa yang membuat onta pertama berkudis?" maksudnya: onta yang pertama tidak akan berkudis kecuali karena Qadha' dan Qadar Allah SWT bukan karena penyakit tersebut.

Jadi seorang muslim tidak boleh meyakini suatu penyakit yang menjangkit orang sehat bahwa yang menularkan adalah penyakit itu sendiri akan tetapi Qadha' dan Qadar Allahlah yang membuat orang tersebut tertular oleh penyakit. Seperti yang telah ditunjukkan dalam sebuah Ayat Al-Qur'an :
 

( ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها ) [ الحديد : 22].


"Setiap bencana yang menimpa di bumi  dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum Kami mewujudkannya". Qs Al-Hadid: 22
 
Sabda Rasul SAW yang berbunyi : (  لا هامة )  La Haamata adalah menafikan
keyakinan orang-orang jahiliyah yang mengatakan bahwa orang yang sudah mati, arwah dan tulangnya menjadi penasaran, sehingga beterbangan bagaikan burung. Keyakinan ini menyerupai keyakinan ahli Tanaasukh  yang mengatakan bahwa Arwah-arwah mayit berpindah pada tubuh hewan-hewan tanpa digiring dan dibangkitkan kembali atau yang disebut Reinkarnasi.
Semua    keyakinan-keyakinan tersebut tidaklah benar menurut syareat islam. Adapun yang sesuai dengan Aqidah islamiyah adalah (Bahwa Arwah-arwah para syuhada'  berada pada tubuh burung hijau, memakan buah-buahan yang datang dari sungai Surga, hingga Allah SWT
mengembalikan Arwah tersebut kepada pemiliknya di hari kiyamat kelak).
Dan di riwayat lain dikatakan: "Arwah atau jiwa seorang mukmin menjadi
seekor burung yang bergelantungan di pohon Surga sampai Allah SWT
mengembalikannya kepada jasadnya di hari kiyamat ".

Adapun sabda Rasul SAW yang berupa : (  ولا صفر )  Wala shafara maka para ulama' berbeda pendapat dalam menafsirkan kalimat ini. Ulama'-ulama' Mutaqaddimin  berpendapat: bahwa yang dimaksud dengan Shafara adalah penyakit yang ada di dalam perut, dikatakan: itu merupakan cacing besar seperti ular yang hidup di dalam perut, mereka meyakini hal tersebut sebagai penjangkit, kemudian Rasulullah SAW meniadakan keyakinan tersebut. Sedangkan  Ulama' lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
Shafara di sini adalah bulan Shafar. Kemudian mereka berbeda pendapat
dalam penafsiran bulan Shafar menjadi dua penafsiran: Pertama : Maksud dari kalimat ini adalah meniadakan keyakinan orang Jahiliyah yang telah  mengakhirkan bulan Muharram sampai bulan Shafar dalam memuliyakannya.
Yaitu Dengan menghalalkan bulan Muharram dan mengharamkan bulan Shafar sebagai pengganti Muharram.
Kedua : Maksud dari kalimat tersebut bahwa orang jahiliyah dahulu
berpesimis atas datangnya bulan Shafar. Dan mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan pembawa sial. Kemudian Rasulullah SAW membatalkan keyakinan tersebut. Pendapat inilah yang paling benar menurut kebanyakan Ulama'.

Kita lihat sebagian orang meyakini hal tersebut dengan menganggap bahwa bulan Shafar adalah bulan pembawa sial, sehingga menanggalkan bepergian
di bulan ini. Padahal hal tersebut adalah perbuatan yang termasuk syirik yang dilarang oleh syari'ah. Selain perbuatan tersebut dilarang di bulan Syafar dilarang juga dibulan-bulan atau hari-hari lain seperti Syawal atau hari rabu. Orang jahiliyah di zaman dahulu berpesimis pada bulan Syawal dan meyakini bahwa bulan Syawal bulan pembawa sial, yang asalnya bahwa penyakit lepra datang di bulan ini sehingga menyebabkan banyak pengantin yang meninggal dunia. Kemudian datanglah syari'at islam membatalkan keyakinan tersebut. Bahkan Raslulullahpun Menikahi Aisyah
dan juga Ummu Salamah di bulan Syawal. Seperti dalam Hadist Riwayat
sayidah Aisyah: "Rasulullah SAW menikahiku di bulan Syawal, dan
mengumpuliku di bulan Syawal... begitu juga menikahi Ummu salamah di bulan Syawal  " .

Kita lihat di sebagian daerah di indonesia (di jawa contohnya) penduduk meyakini bahwa bulan Muharram (bulan suro) adalah bulan yang sial, maka dari itu jarang sekali orang tua menikahkan anaknya di bulan ini. Dengan keyakinan bahwa kebanyakan orang yang menikah di bulan ini, pernikahannya tidak akan berlangsung lama atau cepat meninggal dunia atau cerai. Padahal keyakinan tersebut adalah tidak benar dan dilarang oleh syari'at, karena itu termasuk (Atthiroh)  yang dilarang oleh syari'at sebagaimana dalam Hadist Nabi SAW:

 عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال: " لا طيرة " و في حديث : " من ردته الطيرة فقد قارف الشرك "  

Dari Rasulullah SAW, beliyau bersabda: "Tiada Kesialan" dalam Hadist lain: " Barangsiapa menanggalkan suatu Perjalanan Karena Pesimis (bekeyakinan akan sial) maka telah melakukan perbuata syirik".

 و في حديث ابن مسعود المرفوع : " الطيرة من الشرك و ما منا إلا  و لكن الله يذهبه بالتوكل ".

Dan di Hadist Ibnu Mas'ud marfu': "Pesimis (meyakini akan sial)
termasuk perbuatan syirik dan kebanyakan dari kita telah melakukannya akan tetapi Allah SWT menghilangkannya dengan Tawakkal ".

Dalam kitab "Bidayatul hidayah" diceritakan tentang kepercaya'an rakyat Mesir terhadap sungai Nil. Dahulu sungai ini tidak akan mengalirkan air yang banyak kecuali dengan memberikan seorang tumbal. Setelah negara Mesir dibuka oleh 'Amr bin 'Ash RA dia melarang mereka untuk memberikan
seorang tumbal buat sungai ini. Kemudian dia meminta pendapat kepada Khalifah Umar RA dengan mengirim surat kepadanya yang berisi bahwa sungai nil tidak mengalirkan air yang cukup untuk kebutuhan rakyat Mesir kecuali dengan memberikan tumbal. Kemudian Sayyidina Umar bin Khattab menullis surat untuk sungai Nil yang berbunyi: "Wahai sungai Nil jika kamu mengalir karena Allah SWT maka mengalirlah, dan jika kamu mengalir karena selain Allah SWT maka janganlah mengalir". Semenjak itu pula sungai Nil selalu mengalirkan Air yang sangat banyak dan tidak pernah kering.

Dari kisah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kepercaya'an –
kepercaya'an yang tidak ada dasar atau dalil dari syari'at islam adalah
kepercaya'an yang batil. Dan seorang muslim tidak diperbolehkan untuk
mempercayainya. Cara agar seorang muslim terhindar dari Atthiroh adalah
dengan membaca:

"اللهم لا طير إلا طيرك و لا خير إلا خيرك و لا إله غيرك ".
 
 Allah SWT melarang kita untuk menghususkan hari atau bulan tertentu sebagai bulan sial atau membawa kesedihan atau yang lain. Semua bulan adalah sama, yaitu bulan bulan Allah SWT. Setiap bulan yang disitu seorang mu'min mengerjakan kebaikan dan beribadah maka bulan itu adalah bulan yang membawa berkah baginya. Setiap waktu yang dibuat seseorang
untuk mengerjakan maksiat, maka waktu tersebut adalah waktu yang membawa kesialan dan dosa. jadi Hakekat dari pada kesialan atau (الشؤم )
Assyu'mu adalah maksiat kepada Allah SWT, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud RA: "Jika kesialan terdapat pada sesuatu maka ada di lidah". karena lidah adalah salah satu indera manusia yang sering dibuat
maksiat. Adiy bin Hatim juga berkata: "Beruntung dan sialnya sesuatu itu
tergantung pada lidahnya".

Di sebuah Hadist yang dari Ali RA dikatakan :

 من حديث علي مرفوعا : " باكروا بالصدقة فإن البلاء لا يتخطاها "

"Bersegeralah untuk bersedekah sesungguhnya balak tidak akan
melewatinya", HR At-tabrani.
Di Hadist lain :

" إن لكل يوم نحسا فادفعوا نحس ذلك اليوم بالصدقة "

"Sesunggunya pada tiap-tiap hari mempunyai musibah, maka tolaklah
musibah itu dengan sedekah ".

*Amalan Kaum muslimin di bulan Shafar.*

Ulama'-ulama' shaleh terdahulu mengatakan bahwa: "Allah SWT menurunkan bala' yang sangat besar di hari rabu terakhir dari bulan Shafar dan semua bala' yang akan di bagikan di tahun ini diturunkan di hari itu, maka barang siapa yang ingin selamat dari bala'–bala' tersebut maka hendaklah berdo'a di awal bulan Shafar juga di hari rabu terakhir di bulan ini. Barang siapa berdo'a dengan do'a ini maka InsyaAllah Allah SWT akan menolak segala kejelekan dari pada balak tersebut.
 
*Do'a di awal bulan Shafar: *



(بسم الله الرحمن الرحيم ، وصلى الله تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ، أَعوذ بالله من شر هذا الزمان وأهلِه ، وأعوذ بجلالك وجلال وجهك ، وكمال جلال قدسك ، أن تُجِيرَني ووالديَّ وأولادي وأهلي وأحبابي ، وما تحيطه شفقة قلبي من شر هذه السنة ، وقِني شرَّ ما قضيت فيها ، واصرفْ عنِّي شرَّ شهرِ صفر ، يا كريم النظر ، واختم لي في هذا الشهر والدهر بالسلامة والسعادة والعافية لي ولوالدي وأولادي ، ولأهلي ، وما تحوطه شفقة قلبي وجميع المسلمين ،وصلى الله تعالى على  سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ).


Sebagian orang-orang shaleh mengatakan bahwa: barang siapa membaca do'a ini setiap hari di
bulan Shafar maka maka Allah SWT akan menjaganya dari bala' dan mala
petaka di tahun itu sampai Shafar yang akan datang, dan tidak akan
terkena bala' sama sekali. do'a itu adalah sbb:


( بسم الله الرحمن الرحيم ، (اللهم ) صل على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الأمي وعلى آله وبارك وسلم ، ( اللهم ) إني أعوذ بك من شر هذا الشهر ، ومن كل شدة وبلاء وبلية قدرتها فيه يا دهر ، يا مالك الدنيا والآخرة ، يا
عالماً بما كان وما يكون ، ومن إذا أراد شيئاً أن يقول له كن فيكون ، يا أزلي يا أبدي ، يا مبدئ يا معيد ، يا ذا الجلال والإكرام ، يا ذا العرش المجيد ، أنت تفعل ما تريد ، ( اللهم ) احرس بعينك نفسي وأهلي  ومالي وولدي ، وديني ودنياي التي ابتليتني بصحبتها ، بحرمة الأبرار والأخيار ، برحمتك يا أرحم الراحمين ، ( اللهم ) يا شديد القوى ، ويا شديد المحال ، يا عزيز ذلت لعزتك جميع خلقك ، اكفني عن جميع خلقك ، يا محسن يا مجمل ، يا مفضل يا منعم يا مكرم ، يا من لا إله إلا أنت برحمتك  يا أرحم الراحمين ، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم أجمعين

Faidah 1:
Ulama Ahli ma'rifat menyebutkan : bahwa disetiap tahun turun 320 ribu
bala', semuanya diturunkan dihari rabu terakhir dari bulan Shafar, maka
hari itu menjadi yaumi nahsin mustamir hari yang paling sulit di setiap tahun. Barang siapa melakukan shalat di hari itu sebanyak empat raka'at, setiap raka'at membaca surat Al-Kautsar tuju belas kali, juga surat Al-Ikhlas lima kali serta Ma'udzatain satu kali satu kali, kemudian setelah salam membaca do'a ini maka Allah SWT akan menjaganya dari berbagai macam bala' dan musibah yang diturunkan di hari itu hingga
sempurna satu tahun. Adapun do'a yang diagungkan tersebut adalah :


( بسم الله الرحمن الرحيم ، وصلى الله تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ، ( اللهم ) يا شديد القوي ويا شديد المحال ، يا عزيز يا ذلت لعزتك جميع خلقك ، اكفني من جميع خلقك  يا محسن يا مجمل ، يا متفضل يا منعم يا
مكرم ، يا من لا إله إلا أنت ، برحمتك يا أرحم الراحمين ، ( اللهم يسر الحسن وأخيه ، وجده وأبيه ، اكفني شر هذا اليوم وما ينزل فيه ، يا كافي ( فسيكفيكهم الله وهو السميع العليم ) وحسبنا الله ونعم الوكيل ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ) اهـ.


Ulama' shaleh menyebutkan bahwa hari rabu terakhir dibulan Shafar adalah hari musibah yang terus menerus (Yaumi Nahsin Mustamir) maka disunahkan untuk membaca surat Yaasin dan jika sampai pada firman Allah SWT ( سلام قولا من رب الرحيم) mengulanginya sebanyak 313 ( tigaratus tigabelas kali ), kemudian berdo'a dengan do'a sbb:
 
اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات ، وتقضي لنا جميع الحاجات ، وتطهر بها من جميع السيئات ،وترفعنا بها أعلى الدرجات ، وتبلغنا بها أقصى الغايات ، من جميع الخيرات في الحياة وبعد الممات

Kemudian membaca :


(اللهم ) اصرف عنا شر ما ينزل من السماء ، وما يخرج من الأرض ، إنك على كل شيء قدير ، وصلى الله تعالى على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم


Kemudian berdo'a dengan meminta sesuatu yang paling penting baik dunia atau akherat kemudian meminta kepada Allah SWT agar diselamatkan.

*Faidah 2:

Sebagian dari faidah yang mujarab untuk menolak balak dan menjaga diri adalah menulis ayat-ayat dibawah ini di kertas kemudian merendamnya di dalam air dan meminumnya. Dikatakan dalam kitab "Na't Al-bidayat":
"Diriwayatkan bahwa barang siapa shalat sebanyak empat raka'at seperti
yang diterangkan di atas, kemudian berdo'a dengan do'a di atas (Yaitu
 اللهم يا شديد القوى ...الخ) kemudian setelah itu menulis ayat-ayat dibawah ini dan merendamnya di dalam air kemudian meminumnya maka Insya Allah akan diamankan dari bala' di siang itu hingga akhir tahun.
Ayat-ayat tersebut adalah sbb:



سلام قولاً من رب الرحيم ) ( سلام على نوح في العالمين) ( سلام على إبراهيم ) ( سلام  على موسى وهارون ) ( سلام على إل ياسين ) ( سلام عليكم طبتم فادخلوها داخلين ) ( من كل أمر ، سلام هي حتى مطلع الفجر )
**************************************
Makna dan Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Safar
 

 Pada hakekatnya semua hari, tanggal dan bulan adalah baik. Namun, memasuki, bulan Safar, akan diterangkan makna dan peristiwa yang pernah tejadi di bulan kedua  penanggalan Islam (Hijriah). Berikut kami hadirkan ulasan menarik terkait bulan Safar.

Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam penanggalan Hijriah. Yaitu,
bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang
berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Secara etimologi, Safar dalam bahasa Arab yang memiliki sejumlah arti di
antaranya “kosong, kuning, dan nama penyakit”.

Bulan ini dinamakan sebagai bulan Safar dalam pengertian “kosong” karena kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong, red) pada bulan tersebut untuk berperang atau pun bepergian jauh. Pengertian Safar tersebut menunjukkan arti negatif. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan kesan bahwa bulan Safar itu harus diwaspadai.

Kesan seperti ini berkembang dari suatu generasi ke generasi berikutnya hingga saat ini. Bahkan bulan Safar juga dipercaya sebagian masyarakat kita sebagai bulan yang tak menguntungkan.

Sementara  itu, telah menjadi kepercayaan keliru oleh sebagian umat bahwa Safar adalah bulan sial atau bulan bencana. Padahal, mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah SAW yang
menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”

Rasulullah SAW kembali bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada
keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah
(jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)

Dalam sejarah Islam, bulan Safar menempatkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan Islam dari zaman Rasulullah hingga kejayaan serta keruntuhunnya.

Berikut 11 peristiwa penting di bulan Safar. Misalnya, pernikahan
Rasulullah saw dengan Khadijah binti Khuwailid,  peristiwa Perang
Al-Abwa,  tragedi Ar Raji’, Tragedi Bi’ir Ma’unah, kemenangan Perang
Khaibar, peristiwa Pengepungan di Khats’am, masuk Islamnya Bani Udzrah, pengangkatan Usamah Bin Zaid, jatuhnya kota Baghdad ke tangan Hulakhu Khan, meninggalnya pembebas Jerusalem Shalahuddin Al Ayyubi.
Waullahuallam bi Showab.
**************************************
      Hikmah Bulan Safar


Sikap yang harus kita tumbuhkan dalam mengisi Safar ini, antara lain :
Pertama, meyakini bahwa Safar sama dengan bulan-bulan lainnya yang telah Allah SWT. jadikan sebagai kesempatan untuk melakukan amal-amal yang bermanfaat. Menganggap Safar sebagai bulan pembawa sial merupakan perbuatan haram dan syirik karena tidak ada yang mampu memberikan manfaat dan menimpakan mudarat kecuali Allah SWT., sebagaimana firmannya,

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yunus :107)

Kedua, bila musibah menimpa kepada diri kita di bulan ini, harus
diyakini semua itu merupakan ketetapan Allah SWT. yang penuh dengan keadilan dan hikmah-Nya. Allah SWT. berfirman,
“Katakanlah, ’Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan
hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS.
At-Taubah : 51)

Ketiga, jika kita membatalkan pekerjaan atau hajat pada bulan ini,
alasannya bukan kerana Safar, melainkan karena alasan logik yang tidak bertentangan dengan nilai ketauhidan. Rasulullah SAW. bersabda,
“Barangsiapa yang keperluannya tidak dilaksanakan disebabkan berbuat thiyarah, sungguh ia telah berbuat kesyirikan. Para sahabat bertanya, ’Bagaimanakah cara menghilangkan anggapan (thiyarah) seperti itu ?’
Beliau bersabda, ’Hendaklah engkau mengucapkan (doa), Ya Allah, tidak
ada kebaikan kecuali itu datang dari Engkau, tidak ada kejelekan kecuali
itu adalah ketetapan dari Engkau, dan tidak ada yang berhak diibadahi
dengan benar selain Engkau’.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Keempat, menumbuhkan sikap tawakal kepada Allah SWT. yang disertai usaha dan amal yang tidak bertentangan dengan syariat. Allah SWT. berfirman,
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang gaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”(QS. Huud : 123)

Kelima, meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. dengan melakukan berbagai ketaatan, baik dalam melaksanakan perintah-Nya maupun menjauhi larangannya. Dengan ketakwaan, akan menjadi sarana untuk mendapatkan
kebahagiaan, keselamatan, dan mampu membedakan yang benar dan batil (furqan).

Akhirnya, marilah kita perkuatkan asas tauhid dengan ilmu dan amal dan bermohon kepada Allah SWT. agar membimbing dan melindungi diri kita dari perbuatan syirik yang akan merugikan  kita di dunia maupun akhirat.
**************************************
 Amalan Bidaah Dan Khurafat Safar
 
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ


اللهم صل على محمد وآل محمد
 
Dalam bulan ini masih terdapat di kalangan masyarakat yang melakukan perkara bidaah dan khurafat yang jelas bercanggah dan bertentangan dengan syariat Islam. Kepercayaan karut tersebut bermula daripada amalan atau kepercayaan Masyarakat Arab pada zaman jahiliyah iaitu sebelum kedatangan agama Islam, sememangnya terkenal dengan amalan-amalan yang
bercanggah dengan syarak. Perjalanan kehidupan seharian mereka sentiasa dibayangi oleh amalan-amalan syirik, tahyul dan khurafat yang dilarang Islam.


Kebanyakan orang Arab pada zaman jahiliyah beranggapan terdapat kesialan pada bulan Safar. Ternyata pemikiran jahiliyah ini masih diwarisi oleh segelintir kecil umat Islam pada zaman ini akibat lemahnya keimanan
dalam jiwa dan kejahilan mereka terhadap ilmu tauhid. Mereka beranggapan bulan Safar merupakan bulan di mana Allah menurunkan kemarahan dan hukuman ke atas dunia. Oleh itu banyak musibah dan bencana terjadi, khususnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar.

Menyandarkan sesuatu musibah bakal menimpa terhadap sesuatu perkara seperti kedudukan bintang, waktu atau masa yang tertentu, gerakan binatang dan lain-lain adalah perbuatan yang tercela kerana segala sesuatu itu ditetapkan oleh Allah SWT tanpa ada faktor lain yang
mempengaruhi keputusan-Nya.

Firman Allah SWT:

7:131

“Ketahuilah, sesungguhnya nahas dan malang mereka itu hanya di tetapkan di sisi Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
 (al-A’raaf 7: 131)

Oleh itu bagi sesiapa yang membuat sesuatu keputusan berdasarkan
tathayyur (ramalan buruk kerana sesuatu),  maka dia telah terjebak dalam lembah kesyirikkan.


Daripada ‘Abdullah ibnu ‘Umar r.a dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:


      مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Sesiapa yang menangguhkan hajatnya kerana al-Thayrah (ramalan buruk kerana sesuatu) maka dia telah berbuat syirik.”  (Hadis riwayat Imam
Ahmad, no: 6748)


Daripada ‘Abdullah Ibnu Mas’ud bahawasanya Rasulullah SAW bersabda:


      مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلاَثًا وَمَا.

“Al-Thiyarah (menyandarkan keburukan kepada sesuatu) itu syirik,
al-Thiyarah itu syirik tiga kali. Dan tidak ada seoarang pun dari kita,
kecuali (telah terjadi dalam dirinya pengaruh al-Thiyarah tersebut) akan
tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakal.”  (Hadis riwayat Imam Abu Dawud, no: 3411)

 

      KEPERCAYAAN KHURAFAT DUNIA ARAB

Sesetengah umat Islam menghindarkan diri dari melakukan perjalanan pada bulan safar melainkan terdapat keperluan yang mendesak.

Sebagai contoh dalam kitab al-Futuhat al-Haqqaniy, penulis kitab
tersebut memilih untuk menahan diri dari keluar berjalan pada bulan ini
dan menasihati agar semua pengikut tarekat tersebut untuk tidak
meninggalkan rumah melainkan sekiranya benar-benar perlu.

Dalam kitab tersebut dikhabarkan bahawa Syaikh tarekat tersebut
‘Abdullah Faiz Daghestani berkata: “Pada hari Rabu terakhir bulan
Safar, 70,000 penderitaan (bala) akan menimpa dunia. Sesiapa yang
mengekalkan adab tersebut (beberapa amalan yang tertentu), dia akan dilindungi oleh Allah yang Maha Kuasa.”

 .

Perkara yang disebutkan ‘tathayyur’ atau meramalkan sesuatu kejadian
yang buruk disebabkan oleh sesuatu perkara adalah sinonim dengan
masyarakat jahiliyah. Contohnya;

.
 

1.  Sekiranya mereka ingin memulakan perjalanan mereka akan melihat pergerakan sesetengah jenis binatang seperti burung mahupun busur panah yang dilepaskan sama ada ke kiri, ke kanan, ke atas atau ke bawah.
Mereka beranggapan arah gerakan tersebut boleh mempengaruhi keburukan atau kebaikan yang mungkin akan dihadapi dalam perjalanan tersebut.
Sekiranya pada tanggapan mereka gerakan tersebut menunjukkan alamat yang tidak baik maka mereka membatalkan hasrat untuk meneruskan perjalanan tersebut.

.

2.  Imam al-Syafi’i r.h pernah berkata: “Dahulu golongan jahiliyah
apabila ingin bermusafir akan mengambil burung dan melepaskannya ke udara. Sekiranya ia terbang ke kanan maka mereka pun keluar atas tanggapan tuah tersebut. Jika ia terbang ke kiri atau ke belakang, maka mereka akan menganggap sial lalu berpatah balik. Maka apabila Nabi SAW diutuskan, baginda menyeru orang ramai: “Kekalkan burung pada sarangnya.”  Riwayat Abu Nu’aim al-Asfahani di dalam Hilyah al-Auliya’.

 .

Islam menyelar budaya ‘tathayyur’ ini dan menganggap ianya merupakan
satu perbuatan yang mencemar kemurniaan tauhid kerana ketergantungan hati seseorang kepada sesuatu perkara selain daripada Allah SWT dengan
menyakini perkara tersebut boleh membawa mudharat atau manfaat kepada kita. Islam meletakkan kejadian sesuatu perkara itu bergantung kepada kehendak dan kekuasaan-Nya semata-mata.

 .

Firman Allah SWT:

9:51

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan (dengan kepercayaan itu) maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.”
(At-Taubah 9: 51)


      KEPERCAYAAN KHURAFAT DUNIA MELAYU

Masyarakat Melayu juga turut mempercayai bahawa bulan Safar ini
merupakan bulan turunnya bala bencana dan malapetaka. Lantaran itu beberapa amalan bidaah telah dicipta sempena bulan Safar bagi
menghindari sebarang bentuk malapetaka yang berkaitan dengan kedatangan bulan tersebut. Setiap tahun mereka akan melakukan amalan-amalan karut sebagai suatu cara untuk menolak bala.

Antara amalan khurafat yang popular ialah;


1.     Pesta Mandi Safar

Masyarakat terutamanya yang tinggal berhampiran sungai atau pantai akan
mengadakan upacara mandi beramai-ramai dan bersuka ria dengan kepercayaan perbuatan berkenaan kononnya boleh menghapuskan dosa dan menolak bala.

Mereka berarak menuju ke destinasi terpilih diiringi dengan alunan
muzik, nyanyian, jampi serapah dan alunan zikir tertentu. Setelah itu
mereka mambaca jampi tertentu atau menulis ayat-ayat tertentu di atas
kertas lalu memasukkannya ke dalam bekas berisi air dan mandi dengannya.
Sebenarnya amalan mandi Safar ini diwarisi dari budaya Hindu.

Sebaliknya pesta berkenaan menambah dosa kerana ada yang tergamak melakukan perbuatan terkutuk di sisi syarak dengan pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan tanpa batas, malah mencari bala kerana kadang-kadang ada yang mati lemas akibat kelalaian sendiri.

.

2.     Menulis Azimat

Berdasarkan kepercayaan karut itu ada yang menulis ayat wifiq pada kertas atau pinggan mangkuk yang kemudian diletakkan dalam tempayan, kolam, perigi atau sungai untuk diminum atau mandi dengan airnya konon untuk mendapat
perlindungan daripada bala buruk pada hari berkenaan.


3.     Majlis Perkahwinan

Kebanyakan masyarakat Islam terutama orang-orang tua tidak mahu mengadakan majlis perkahwinan dan keramaian dalam bulan Safar kerana mereka khuatir bahawa kedua-dua pengantin tidak bahagia dan akan susah atau tidak mendapat zuriat dan mempercayai jodoh pasangan pengantin
tersebut tidak akan berkekalan.


4.     Nasib Malang

Ada juga yang beranggapan bayi yang lahir pada bulan Safar bernasib
malang dan hendaklah dijalankan satu upacara khas untuk membuang nasib malang tersebut.

Bagi masyarakat Bajau di Sabah pula, mereka mempercayai bayi yang lahir
pada bulan Safar tidak bernasib baik. Lantaran itu, untuk mengelak
sebarang kecelakaan ke atas bayi tersebut, pada masa menyambut Maulud Nabi, bayi itu akan dibawa ke masjid untuk ditimbang. Simboliknya ialah untuk meminta pertimbangan daripada Allah agar tidak memburukkan nasib bayi tersebut.
 

5.     Korban

Terdapat juga segelintir pihak yang beranggapan dianjurkan untuk
mengerjakan ibadah korban pada tarikh 27 Safar.


Kesemua ini merupakan perkara-perkara tahyul dan khurafat yang harus dibanteras sehingga ke akar umbi. Lantaran itu hendaklah seluruh umat Islam menghindarkan diri dari melakukan amalan-amalan bidaah tersebut.

Allah SWT berfirman:

31:13

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: “Wahai anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar.”  (Surah Luqman 31: 13).

 

      TIDAK PERNAH DIAMALKAN

Ternyata kesemua amalan yang dikhususkan sempena bulan Safar di atas tidak pernah diperintah oleh Rasulullah SAW serta tiada seorang sahabat mahupun para al-Salafussoleh yang mengamalkannya.

Sabda Rasulullah SAW:

“Sesiapa yang mengada-adakan di dalam urusan kami (iaitu di dalam
perkara berkaitan agama) apa-apa yang tidak ada padanya, maka
tertolaklah ia.”  (Hadis riwayat Imam al-Bukhari, no: 2697)

“Sesiapa yang melakukan satu amal yang bukan dari suruhan kami (iaitu
di dalam perkara berkaitan agama), maka tertolaklah ia.”  (Hadis
riwayat Imam Muslim, no: 1718)

 


      TIADA KEMUDARATAN

Rasulullah SAW telah menegaskan bahawa segala tanggapan bahawa bulan Safar adalah bulan yang penuh dengan musibah dan bencana buruk adalah tidak benar. Baginda SAW sering berpesan supaya umatnya berwaspada ketika berhadapan dengan sesuatu musibah dan memberikan peringatan supaya jangan sekali-kali umat Islam beriktikad sial atau nahas Safar
berupaya memudaratkan kehidupan manusia.


Rasulullah SAW bersabda; “Tidak ada penularan penyakit (dengan
sendirinya), tidak ada thiyarah (sempenabaik atau buruk), tidak ada
kesialan (malang) kerana burung hantu, dan tidak ada kesialan (bala
bencana)pada bulan Safar.” (Hadis Riwayat Bukhari r.a., Muslim, Abu
Dawud, dan Ahmad r.a.)


Rasulullah SAW bersabda; “Beranggapan sial termasuk kesyirikan (beliau menyebutnya tiga kali).” Lalu beliau bersabda, “Tidak ada di antara kita yang selamat dari beranggapan sial. Menghilangkan anggapan sial tersebut adalah dengan bertawakal.” (HR. Abu Dawud)


Hendaklah kita menghindarkan diri dari melakukan ramalan bahawa akan
datang sesuatu perkara yang buruk disebabkan sesuatu perkara (tathayyur) kerana ianya termasuk dalam kategori amalan syirik. Ternyata syirik merupakan satu perbuatan yang zalim dan Allah SWT tidak akan mengampunkan golongan yang mengsyirikannya melainkan bagi mereka yang bertaubat.


Allah SWT berfirman:

4:116

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dan akan mengampunkan (dosa) selain kesalahan (syirik) bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya.Sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh.”  (Surah al-Nisa’ 4: 116).


Mencela waktu atau bulan yang tertentu adalah seolah-olah mencela Allah SWT kerana semua waktu itu adalah ciptaan Allah SWT. Bagi setiap waktu termasuk bulan Safar ini sekiranya dipenuhi dengan aktiviti yang bermanfaat serta amal soleh adalah termasuk dalam waktu yang baik dan penuh keberkatan. Oleh itu hendaklah bulan Safar ini dilihat seperti bulan-bulan yang lain dalam kalendar hijrah dan kita terus mengerjakan amal-amal ibadah yang disunnahkan seperti bulan-bulan lain.


Allah SWT berfirman:

64:11

“Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang)
melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah,
Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu
dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.”  (al-Taghaabun 64: 11)


Yakinlah bahawa Safar sama dengan bulan-bulan lainnya yang telah Allah
SWT jadikan sebagai kesempatan untuk melakukan amal-amal yang
bermanfaat. Menganggap Safar sebagai bulan pembawa sial merupakan perbuatan haram dan syirik kerana tidak ada yang mampu memberikan manfaat dan menimpakan mudarat kecuali Allah SWT; sebagaimana firmannya;

10:107
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tak ada yang dapat menolak karunia-Nya.Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (Surah Yunus :107)


Wallahu A’lam bishowab


والسلام علبكم و رحمة الله و بركاته

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitab Lubabul Hadist dan Terjemahan

Manaqib jawahirul ma’ani atau MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Fiqih Puasa Mazhab Syafi’i